MALANG POSCO MEDIA – FIFA telah sejak Juli lalu mengumumkan akan menerapkan teknologi kamera dengan artificial intelligence (AI) di pesta sepakbola Piala Dunia Qatar 2022 yang mulai bergulir Minggu (20/11) malam. Tujuannya, membantu para wasit di lapangan dalam memutuskan seorang pemain terjebak posisi offside atau tidak.
Sistem keputusan semi otomatis, atau Semi-Automated Offside Technology (SAOT), ini didukung oleh sebuah sensor yang ada pada bola ‘Al Rihla’ bikinan Adidas dan 12 kamera yang terpasang di atap stadion. Sensor pada bola akan me-relay posisinya di lapangan 500 kali per detik, sedangkan ke-12 kamera–menggunakan pembelajaran mesin (machine learning)–bertugas mengikuti gerak pemain lewat 29 titik pada tubuh.
Software lalu akan mengkombinasikan data-data yang dikirim untuk secara otomatis membangkitkan peringatan ketika ada pemain yang berada dalam posisi offside. Peringatan dikirim ke petugas dalam ruang kontrol, yang akan memvalidasinya dan menginfokan wasit di lapangan keputusan apa yang harus dibuatnya.
FIFA mengklaim prosesnya hanya butuh beberapa detik, dan itu artinya keputusan offside atau tidak bisa diberikan lebih cepat dan lebih akurat.
Data bangkitan dari sensor pada bola dan jaringan kamera di atap juga akan digunakan untuk menciptakan animasi-animasi yang ter-otomatisasi, yang kemudian dapat ditampilkan pada layar di dalam stadion dan siaran televisi. Animasi bisa untuk menjelaskan kepada seluruh penonton mengenai alasan di balik keputusan yang dibuat sang wasit.
Visualisasi yang lebih baik untuk para fan ini ikut memperkuat FIFA memutuskan mengadopsi SAOT menggantikan VAR, video assistant referee–teknologi yang diumumkan mulai digunakan di Piala Dunia 2018. Pada VAR, wasit bisa me-review keputusannya menggunakan monitor di pinggir lapangan Monitor menggunakan jaringan kamera merekam dari beragam sudut.
Dalam keterangan pers yang pernah disampaikannya, Ketua Komite Wasit FIFA Pierluigi Collina setuju sistem semi-otomatis dengan AI akan memungkinkan wasit membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat. Namun dia juga menekankan kalau manusia–bukan robot–yang memegang peranan dalam pertandingan.
“Wasit dan hakim garis masih yang bertanggung jawab untuk keputusan di lapangan pertandingan,” katanya.
Presiden FIFA Gianni Infantino mengaku keputusan menggunakan teknologi ini di Piala Dunia Qatar 2022 telah melalui tiga tahun riset untuk memberi yang terbaik untuk tim-tim, pemain dan para fan. Uji sebelumnya dilakukan antara lain dalam Club World Cup di Qatar pada Februari lalu yang hasilnya dianggap sukses. Alameri Zayed dari Al-Jazira adalah pemain pertama yang gol-nya dibatalkan oleh SAOT. (*/bua)