MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU– Aksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) saat HUT RI menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Tak terkecuali Pasukan Paskibraka Kota Batu 2025. Agar dapat menyelesaikan upacara dengan sempurna mereka harus berlatih selama 20 hari.
Pelatih Paskibraka Kota Batu, Serka Mohammad Haryanto, menjelaskan bahwa pasukan Paskibraka dilatih selama kurang lebih 20 hari. 10 hari pertama latihan secara mandiri, 10 hari selanjutnya mereka masuk karantina yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud), Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Menariknya, anggota yang bertugas di Satuan Komando Garnisun Tetap (Kogartap) 0833/Malang ini menilai Paskibraka Kota Batu tahun ini lebih disiplin dan menjalankan arahan pelatih dengan baik. Sehingga pelaksanan upacara HUT ke-80 RI di Pemkot Batu berjalan sempurna. “Kami apresiasi pasukan Paskibraka Kota Batu. Anak-anak lebih disiplin, lebih menurut sama apa yang diterapkan oleh pelatih dan apa yang sudah disampaikan oleh pelatih,” ujar Serka Haryanto kepada Malang Posco Media.
Selamat masa latihan, puluhan pasukan pengibar harus mengikuti Pelatihan Baris Berbaris (PBB) serta fisik, termasuk lari dan penguatan otot. Meski tidak ada program khusus, para pelatih menekankan kedisiplinan, motivasi, tanggung jawab, dan fokus dalam setiap kegiatan. “Tantangan terbesar ya menjaga semangat dan disiplinnya termasuk masalah kesehatan. Kadang kendalannya di kesehatan. Itu saja,” ungkapnya.
Sementara itu dua anggota Paskibraka, Zildjian Soleil Luna dari SMAN 1 Kota Batu dan Khofifah Isna Elmaila dari MAN Kota Batu mengaku bangga bisa terpilih menjadi pembawa baki bendera.
Elma sapaan Khofifah Isna Elmaila bertugas saat upacara penurunan bendera mengatakan bahwa kesempatan menjadi pembawa baki bendera merupakan tanggung jawab besar. “Karena dari banyak teman-teman yang ikut seleksi, kita yang kepilih jadi pasukan pengibar bendera. Tentunya bangga karena diberi tanggung jawab besar,” bangganya.
Sedangkan Zildjian yang membawa baki saat pengibaran bendera mengungkapkan bahwa latihan penuh tantangan, mulai dari hukuman atas kesalahan hingga rutinitas fisik. Namun, ia menganggap masa karantina sebagai pengalaman paling berkesan. “Semuanya menyenangkan, tapi yang paling disenangi saat masa karantina. Di situ kita bisa berbagi cerita, saling mengevaluasi dan menjalin persaudaraan yang erat,” kenangnya.
Hal senada juga diungkapkan Elmaila, ia menilai intensitas kebersamaan dengan teman-teman dari latar belakang dan sekolah berbeda selama karantina meningkatkan kekompakan. “Soalnya kita dari pagi sampai malam setiap hari ketemu teman-teman dari beda sekolah, beda latar belakang. Ada senangnya, ada bertengkarnya, tapi itu justru bikin rame dan kompak,” imbuhnya.
Zildjian menambahkan, pengalaman menjadi anggota Paskibraka tidak hanya meningkatkan kemampuan baris-berbaris, tetapi juga membentuk kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terlihat dari jadwal karantina yang tertata rapi dari subuh hingga malam menjelang tidur.
Bagi keduanya, menjadi Pasukan Paskibraka bukan sekadar baris-berbaris, melainkan juga wujud pengabdian, persaudaraan, dan rasa kekeluargaan. “Paskibraka itu bukan tentang baris-baris saja, tapi juga kekeluargaan yang ada di dalamnya. Kebersamaan itu sangat tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata,” tandasnya. (eri/udi)