.
Friday, December 13, 2024

Supit Urang dan Area dalam TNBTS Terbakar

Waspada Krisis Air dan Karhutla

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Malang Raya waspada berbagai dampak kemarau. Di antaranya siaga kebakaran dan krisis air. Berbagai upaya pecegahan dan cepat tanggapan disiapkan. (baca grafis)

Wilayah Kabupaten Malang misalnya mewaspadai krisis air di sembilan kecamatan. Selain itu siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Hasil kajian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mencatat, terdapat 18 desa di sembilan kecamatan dinyataan rawan bencana kekeringan. Sembilan kecamatan yakni Donomulyo, Gedangan, Sumbermanjing Wetan dan Sumberpucung. Selain itu Pagak, Kalipare, Lawang, Singosari, serta Jabung.

“Sejak dua pekan lalu asesmen diketahui belum ada gejolak terkait kekeringan di wilayah Kabupaten Malang,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, kemarin.

Sadono menuturkan 18 desa yang rawan terjadi bencana kekeringan merupakan desa yang pernah mengalami bencana kekeringan rentang waktu tahun 2019 sampai sekarang. “Pada tahun 2019 terdampak kekeringan, tahun ini juga rawan terjadi bencana serupa,” ujarnya.

Menurut dia, ada beberapa hal yang membuat gejolak kekurangan air bersih menurun. Yakni adanya pipanisasi dari Dinas Ciptakan Karya dan Tata Ruang, juga saluran pipanisasi oleh PDAM di daerah kering. Sementara itu puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada bulan September hingga Oktober. Sebab itu sejumlah tangki air dipersiapkan oleh BPBD Kabupaten Malang.

Lebih lanjut, Penata Penanggulangan Bencana Ahli Pertama BPBD Kabupaten Malang Isa Ansori menyampaikan, dampak kekeringan yang pernah dan diwaspadai terjadi adalah krisis air bersih dan karhutla.

Dikatakannya, pada dua tahun terakhir belum terjadi kemarau panjang. Sedangkan semester dua tahun 2023 ini baru dalam rentang waktu satu bulan minim hujan. Sementara pemasangan Hipam di beberapa lokasi juga membantu antisipasi ketersediaan air bersih. BPBD juga mengeluarkan surat keputusan (SK) terkait waspada kekeringan 51 hari sejak 11 Agustus 2023 lalu.

“Tahun ini mulai ada permintaan distribusi air. Salah satunya ke Dusun Sunggul, Desa Klampok, Singosari, dan Desa Jabung, Kecamatan Jabung,” sebut Isa.

Sedangkan mengenai kebakaran hutan, yang terparah terjadi pada tahun 2019 di wilayah hutan Gunung Arjuno pada kecamatan perbatasan Lawang dan Singosari. Kebakaran itu dalam catatannya mencapai 100 hektare lebih. Saat itu untuk pemadaman sampai mengerahkan helikopter untuk bom air.
Yang menjadi pemicu, lanjut Isa, antara lain gesekan ranting pohon saat suhu tinggi, faktor kesengajaan, hingga kelalaian seperti puntung rokok yang dihuang sembarangan.

Untuk langkah antisipasi, pihaknya bersama petugas Tahura dan stakeholder terkait terus melakukan edukasi dan imbauan ke masyarakat. Tak terkecuali di jalur pendakian. Sebab kerap kali ditemukan puntung rokok yang dibuang sembarangan hingga pembuatan api unggun di lokasi rawan terjadi suhu tinggi dan kebakaran.

Dari segi kebakaran, Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (BPPK) Satpol PP Kabupaten Malang mencatat 64 kebakaran selama Januari sampai pertengahan Agustus 2023. Meski begitu, rata-rata disebabkan kelalaian hinga korsleting listrik. Kecamatan Pakis menjadi yang tertinggi mengalami kebakaran.

“Sedangkan di kebun tebu dan hutan cenderung karena ketidaksengajaan adanya puntung rokok. Untuk di hutan yang berhubungan langsung dengan dampak kebakaran belum ada,” ujar Kepala BPPK Satpol PP Kabupaten Malang Sigit Yuniarto.

Informasi yang didapat Malang Posco Media, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengalami kebakaran dalam beberapa hari terakhir. Lokasinya berada berdekatan dengan Ranu Kumbolo. Api dilaporkan muncul pertama kali pada Jumat (18/8) lalu di kawasan Oro-oro Ombo. Wilayah itu masuk RPTN Ranupani. Lumajang. Dikabarkan sempat merembet sebagian kecil ke wilayah Ngadas Poncokusumo Kabupaten Malang.

