MALANG POSCO MEDIA- Pendidikan anak menjadi tanggung jawab orang tuanya. Guru hanya memberikan pengajaran. Sedangkan pendidikan justru orang tua yang paling pertama bertanggung jawab.
Karena itu, butuh metode. Perlu cara-cara yang efektif. Kalau bisa cara yang mudah dan tepat. Tidak hanya guru yang perlu metode, orang tua juga perlu untuk mendidik dan mengajar anaknya di rumah.
Menurut Linda Nyoto, cara yang efektif melakukan bimbingan dan pembinaan terhadap anak, dengan cara memasuki dunia mereka. Itu yang selama ini dia lakukan. Dengan ikut terlibat di dalam aktivitas anak, secara otomatis orang tua ikut melakukan kontrol.
Misalnya, anak suka film Korea. Sebisa mungkin orang tua juga nimbrung nonton bareng. Meskipun sebenarnya tidak suka. “Itu juga pengorbanan. Pura-pura suka. Demi anak-anak agar mereka merasa orang tuanya punya kegemaran yang sama,” katanya kepada Malang Posco Media.
Menurutnya, dengan masuk ke dunia anak, orang tua dapat melakukan banyak hal. Selain controlling, mereka bisa menyisipkan motivasi kepada anak-anaknya. Tentu dengan media hal yang digemari. “Misalnya dalam film, boleh juga kita ikut berkomentar seraya memberikan penegasan mana peran yang baik dan yang tidak baik,” terang Linda.
Linda memiliki lima orang anak. Tiga laki-laki dan dua perempuan. Dia bersama sang suami Imam Subaweh memberikan pendidikan yang kolaboratif. Sebagai orang tua perlu adanya komitmen, agar satu arah dalam mendidik.
Suami dan istri harus kompak. Terlebih saat ini dunia digital makin merambah bahkan hingga ke rumah-rumah. Tidak lagi terbatas di kantor atau sekolah. Teknologi sudah masuk ke kamar-kamar.
Kegandrungan anak-anak pada gadget sudah tidak dapat dihindarkan. Sarana komunikasi digital itu sudah menjadi kebutuhan. Apalagi pandemi Covid-19 melanda seluruh penjuru dunia. Dua tahun lebih lembaga pendidikan menerapkan daring.
Itu artinya, butuh sarana gadget. Handphone salah satunya. Sarana ini bahkan sudah sampai ke tangan anak-anak di usia TK. Maka perhatian orang tua harus lebih ekstra. Agar penggunaan handphone tidak melampaui batas.
Linda dan suaminya, punya perjanjian dengan anak-anak mereka. Khususnya anak kelima atau bungsu, yang masih duduk di bangku SMK. Bahwa sang buah hati boleh memiliki HP dengan catatan alat komunikasi itu tidak boleh dikunci layar.
Tujuannya agar sewaktu-waktu orang tua bisa mengontrol isi barang tersebut. “Bukan tidak percaya pada anak, tetapi media sosial dan semacamnya itu sudah tidak terbatas komunikasinya. Kontrol kita tidak lain untuk menjaga anak-anak agar tetap di jalan yang baik,” jelasnya.
Linda juga menilai kebersamaan dalam keluarga penting. Perlu adanya waktu membangun kebersamaan tersebut. Sehingga sehari-hari tidak hanya disibukkan dengan kegiatan usaha saja. “Keluarga itu harta termahal, perlu kita prioritaskan. Kadang-kadang kami jalan bersama untuk sekadar refreshing,” kata dia. (imm/van)