Garda Psikis, Polwan harus siap bertugas apa pun dan kapan saja. Termasuk mengurus psikologi korban bencana. Kuncinya sederhana, tulus ikhlas menjalankan tugas.
MALANG POSCO MEDIA- Namanya Bripka Tyas Krismayanti, S.Psi. Polwan ramah ini bagian dari Tim Trauma Healing Polres Malang. Sehari-harinya bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Desa Pakiskembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Tak sekadar sebagai ibu Bhabin (sebutan lain Bhabinkamtibmas). Bintara polisi ini memiliki skill khusus. Yakni sebagai tim inti Trauma Healing Polres Malang. Tugas ini diemban sejak tahun 2018. Wanita berusia 37 tahun itu mudah temui di lokasi bencana. Ia sosok yang dekat dengan anak-anak. Amat sabar ketika bertugas meredakan trauma orang dewasa hingga lansia.
“Dulu sempat ingin kuliah jadi sarjana hukum. Tetapi karena ingin dekat masyarakat, akhirnya kuliah psikologi. Sehingga bisa pahami apa yang dialami orang lain,” kata Tyas saat ditemui usai simulasi Pilkades PAW di Polsek Pakis.
Sehari-harinya, Tyas memang seorang anggota Bhabinkamtibmas. Tugas ini biasanya identik dengan polisi pria. Ia tak pelit bercerita. Baginya dekat dengan warga desa bagai makanan sehari-harinya. Meredam permasalahan, mendamaikan, memediasi konflik-konflik warga pun ia lakukan. Jiwa kemanusiaannya memang tinggi.
Sebagai bhabinkamtibmas, dia harus selalu siap sedia 24 jam dalam memberikan arahan kepada masyarakat. “Suka dukanya banyak tambah pangalaman dan saudara. Disadari waktu menjadi seorang ibu akan sangat tersita karena waktu kumpul dengan anak-anak dilaksanakan sambil bekerja, karena saya meskipun polwan kan juga ibu dan seorang istri,” ceritanya.
Sebentar lagi ia harus menjadi garda pengamanan Pilkades PAW di desa tempat tugasnya, Pakiskembar. Tak ada yang menjadi beban pada dirinya. Wanita murah senyum ini selalu menjalankan tugasnya dengan tulus.
Tyas mengawali karirnya sebagai polwan pada tahun 2005. Bertugas di Polres Malang, ia sempat bertugas sebagai sekretaris pribadi Kapolres Malang era AKBP Suyono sekitar tahun 2006. Tyas kemudian kuliah jurusan Psikologi di Universitas Wishnuwardhana Malang, lulus tahun 2013.
Pertama kali diberi pelatihan Trauma Healing pada Desember tahun 2018. Saat itu seluruh polwan lulusan psikologi diberi pelatihan oleh Polda Jatim. Dibekali cara mengambil hati masyarakat. Terutama korban bencana, baik anak-anak hingga lansia.
“Mereka memang rawan traumatis tinggi, tidak semua bisa hilang dengan cepat. Kita juga tidak boleh memaksa,” kata Tyas.
Tyas ingat betul, saat bertugas ke lokasi bencana banjir dan angin kencang di Kota Batu, tahun 2019. Saat itu ia sedang hamil muda. Usia kehamilannya hampir tiga bulan. Namun tetap menjalankan tugas dengan profesional dan ikhlas. Berbagai bencana dia datangi namun tak pernah merasa sendiri. Tyas bersama tim Polres Malang juga selalu berkolaborasi dengan tim trauma healing dari instansi seperti dari Kemensos.
Ia mudah terenyuh dan larut dalam haru jika melihat anak-anak. Apa lagi korban bencana yang harus segera melupakan rasa pilu. Tak jarang pula Tyas menjadi sosok yang amat dirindukan anak korban bencana. Tak sedikit yang sampai saat ini terus berkomunikasi dengannya melalui ponsel. Bagaimana tidak, setiap trauma healing dilakukan hingga anak yang trauma bisa kembali riang. Anak-anak itu sering meminta Tyas kembali ke rumah mereka sekadar temu sapa dan bercanda.
“Namanya juga anak, saya sebagai ibu juga punya anak. Dia korban bencana, saya sebagai ibu mereka,” tuturnya, tak sadar matanya berkaca-kaca.
Ia kerap menghadapi anak dengan trauma yang berlarut. Seperti halnya korban gempa, ada yang tak mau keluar rumah atau bahkan menangis hanya karena terasa gempa akibat kendaraan melintas. Di sana dia harus mampu mengatasi dan mengembalikan psikisnya.
Keluarganya mendukung dan selalu memahami kondisi Tyas. Ia juga suka bercerita kepada anaknya saat ditanya apa kegiatannya. Sampai saat ini selalu menghadapi tugasnya dengan baik (tyo/van)