MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Siswa Sekolah Sabilillah dididik tidak hanya untuk pintar membaca, menghafal dan menerjemah Alquran. Tetapi lebih dari itu, Alquran benar-benar terpatri dalam hatinya. Menerangi setiap langkah hidup mereka.
Itulah yang disampaikan Dewan Pembina Yayasan Sabilillah Prof. Dr. H. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd kepada para wisudawan Alquran Sekolah Sabilillah Malang. Sebanyak 581 telah dinyatakan lulus tashih dan pada, Minggu (15/6) kemarin, mereka diwisuda. Kegiatan ini digelar di Gedung Bundar Universitas Islam Malang (Unisma).
Dia menerangkan, acara ini bukan sekadar prosesi wisuda. Tetapi perayaan jiwa yang bertemu kalam ilahi. Kecenderungan jiwa tersebut telah tumbuh sejak pengenalan huruf alif. “Dan kini telah menjadi sebuah hidayah untuk anak kita,” katanya di hadapan orang tua wisudawan.
Prof Rofi’uddin pun menyampaikan selamat kepada para wisudawan dan guru yang telah berhasil mencapai tahap yang membanggakan. Termasuk orang tua yang aktif mendukung putra-putri mereka. Menurutnya, memahami Alquran merupakan sebuah anugerah. Karena Alquran bukan sekadar bacaan. Bukan sekadar halaman. Di dalam Alquran ada tauhid, sejarah, kisah hikmah, hukum, dan rahmat untuk alam semesta.
Selain itu, kata dia, Alquran tidak hanya memerintahkan salat. Tetapi mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan berbuat adil. “Selamat kepada para wisudawan atas prestasi kalian. Semoga Alquran tertanam dalam sanubari. Maka keberadaan kalian akan membawa teduh dan berkah,” tuturnya.
Kepala Bagian Kurikulum LPI Sabilillah Fatimatus Syifa’, M.Pd menerangkan, Sekolah Sabilillah dengan komitmennya yang begitu kuat kembali melahirkan generasi Qurani. Generasi dengan karakter yang dilahirkan dari nilai-nilai Alquran. “Jadikan Alquran sebagai tuntunan hidup, sehingga menggapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat,” pesan Syifa’ kepada wisudawan.
Menurutnya, Ahlul Quran tidak hanya menolong dirinya. Di akhirat kelak mereka juga akan menjadi penyejuk bagi orang tuanya. Penghormatan tertinggi akan diberikan ahlul quran kepada orang tuanya. “Mereka yang di dalam hatinya ada Alquran, akan menjadi penerang dan menganugerahkan mahkota kehormatan bagi orang tuanya kelak di akhirat,” terangnya.

Tahun ini, wisuda Pendidikan Alquran Sekolah Sabilillah diikuti 581 siswa. TK Islam Sabilillah Malang 1 sebanyak 79 siswa dengan kategori Tartil Jilid 2 dan Hafal 15 Surat Pendek. SD Islam Sabilillah Malang 1 sebanyak sebanyak 184 siswa dengan rincian Tartil 30 Juz dan Hafal Juz 30. SMP Islam Sabilillah Malang dengan rincian Tartil 30 juz dan Hafal Juz 30 sebanyak 54 siswa, Terjemah Alquran dua Juz sebanyak 98 siswa dan tahfidz sebanyak 15 siswa. Sedangkan SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren dengan rincian Tartil 30 juz dan Hafal Juz 30 sebanyak 78 siswa, Terjemah dua juz sebanyak 42 siswa dan Tahfidz 31 siswa.
Syifa’ menyampaikan, setiap jenjang satuan pendidikan Sekolah Sabilillah memiliki target. Untuk lulus TK minimal mereka wajib tashih dua jilid dan hafal 15 surat pilihan. Di level SD siswa tashih tartil 30 juz di kelas 4. Lalu kelas 5 melanjutkan hafalan juz 30. Dan di kelas 6 ada program pasca tashih. Siswa menghafal surat pendek pilihan atau memilih menghafal juz 1.
Lalu di tingkat SMP 30 juz tartil untuk siswa lulusan non Sabilillah. Namun bila sudah bisa maka langsung menyesuaikan. Di level SMP siswa melanjutkan ke tahap terjemah dan hafalan empat juz plus juz 30. Sedangkan yang lulusan dari luar Sabilillah masih melalui dari tahap tartil. Dan sampai level SMA hafalan ditambah empat sampai lima juz. “Jadi mereka yang bersambung sekolahnya dari SD sampai SMA di Sabilillah, minimal sudah hafal 10 juz Alquran,” terangnya.
Pendidikan Alquran di Sekolah Sabilillah menerapkan metode Sabilillah Bil Qolam (SBQ) yang dibina langsung oleh Direktur Bil Qolam Pesantren Ilmu Quran (PIQ) Singosari KH. Anas Basori, Lc, M.A. Sedangkan Program Terjemah Al Qur’an Sekolah Sabilillah dibina langsung oleh KH. Muhammad Muslich, Pengasuh PP. Yayasan Hidayatul Mubtadi’in (Yahtadi) Lumajang.
“Maka ketika sampai pada tahap tashih, siswa langsung diuji oleh pihak PIQ dan Yahtadi. Bukan oleh gurunya sendiri. Sehingga hasil ujiannya objektif dan berkualitas ketika diuji oleh pihak eksternal yang kompeten,” pungkasnya. (imm/sir/lim)