MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Aksi intoleran dan radikalisme ditengarai masih berpotensi terjadi di Indonesia. Pemerintah Kota Malang pun kini tengah berupaya mencegah agar aksi tersebut tidak muncul kembali. Oleh karenanya, Pemkot Malang bekerjasama dengan Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri bersilaturahmi dengan para dai dan khatib se-Kota Malang, di Balai Kota Malang Selasa (20/9) kemarin.
“Teroris itu bisa muncul dimana-mana. Saat ini kita kumpulkan para khatib kepanjangan umat. Kalau khatib pola pikirnya masih merasa bahwa ada diskriminasi atau menyalahkan kelompok lain, bibit-bibit itu bisa saja muncul. Hari ini (kemarin, red) dikumpulkan bersama supaya para pendakwah khatib menyampaikan sebetulnya agama membimbing pemeluknya ke arah kebaikan dan kedamaian,” tegas Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji kepada Malang Posco Media.
Sutiaji menuturkan, tiap agama memang punya keyakinan masing-masing. Akan tetapi tidak boleh sampai menyalahkan dan mencela agama lain. Beruntung dikatakan Sutiaji beberapa waktu terakhir situasi di Kota Malang masih cukup kondusif.
“Sejauh ini saya kira masih dalam koridor, tapi tetap waspada karena bisa muncul kapan saja. Keyakinan itu sel, dan itu tidak bisa lengah, kapanpun bisa muncul,” tegas Sutiaji.
“Goalnya, kita menuju Kota Malang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur (diliputi kemakmuran dan kebaikan alam serta masyarakatnya, red), ketenangan, damainya suasana, ini harus kita kuatkan, dan menjadi tanggung jawab kita bersama,” sambung Sutiaji.
Hadir pada kesempatan itu Kapolresta Malang Kota, Kombespol Budi Hermanto, S.I.K., M.Si, Komandan Kodim 0833 Kota Malang, Letkol Kaveleri Heru Wibowo Sofa, SH, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang, Dr. H. Muhtar Hazawawi, M.Ag, serta Kepala Bakesbangpol Kota Malang, Dra. Rinawati, MM.
Sementara itu, Kanit 1 Subdit Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88, AKBP Moh. Dofir, S.Ag., S.H., M.H. menjelaskan bahwa pihaknya kini berkeliling ke seluruh Indonesia untuk melakukan pencegahan aksi intoleransi dan radikalisme. Kota Malang menjadi titik ke-16.
“Kebanyakan orang-orang yang terkena paham radikalisme dan intoleransi karena informasi yang tidak akurat, pemahaman agama kurang, banyak belajar ke YouTube, tidak ada gurunya. Makanya dengan kegiatan silaturahmi ini, semoga para dai dan khatib ini mencegah dengan damai. Karena dai dan khatib ini adalah corong untuk membantu pemberantasan,” terang Dofir.
Dai dan khatib ini dikatakan Dofir memiliki peran yang begitu strategis. Sehingga diharapkan ketika berkomunikasi dengan masyarakat bisa menyuarakan pencegahan terhadap aksi intoleran dan radikal.
“Mereka memberi materi jangan menjelek-jelekkan lainnya. Kita nasihat satu suku satu bangsa, supaya kita ini saling merangkul dan tidak saling menghujat,” tandasnya. (ian/aim)