Malang Posco Media – Kreativitas Yunus Anwar butuh ketelitian tingkat tinggi. Yakni diorama mini. Berawal dari hobi, kini warga Kelurahan Purwantoro Kota Malang ini dikenal karena karyanya itu.
Menggunakan pinset, disinari cahaya lampu meja, jemari Yunus Anwar lincah mengutak atik sebuah minatur rumah. Ia sesekali menggunakan air brush kecil meyemprot cat khusus di salah satu bagian.
Lembaran kertas jenis PVC foam diubah menjadi sebuah tembok. Kayu balsa dibikin menyerupai lantai rumah mini hingga serbuk gergaji kayu menjadi sebuah pohon.
Dari awalnya sebuah lembaran kayu atau kertas foam, pelan tapi pasti jadilah sebuah minatur rumah. Skalanya satu banding 87. Sangat kecil namun detail bila dilihat dari dekat.
Miniatur ini kini dikenal sebagai diorama mini. Beda dengan maket yang ukurannya sedikit lebih besar dan tidak detail seperti diorama mini.
Yunus menekuni diorama mini sejak lima tahun lalu. Tidak seperti sekarang, dulu sangat jarang pelaku seni kreatif seperti dirinya. Saking jarangnya, ia sangat kesulitan membeli bahan untuk bagian-bagian kecilnya.
“Sekarang sudah lumayan ada yang seperti saya. Kalau dulu jarang, malah dulu itu saya sempat kesusahan bikin part kecil. Semua murni sebisa mungkin bikin sendiri. Sekarang terbantu karena ada teknologi 3D-print,” cerita Yunus.
“Dulu saya belajarnya dari video-video bule (luar negeri). Contoh membuat part seperti kompresor mini dengan sedotan kecil, diakal, dibentuk sampai jadi sebuah kompresor mini,” sambungnya.
Yunus mantap menekuni diorama mini ketika mengotak atik sebuah mainan hotwheels. Dengan sentuhan seni dari tangannya, ia berhasil mengubah mobil hotwheels dengan tampilan modern menjadi mobil kuno dan berkarat.
“Saya memang istilahnya aliran ‘rustic’, suka yang tema karat-karat begini. Awalnya dulu hobi terus saya upload di media sosial, ternyata banyak yang suka karena detailnya,” lanjut pria asli Malang ini.
Meski dulu bisa dikatakan masih asing, namun Yunus tetap konsisten menekuni hobinya. Gayung bersambut, setelah beberapa kali ia tunjukkan di media sosial, kemudian ada yang tertarik untuk memesan. Pria yang juga musisi cadas ini kemudian kebanjiran order. “Saya cuma melayani order, bukan semata komersial. Namanya hobi, ada kebanggaan tersendiri kalau ada yang merespon, mengupload di medsosnya. Alhamdulillah yang pesan itu biasanya pesan lagi,” kata alumnus Wearness Education Center ini.
Lama pembuatan diorama mini, disebutkan Yunus sangat bergantung kerumitan dan tingkat detail diorama mininya. Ada yang hanya beberapa hari, tapi juga ada yang butuh waktu sampai berbulan bulan.
“Lalu tergantung mood juga. Kalau tidak mood, terus memaksakan, bisa- bisa bongkar lagi karena ada yang tidak cocok. Yang paling lama itu dua bulan,” katanya.
Sebenarnya Yunus tidak hanya membuat diorama mini berupa miniatur rumah saja. Ia juga bisa membuat diorama alam, perbukitan hingga figur manusia mini. Tentu pastinya dengan tekstur dan tampilan yang begitu detail.
“Malah ada yang pesan aneh-aneh, seperti bangunan fantasi itu. Dia hanya kasih foto gambarannya minta dibikinkan seperti itu, lalu saya kerjakan. Tiap progresnya saya kasih tahu supaya bisa sesuai ekspektasinya,” beber Yunus yang juga menekuni usaha cetak sablon ini.
Rata-rata Yunus mampu membuat sekitar lima diorama mini tiap bulannya. Harga yang dipatok bervariasi, dari Rp 800 ribu hingga Rp 2,5 juta.
“Ada yang pesan bikin bangunan fantasi, ukurannya kecil, bahkan lebih kecil dari tangan saya. Sekecil itu saja, tapi justru butuh waktu satu bulanan dan harganya Rp 2,5 juta,” tukasnya.
Berkat menekuni hobinya ini, karya Yunus dikenal luas. Lewat pesanan masuk dari sosial medianya saja, Yunus sudah banyak jadi jujugan kolektor atau penghobi diorama.
“Sebenarnya beberapa kali ada order dari luar negeri, seperti Kanada, atau Hongkong. Cuma saya pikir waktu itu pas ribet jadi saya cancel, mungkin belum rezeki. Sekarang paling banyak se-Indonesia saja, seperti Bogor, Solo dan daerah lain,” ungkap alumnus SMKN 4 Malang ini.
Pria yang juga penghobi olahraga sepeda ini mengatakan secara perlahan diorama mini bermunculan yang sama seperti dirinya. Pecinta diorama dan kolektornya pun tentu juga lebih banyak lagi.
“Biasanya komunitas foto itu kan banyak yang tertarik untuk dijadikan obyek foto. Sekarang sudah banyak yang suka diorama mini seperti ini,” lanjut pria kelahiran 1981 ini.
Hingga saat ini pemerintah memang belum beri perhatian terhadap Yunus sebagai salah satu pelaku industri kreatif. Meski demikian bagi dia terpenting bisa berkarya. Juga menekuni hobi. Bila ada kesempatan berkolaborasi dengan pemerintah, ia akan sangat gembira. (ian nurmajidi/van)