spot_img
Thursday, June 26, 2025
spot_img

Wujudkan Impian Dirikan Sanggar,  Ajak Anak-Anak Belajar Karawitan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Helmi Khoirulloh, S.Pd, Panggilan dan Komitmen Menjaga Budaya

 “Lêstariné Budoyo Agawé Moncèré Nuswantoro”. Artinya, “Lestarinya Budaya Akan Membuat Negara Gilang Gemilang”. Kalimat ini menjadi penyemangat bagi Helmi Khoirulloh, S.Pd. Ia sampai mendirikan sanggar karawitan.

MALANG POSCO MEDIA– Sejak kecil, pria asal Pasuruan dan sudah menetap di Malang ini telah terpikat oleh keindahan budaya Jawa. Mulai dari aksara hingga seni karawitan. Kini, ia berkomitmen melestarikan dan mengembangkan warisan leluhur tersebut melalui pendidikan dan sanggar seni. 

Minat Helmi  terhadap budaya Jawa muncul sejak ia duduk di bangku SD kelas 3, sekitar tahun 2005. Ketertarikan tersebut sangat istimewa. Tidak seperti anak kecil seumuran yang lebih tertarik terhadap sepak bola atau permainan modern.

Helmi bercerita, saat itu ia mulai mempelajari aksara Jawa (carakan: Ha Na Ca Ra Ka) dengan tekun dan detail.

Ketertarikannya semakin dalam ketika ia duduk di bangku MTs/SMP. Saat itu, ia menonton pagelaran wayang kulit yang dipentaskan oleh Dalang Alm. Ki Enthus Susmono, yang merupakan dalang kondang asal Tegal sekaligus mantan Bupati Tegal.

Penampilan Ki Enthus Susmono, membuat Helmi semakin cinta terhadap budaya Jawa. Penampilan pagelaran wayang hingga semalam suntuk tersebut, membuat Helmi memantapkan untuk lebih serius lagi terjun di dunia Budaya Jawa.

“Sejak kecil saya sudah suka dengan budaya Jawa, seperti ada sesuatu yang unik. Dengan musik gamelan yang tidak seperti alat musik lainya yang menggunakan not do re mi,” ujar Helmi, Senin, (21/4) kemarin.

Setelah lanjut ke SMA, bakat seninya semakin terasah. Ia bergabung dengan grup musik Al Banjari Kontemporer dengan aliran musik ala Kiai Kanjeng, yang memadukan beberapa genre music. Mulai dari musik Jawa (slendro/pelog), pop, dangdut, hingga Arab. Pengalaman ini menjadi fondasi kuat baginya dalam memahami harmoni musik Jawa dan beberapa genre musik lainnya. Selama itu, ia terus latihan dan belajar nada Jawa dari beberapa literasi seperti YouTube dan rekaman gamelan lainnya.

Ketika memasuki UIN Malang pada 2014, Helmi sempat ditolak saat ingin mendaftar di Unit Pengembangan Kreativitas Mahasantri Jam’iyyah Da’wah Wa Al Fann Al Islamy (UPKM JDFI).

Ia ditolak  karena belum mahir memainkan alat musik. Sedangkan untuk bisa masuk di organisasi kampus tersebut, harus mahir salah satu alat musik.

Namun, penolakan itu tak mematahkan semangatnya. Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan Sanggar Karawitan Raden Said UIN Malang di bawah bimbingan almarhum Ki Denis Suwarno, dalang senior asal Malang. 

“Di awal tahun 2018, saya keluar karena mau fokus untuk pengerjaan skripsi. Kemudian saya sempat mengajar karawitan di SMP NU Bululawang. Tidak lama hanya beberapa bulan. Tapi pengalaman tersebut membuat saya harus lebih belajar lagi tentang budaya Jawa,” ujarnya

Cerita Helmi tidak sampai di sini, di tahun 2018 akhir, perjalanannya semakin matang setelah bertemu dengan Ki. H. Joko Setiyono (dalang RRI Malang) di salah satu pondok pesantren di Joyogrand, Merjosari Kota  Malang. Pertemuan dengan dalang kondang asal Madiun tersebut tampak sudah menjadi takdirnya untuk serius terjun di dunia karawitan. Bersama Ki. H. Joko Setiyono, Helmi belajar tentang falsafah Jawa dalam lakon pewayangan.

Tak hanya itu, di pondok pesantren tersebut ia juga bertemu dengan Ki. Dr. Riyanto, M.Hum (mantan Direktur UBTV). Bersama budayawan asal Banyuwangi tersebut, ia mendalami falsafah Jawa dan tembang-tembang macapat. Pertemuan dengan kedua dalang selaku praktisi budaya tersebut semakin memperdalam ilmunya.

Pada tahun 2024, Helmi mewujudkan impiannya dengan mendirikan Sanggar Karawitan “Kartika Laras” di SMP Kartika IV-9 Malang. Meski awalnya tidak memiliki alat lengkap, ia berlatih di rumah Ki Bagus Wignyo Priyaanggo (putra Ki Denis Suwarno) di Lesanpuro. Dengan tekad kuat, ia melatih 10 siswa yang berkomitmen belajar karawitan. 

Dalam waktu lima bulan, para siswa sudah menguasai beberapa gendhing dasar seperti Manyar Sewu, Singo Nebah, Ricik-Ricik dan Kebo Giro. Mereka bahkan tampil di acara Purnawiyata 2023, dan mendapat undangan oleh pemerintah Kabupaten Malang untuk mengisi pembuka acara di Pendopo Malang.

Bagi Helmi, melestarikan budaya bukan sekadar mempertahankan, tetapi juga mengembangkannya. “Dengan mengembangkan budaya, kita juga berbakti kepada leluhur,”ujarnya.

Ia sekarang  telah memiliki peralatan karawitan sendiri untuk melatih siswa-siswanya. Helmi juga menjadi pembimbing aktif karawitan di beberapa sekolah di Malang Raya.

Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah mengajak siswa untuk peka dalam bermain gamelan. Pemain harus menguasai harmoni, mendengarkan permainan teman, mengikuti kendang sebagai penentu tempo,dsb” jelasnya. 

Helmi berharap, upayanya dapat menginspirasi generasi muda untuk mencintai budaya Jawa. Baginya, Jika budaya hidup, negara pun akan jaya. Ke depan ia akan terus menyebarkan budaya Jawa karawitan ini kepada generasi muda penerus melalui pendidikan. “Jangan pernah malu belajar budaya sendiri. Karena di situlah identitas kita,” pesan Helmi yang juga menjadi MC Bahasa Jawa ini.(hud/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img