Tavip Dwi Wahyuni, Jupriyono, Fiashriel Lundy
Dosen Poltekkes Kemenkes Malang
tavip_dwi@poltekkes-malang.ac.id
Musim hujan atau peralihan musim seperti sekarang ini sangatlah rentan dengan kejadian penyakit demam berdarah. Demam berdarah dengue (DBD) atau biasa juga dikenal sebagai dengue hemoragic fever (DHF) disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang di daerah tropis dan subtropics. Infeksi virus dengue ringan dapat menyebabkan demam tinggi, ruam merah pada kulit dan nyeri pada otot. Spektrum penyakit dapat menyebabkan pendarahan yang parah, tekanan darah menurun drastis, dan kematian.
Demam berdarah dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingkat terjangkitnya penyakit ini merata diseluruh Indonesia. Sepanjang tahun 2020, Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 103.781 penderita dengan angka kematian mencapai 727 orang. Angka IR 38,25/100 ribu penduduk sedangkan CFR 0,70 %.
Jumlah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Malang ternyata mengalami lonjakan. Selama tiga bulan terakhir tercatat 216 orang mengidap penyakit tersebut. Dua di antaranya bahkan meninggal dunia. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding triwulan pertama tahun lalu yang hanya tercatat 40 kasus.
Lonjakan kasus DBD sebenarnya terjadi pada Januari lalu. Angkanya mencapai 164 kasus dengan dua pasien meninggal dunia. Bulan selanjutnya bisa dibilang melandai dengan 40 kasus DBD tanpa pasien meninggal. Sementara bulan ini masih terpantau 11 kasus.
Angka-angka itu berbeda karakteristik jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pada Januari 2021 hanya tercatat 12 kasus DBD dengan satu pasien meninggal dunia. Pada Februari 2021, angkanya justru naik menjadi 26 kasus. Sementara pada Maret 2021, jumlah kasus menurun drastis dengan total hanya 2 pasien. Perubahan cuaca secara ekstrem diyakini turut menjadi penyebab tingginya kasus DBD saat ini. Hujan yang turun tiap hari mengakibatkan genangan air di banyak tempat. Khususnya di sudut-surut rumah yang tidak terpantau dan menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
Dari data tersebut di atas nampak bahwa musim penghujan masih menjadi pengaruh yang besar terhadap terjadinya kasus DBD, hal ini dikarenakan selama musim hujan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aygepti semakin banyak terutama area perindukan di area luar rumah.
Edukasi
- Edukasi kepada masyarakat, dengan cara melakukan pencegahan, tindakan dan ancaman penyakit DBD. Dilanjutkan dengan menyediakan bubuk ABATE untuk memberantas jentik nyamuk yang nantinya dibagikan kerumah-rumah warga sebagai bentuk pencegahan dan penanganan penyakit DBD.
- Edukasi kepada keluarga dan pasien DBD atau dengue fever (DF) yang dirawat jalan antara lain:
- Pasien harus beristirahat cukup dan menjaga suhu tubuh di bawah 39°Celsius
- Pasien perlu asupan cairan yang cukup, dapat berupa air putih, susu, jus, cairan isotonik, maupun oralit
- Awasi munculnya warning sign, termasuk melakukan pemeriksaan jumlah trombosit dan leukosit, serta hematokrit setiap 24 jam
- Keluarga pasien harus membersihkan lingkungan sekitar rumah agar penyebaran penyakit dapat terkontrol
- Edukasi untuk pasien dan keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit, yaitu penderita demam berdarah dengue atau dengue haemorrhagic fever(DHF) adalah:
- Istirahat cukup
- Asupan cairan yang cukup, dapat berupa air putih, susu, jus, cairan isotonik, maupun oralit
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Saat ini pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan menghancurkan tempat berkembang biak nyamuk dengan cara yaitu :
- Menguras : Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain.
- Menutup : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
- Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
- Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
- Menggunakan obat anti nyamuk oles ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.
Advokasi dan sosialisasi pada lintas sektor sangat dibutuhkan dalam pencegahan dan pengendalian DBD. Hal ini disebabkan Gerakan 1 Rumah 1 Juru Pemantau Jentik ( Jumantik), sebagai program andalan dalam pengendalian DBD seyogyanya tidak hanya dilaksanakan di tataran rumah tangga. Tetapi juga di setiap bangunan seperti kantor, tempat perbelanjaan, tempat ibadah, tempat pendidikan, terminal, pelabuhan, dan fasilitas umum lainnya.
Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti berikut:
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
- Menggunakan obat anti nyamuk
- Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
- Gotong Royong membersihkan lingkungan
- Periksa tempat-tempat penampungan air
- Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
- Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran jika hampir setiap tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB).
Selain program 3 M di atas, perlu juga dilakukan kegiatan tambahan (plus) yang dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, khususnya pada musim penghujan. Pencegahan lingkungan tambahan misalnya menggunakan kelambu saat tidur, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar/ruangan. Menjelaskan pencegahan,penanganan dan penanggulangan penyakit DBD melalui video yang akan dijelaskan oleh narasumber, kemudian video tersebut akan disebarkan elalui media informasi desa (group whatsapp).