Kepala Bagian Tata Usaha Balai BesarTaman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Septi Eka Wardhani mengungkapkan, hingga Minggu (20/8) petugas gabungan di lapangan masih berusaha memadamkan titik api yang masih muncul. Titik api memang sebagian sudah dipadamkan, tapi ada titik-titik lain yang belum berhasil dipadamkan.

Kendala lokasi kebakaran yang jauh, dengan sumber air cukup jauh menjadikan upaya pemadaman dari tim gabungan dari petugas TNBTS, kepolisian, TNI, masyarakat desa sekitar, mengalami kesulitan. Apalagi beberapa titik api berada di lereng-lereng dengan kemiringan cukup curam.

Petugas membuat sekat pemisah lahan yang terbakar dan tidak, agar kebakaran lahan tak merambat ke kawasan lain yang belum terbakar. Mereka melokalisir titik-titik api.

“Mengenai berapa luasnya belum bisa diinformasikan, dan masih diidentifikasi,” sebutnya. Dari hasil pengamatan objek yang terbakar merupakan vegetasi berupa semak-semak, belukar, serasah, dan sebagian pohon cemara.

“Petugas TNBTS dibantu Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Ranupani, Desa Ngadas dan Desa Argosari, TNI (Koramil Senduro) dan Polri (Polsek Senduro) telah berada di lokasi untuk melakukan pemadaman,” ungkap dia.

Pihaknya pun mengimbau agar semua kalangan berhati-hati dan tidak membuat api di sekitar kawasan TNBTS. Sebab saat ini kondisi cuaca sangat kering dampak dari musim kemarau dan sebagian savana mengering akibat frost (embun upas) beberapa waktu lalu.

Sementara itu menurut catatan kejadian UPT Pemadam Kebakaran Kota Malang, sepanjang 2023 ini kejadian kebakaran terjadi sebanyak 66 kali. Di Juli lalu tercatat kejadian kebakaran cukup banyak yakni terjadi sebanyak 16 kali. Terbaru Minggu (20/8) kemarin, TPA Supit Urang mengalami kebakaran. Kebakaran di TPA Supit Urang terjadi sejak Sabtu (19/8) siang pukul 13.00 WIB dan sudah sempat padam sore harinya. Namun menurut pantauan Malang Posco Media sore kemarin sekitar Pukul 15.00 WIB api kembali muncul.

Kepala UPT Damkar Kota Malang Agoes Soebekti mengatakan kebakaran terjadi pada tumpukan sampah di tengah hari ketika cuaca cukup terik. “Gas metan yang muncul dari tumpukan sampah memang rawan memicu kebakaran,” paparnya.

Sementara itu menurut catatan UPT Damkar Kota Malang beberapa bulan terakhir, kebakaran juga terjadi pada rumah warga hingga lahan kosong. Dari 16 kejadian kebakaran di Juli lalu, sebanyak tujuh kejadian di antaranya terjadi pada lahan kosong. Penyebab lainnya kebakaran akibat instalasi listrik, kelalaian warga seperti kebocoran gas dan lainnya.

Ancaman krisis ketahanan pangan juga mengintai di masa-masa kemarau. Hal ini segera diantisipasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang. Dispangtan menyiapkan berbagai upaya mitigasi menghadapi potensi dampak pemanasan suhu yang kini sudah terjadi di Kota Malang.

Kadispangtan Kota Malang Slamet Husnan menjelaskan hal ini sudah dibahas, dikarenakan adanya ancaman dampak kondisi cuaca El-Nino (fenomena pemanasan suhu), pihaknya bersiap.
Salah satu langkah yang telah disiapkan yaitu memastikan kelancaran pasokan air dari hulu ke sawah. Saat ini melakukan perbaikan saluran jaringan irigasi tersier. Ia menjelaskan, rencananya Dispangtan akan membuat sumur-sumur bor guna menambah pasokan air yang dibutuhkan.

Kemudian juga akan bekerja sama dengan kelompok tani dalam mengatur waktu tanam agar kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik.

