MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Masyarakat Kota Batu harus waspada terhadap penyakit menular. Salah satunya adalah penyakit kusta merupakan golongan penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi dan saluran pernapasan.
Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati mengatakan bahwa kusta umumnya dapat ditangani dan jarang menyebabkan kematian. Namun penyakit kusta berisiko menyebabkan cacat.
“Hal ini membuat pasien kusta berisiko mengalami diskriminasi yang dapat berdampak pada kondisi psikologisnya. Sebagai penyakit kelompok Neglected Desease (Penyakit Terabaikan), penyakit kusta perlu mendapatkan perhatian khusus, termasuk dari Dinkes Kota Batu,” ujar Susan kepada Malang Posco Media, Senin (29/1) kemarin.
Ia menjelaskan Kota Batu bukan merupakan daerah endemis Kusta, tetapi setiap tahun masih ditemukan 1-3 orang penderita kusta baru. Angka kunjungan Kota Batu yang tinggi serta pengiriman produk pertanian keluar Kota Batu dan interaksi penduduk dengan warga berbagai kota menjadi potensi masih bisa munculnya penyakit ini.
“Kusta merupakan penyakit menular yang tidak mudah menular. Meskipun demikian, Dinkes Kota Batu tetap berusaha melakukan upaya deteksi ini, melalui kerjasama penemuan kasus dengan dokter spesialis kulit di semua rumah sakit di Kota Batu,” bebernya.
Selain itu, juga dilakukan pemberian edukasi Cardinal Sign Kusta seperti bercak kulit mati rasa, penebalan syaraf disertai gangguan fungsi serta hasil pemeriksaan skin smear positif kepada masyarakat.
“Puskesmas di Kota Batu sendiri mampu melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk diagnosa Kusta dengan didampingi Dinas Kesehatan. Pengobatan kusta gratis di seluruh puskesmas se-Kota Batu,” paparnya.
Lebih lanjut, Susan menerangkan bahwa Kusta disebabkan oleh kuman kusta mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Kusta yang merupakan penyakit menular, menahun terbagi menjadi 2 jenis yaitu kusta kering dan kusta basah.
Kusta bukan penyakit karena kutukan, makanan maupun keturunan. Penularan kusta dapat terjadi karena penderita kusta yang tidak diobati kepada orang lain yang kontak lama dengan penderita biasanya pada orang yang tinggal serumah atau tetangga dekat melalui pernapasan (udara, red).
“Tidak semua orang serta merta tertular kusta begitu kontak dengan penderita. Secara statistik hanya 5 persen saja yang akan tertular. Sebagai ilustrasi dari 100 orang yang terpajan, 95 persen di antaranya tetap sehat, 3 persen tertular dan sembuh sendiri tanpa obat, sedangkan 2 persen lainnya menjadi sakit dan perlu pengobatan,” pungkasnya. (eri/jon)