MALANG POSCO MEDIA – Guru pandai mengajar dan cakap membimbing siswanya adalah kebutuhan yang wajib. Tapi bila guru antusias dan semangat menulis, itu yang baru luar biasa. Betapa tidak, dengan kesibukannya mengajar, seorang guru masih mau mengasah pikiran, dan ilmunya agar makin bersinar.
Semangat menulis itu tercermin dalam gelaran event Guru Menulis bertema Cakap Digital yang digelar Malang Posco Media di The Shanaya Resort, Sabtu (19/2) lalu. Sedikitnya 50 guru dengan berbagai latar belakang bidang dan usia, berkumpul dan dengan gembira mengikuti acara yang mendatankan Andina Paramitha CEO Ngalup Collaborative, Sugeng Winarno Dosen Ilmu Komunikasi UMM dan Abdul Halim Pemimpin Redaksi Malang Posco Media.
Setelah mendapatkan materi personal branding dan tips menulis opini di media massa, para peserta memang dituntut untuk membuat listing tema tulisan. Tema tulisan itu wajib diselesaikan di bulan Februari hingga Juni mendatang. Tentu penulisan opini akan dibimbing langsung Pemimpin Redaksi Abdul Halim.
Materi materi yang sudah disodorkan akan dikurasi dan diedit, baik struktur tulisan, konten, dan cara mempresentasikan tulisan sehingga layak dipublis di koran Malang Posco Media. Bila belum layak, maka penulis akan mendapatkan kesempatan untuk revisi sampai tulisan layak muat.
Setelah muat di koran, Malang Posco Media punya target untuk menerbitkan buku Guru Menulis #2. Isinya adalah opini opini peserta Guru Menulis di The Shanaya Resort yang sudah dikurasi berdasarkan tema yang aktual. Target ini memang tidak mudah tapi harus dikejar untuk bisa konsisten menerbitkan buku. Dan yang terpenting peserta bisa menuangkan gagasan dan pokok pokok pikiran dalam wujud opini yang dibaca publik.
Karena itulah, guna memuluskan program, maka unsur ‘memaksa’ para peserta untuk menulis adalah keharusan. Sebab bila tidak, maka peserta juga akan santai santai saja. Kesadaran masing-masing orang memang sudah ada. Tapi butuh juga paksaan dari orang lain agar kita bisa sukses melakukan program yang berat. Seperti menulis ini.
Menulis juga sebagai upaya memberikan ‘panggung’ kepada para guru untuk punya kompetensi lebih. Bila seorang guru bisa menuliskan gagasan, ide ide briliannya dalam bentuk opini, maka personal branding yang bersangkutan juga akn meningkat. Orang akan mengenal dia sebagai orang yang ahli dalam bidang tertentu dan cakap dalam semua hal karena pandai menulis.
Karena itu menjadi debt collector tulisan juga menjadi pilihan untuk memacu semangat dan gairah menulis peserta. Sebab bila tidak ditagih tiap hari, bisa jadi akan lupa dan terlena. Apalagi sudah sibuk dengan mengajar dan lainnya. Belum urusan rumah tangga. Tapi siapa diantara mereka yang sukses menaklukkan kesibukannya dengan menulis, maka dia adalah ‘murid-murid’ Pramudya Ananta Toer.
“Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama tidak menulis, maka akan hilang dari sejarah dan peradaban dunia,’’ kata Pram.(*)