“Hal ini dilakukan untuk mengatur penggunaan air secara efisien. Kemudian, dalam hal produksi padi, jika di Kota Malang sendiri saat ini relatif aman. Apalagi dalam kurun waktu satu tahun, pertanian di Kota Malang mampu melakukan penanaman padi sebanyak 2,5 kali,” jelas Slamet.

Di sisi lain, ia menambahkan, Wakil Menteri Perdagangan RI, Jerry Sambuaga, sempat memberikan peringatan terkait dengan antisipasi potensi El-Nino di Indonesia yang berdampak pemanasan suhu. Dikatakannya, persiapan antisipasi telah dilakukan oleh berbagai kementerian dan lembaga terkait, termasuk pemerintah daerah. Agar ketahanan pangan di daerah-daerah terjaga.

“Maka dari itu sekarang poktan kami ajak diskusi dan didata. Sampai mana mereka panen dan tanam lagi. Kondisi seperti apa. Jika nanti ada dampak pengaruh cuaca akan kita bantu cari solusi dan lainnya,” tegas Slamet.

Ia juga meminta perangkat wilayah di seluruh kelurahan dan kecamatan dapat memantau hal tersebut. Jika mendapati ada kelompok tani yang kesusahan maka segera didata dan dikomunikasikan dengan Dispangtan.

Ancaman krisis air dan kekeringan juga diantisipasi serius Pemkot Batu. Terutama karhutla. Pemkot Batu telah rakor yang diikuti Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai, pimpinna DPRD Kota Batu, Polres Batu, BMKG Kota Batu, BPBD Kota Batu, dan Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkot Batu.

Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai mengatakan rakor sebagai upaya strategis untuk mendeteksi secara dini El Nino dan karhutla. Melihat geografis Kota Batu yang sebagian wilayahnya terdapat hutan dan lahan pertanian, perlu adanya tindakan pencegahan agar tidak berdampak pada perekonomian dan masyarakat Kota Batu.

“Kami bersama-sama merumuskan langkah strategis untuk mencegah potensi bencana yang bisa terjadi. Jangan sampai potensi pariwisata dan masyarakat terganggu dengan adanya penanganan yang kurang,” ujar Aries kepada Malang Posco Media.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya melakukan beberapa langkah antisipasi. Di antaranya dengan diterbitkannya SK Wali Kota Batu tentang Status Siaga Darurat Bencana Karhutla No. 188.45 / 106/ KEP /422.012 / 2023 tanggal 23 Juni 2023, koordinasi bersama Tahura R Soerjo dan Perhutani KPH Malang, imbauan melalui media sosial dan sosialisasi mitigasi bencana.

Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, Kota Batu memiliki enam potensi bencana yang perlu diwaspadai. Antara lain tanah longsor, banjir, cuaca ekstrem, kebakaran hutan, gempa bumi, dan erupsi gunung berapi.

“Fenomena El Nino tahun ini sangat berdampak di beberapa daerah. Namun untuk Kota Batu dampaknya tidak terlalu signifikan. Kemungkinan beberapa dampak yang terjadi di Kota Batu seperti menurunnya debit air setiap musim kemarau, apalagi ditambah fenomena El Nino,” bebernya.

Lebih lanjut dia menjelaskan Kota Batu merupakan daerah penghasil pertanian. Beruntung Kota Batu memiliki banyak sumber yang masih lestari sehingga musim kemarau dan El Nino tidak akan mempengaruhi sektor pertanian.

“Dengan kondisi ini biasanya petani akan menerapkan pengairan secara bergantian karena sumber daya air yang menurun. Jadi kalau biasanya petani bisa menyiram sewaktu-waktu, maka saat kemarau dibatasi dengan bergantian,” bebernya.

Meski tidak ada dampak kekeringan yang signifikan seperti gagal panen dan tanah pertanian yang retak-retak karena kekeringan masih ada beberapa permasalahan yang dialami peternak. Yakni kenaikan harga pakan ternak (rumput) karena harus mencari di luar Kota Batu sebagai tambahan suplai.

Bencana karhutla ini yang menjadi fokus antisipasi BPBD Kota Batu. Pasalnya, jika tidak dimitigasi dengan baik, maka potensi banjir bandang seperti pernah terjadi pada 2021 lalu di Desa Bulukerto bisa saja terulang saat musim hujan.
Seperti diketahui, banjir bandang terjadi akibat dari kejadian karhutla di hulu Sungai Brantas yang terjadi pada tahun 2019. (tyo/ica/eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img