.
Sunday, December 15, 2024

Jiwa yang Merdeka

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Rasanya baru kemarin, aku ingin rasanya, aku bertanya kepada mereka semua bagaimana rasanya merdeka? Ingin rasanya bertanya kepada kalian semua, sudahkah kalian benar-benar merdeka?

(Gus Mus, 1994)

      Dirgahayu kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke-77 Tahun sudah meninggalkan kita. Kegiatan perayaan tahunan secara rutin ini sangat semarak dan suasana gegap gempita seluruh rakyat menyambutnya. Riuh rendah kegiatan semakin menambah hegemoni perayaan kemerdekaan ini. Dimulai pemasangan bendera dan umbul-umbul, acara barikan (malam tanggal 17) hingga perlombaan yang menghadirkan kesenangan tersendiri.

      Setiap rumah, gang masuk meriah dalam satu nada, warna merah putih sangat mendominasi pada setiap lingkungan tempat tinggal. Bahkan perayaan kemerdekaan tahun ini di Kabupaten Malang ada pemanjat tebing profesional membentangkan bendera berukuran 9×14 meter tepatnya di Lembah Kera, Gampingan Kecamatan Pagak. Tepat tanggal 17 Agustus 2022 pukul 09.45 diiringi lagu kebangsaan, bendera merah putih membentang di tebing dengan ketinggian 50 meter dengan sangat gagahnya.

      Sisi lain dari kegiatan di atas selain untuk menguatkan sendi-sendi nasionalisme, perjuangan serta rela berkorban sangat diperlukan untuk keteladanan kerja keras dalam mencapai sebuah tujuan. Heru colok mengatakan jika kegiatan ini untuk menumbuhkan semangat generasi muda dalam hal nasionalisme serta mampu mengisinya dengan prestasi salah satunya pada pada olahraga panjat tebing. (beritajatim.com, 17/8/2022). 

      Semangat merdeka, harusnya menjadi kata kunci dan bisa menjadi petunjuk bagi rakyatnya untuk selalu bangga menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelan namun pasti semua kebanggaan itu harus hadir pada jiwa-jiwa yang telah menyatakan merdeka. Merdeka dari segala himpitan dan kekurangan yang menimbulkan problem kecil pada diri kita masing-masing. Merdeka dalam artian luas, salah satu jawaban harusnya anda sendiri yang bisa menentukannya.

      Istilah kemerdekaan suatu bangsa pertama kali dimunculkan sekitar tahun 1770 dengan ditandai perang revolusi Amerika Serikat. Setelahnya diikuti dampak pasca perang dunia pertama. Runtuhnya Nazi dan Kekaisaran Jepang dan terakhir diikuti pecahnya Uni Soviet, Cekoslowakia dan Yugoslavia pada kurun waktu 1990an. Sejarah kemerdekaan negara ini penulis yakin sudah menjadi wawasan di luar kepala bagi setiap rakyat.

      Merdeka sejatinya bukan semata untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Lebih dari itu adalah sikap kritis dan bertanggungjawab terhadap keselamatan serta kemaslahatan bangsanya ke depan. Tidak lain adalah sebuah bentuk pekerjaan yang perlu digarap pada setiap sendinya untuk mewujudkan bangunan kemandirian, baik secara individu maupun sebagai bagian terkecil sebuah negara.

      Hal yang menjadi penting setelah kemerdekaan itulah yang kini yang menjadi sebuah problematika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa permasalahan dipastikan juga hadir dalam rangka membangun negara yang notabene adalah mengurus lebih kepentingan dari 273 Juta lebih rakyatnya. Mengisi kemerdekaan seperti apakah yang sedang anda lakukan?

      Kemerdekaan harus dipastikan memiliki pemimpin. Pemimpin yang lahir dari sebuah tatanan pengalaman dan keilmuan yang kuat. Pada buku kepemimpinan setiap manusia adalah berjiwa pemimpin hal ini dikuatkan dengan bukti ketika seseorang lahir dipastikan adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan banyak hal lainnya yang harus diperjuangkan dalam rangka menjadi pribadi bertanggungjawab.

      Pada buku 5 Pilar Kepemimpinan di abad 21 karya Dr. dr. Agustinus Johanes Djohan, MM, FIAS tahun 2016 membahas detail tentang kemauan dan semangat memimpin. Salah satu kutipan di dalamnya “senjata terkuat di bumi adalah jiwa manusia yang selalu menyala.”

Kutipan ini diambil dari Ferdinand Foch seorang jenderal Prancis. Bukan tidak mungkin anda menjadi salah satu pemimpin yang bersinar terang diikuti oleh rakyat yang sigap dalam mewujudukan setiap tujuan-tujuan negara.

      Memimpin diri sendiri katanya jauh lebih sulit. Mengurus diri sendiri saja kadang menimbulkan sebuah problem dan beberapa pergolakan batin yang senantiasa kita harus bisa meredamnya. Terkadang pula kita dapati juga mengurus struktur terkecil dalam rumah tangga masih juga ada permasalahan. Lantas kita harus padam atau tetap menyala? Semoga jiwa kuat dalam rangka mempertahankan rasa kemerdekaan diri, kita mampu untuk melalui dan mengisi dengan sebaik-baiknya.

      Bukti kesahihan kita mampu mengisi kemerdekaan serta memimpin diri sendiri adalah hingga saaat ini kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa bertanggungjawab. Mengisi sendi-sendi pekerjaan dalam rangka pemenuhan manusia sebagai mahluk berkebutuhan. Merealisasikan rasa kemerdekaan untuk sendiri ataupun kelompok kecil sudah barang tentu itu adalah pilihan.

      Pada tatanan masyarakat modern, mengisi kemerdekaan suatu bangsa dan negara menjadi hal sangat penting. Sudah 77 tahun negara ini menyatakan diri merdeka, tapi masih banyak kita temui permasalahan kemiskinan di negara ini.     Pada data Badan Pusat Statistik yang dirilis bulan Juli tahun 2022 menyebut ada sekitar 26,16 juta rakyat Indonesia masih dinyatakan berada pada garis kemisikinan. Sebuah permasalahan yang harus diuraikan dengan bentuk-bentuk solusi konkrit dan berdampak langsung terhadap rakyatnya.

      Di euforia hari kemerdekaan yang ke-77 ini semoga Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin menjadi dewasa dan berkembang untuk terus menghadirkan layanan yang terbaik terhadap seluruh kebutuhan mendasar rakyatnya. Indonesia pasti bisa melakukan hal ini di tengah resesi dunia karena angka pertumbuhan ekonomi tumbuh sekitar 5,44 persen pada triwulan II-2022 dibandingkan data pada triwulan II-20221. (BPS, 5/8/2022)    

      Kembali pada rasa kemerdekaan bagi diri kita masing-masing, merdeka memiliki arti yang kuat bagi setiap pribadi. Perjuangan untuk mencapai rasa merdeka bagi setiap pribadi inilah yang menjadikan pekerjaan rumah bagi setiap jiwa-jiwa yang berpikir maju dan fokus. Berat atau ringannya perjuangan pastilah sebuah kemampuan anda sendiri yang mampu menganalisa dan mengukurnya.

      Penutup  bait terakhir puisi milik Gus Mus pada pembuka tulisan masih layak untuk dijadikan sebuah renungan. Hal ini pun juga dirasa masih sangat relevan untuk diajukan sebagai pertanyaan kepada seluruh rakyat Indonesia. Merdeka!!! (*)      

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img