.
Friday, November 22, 2024

Karya Berbasis Ecoprint Tembus Pasar Luar Negeri

Lestarikan Lingkungan, Pewarna Produk dari Tumbuhan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Bermula dari kreativitas menghasilkan karya yang indah dan  ramah lingkungan. Kini Levita Damaika Anggriani menghasilkan produk ecoprint tembus ke pasar ekspor. 

========

Levi, sapaan akrab  Levita Damaika Anggriani mampu menunjukkan bahwa berwirausaha dengan tetap menjaga kelestaraian  lingkungan bisa dilakukan bersamaan. Itu berawal dari percobaan membuat suatu karya yang tidak merusak alam, warga Jalan Bromo I No 35  Kota Malang  ini akhirnya dapat menghasilkan produk ecoprint hingga menyentuh pasar ekspor.

Ecoprint merupakan teknik cetak dengan memanfaatkan bahan-bahan alami. Prinsip pembuatannya memanfaatkan bunga, daun serta batang tanaman  yang mampu mengeluarkan pigmen warna yang dikombinasikan pada kain.

“Melalui pasar online maupun bertemu langsung dengan buyer saat pameran, akhirnya beberapa produk kami secara retail dapat menembus pasar ekspor,” kata Levi. Di antaranya tembus pasar California, Rusia, Inggris, Jerman hingga Slovakia.

Berasal dari latar belakang seorang seniman musik yang akrab dengan isu sosial dan budaya, kerap kali ia harus mengalami berbagai gejolak dalam kehidupan. Salah satunya mengenai bagaimana menghasilkan usaha yang sekaligus dapat melestarikan alam.

“Tertarik dengan ecoprint awal mulanya saya melihat dari gaun pengantin yang dikenakan oleh teman saya di Bali. Dari sana saya mulai mencari tahu tentang ecoprint,” jelasnya.

Kekayaan alam yang ada di Indonesia membuatnya tertarik untuk mendalami ecoprint. Selain dapat berwirausaha, ia juga bisa melestarikan alam. 

Belajar secara otodidak melalui buku maupun internet selama enam bulan, beberapa kegagalan dialaminya. Khususnya dalam mencari tanaman yang dapat menghasilkan pigmen warna yang sesuai harapan.

“Akhirnya di tahun 2016, saya dapat meluncurkan brand Lakshmee. Produk ecoprint pertama yang saya hasilkan berupa kain dan juga baju dengan corak khas warna serta  bentuk yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan,” ungkap alumni SMKN 8 Malang ini.

Nama Lakshmee sendiri Levi ambil dari nama Dewi Bumi, yakni Laksmi. Ia berharap Ibu Bumi akan senantiasa menyertai dan memberikan keberuntungan bagi mereka yang mendirikan usaha dengan tetap melestarikan alam. Ataupun bagi para konsumen yang menggunakan produk dari Lakshmee yang ramah lingkungan.

“Kami terus berkomitmen untuk tidak hanya membuat produk, akan tetapi kami juga menginspirasi sekaligus mengedukasi masyarakat di sekitar kami tentang produk-produk yang ramah lingkungan,” tuturnya.

Ideologi senantiasa melestarikan alam dan lingkungan terus mereka jaga. Bahkan dalam produksinya  turut serta mengikutsertakan pengrajin lokal.

“Total saat ini sudah ada empat karyawan tetap, dan sisanya karyawan lepas,” jelas basis band Throw It All itu.

Produk-produk yang dihasilkan  Lashmee Indonesia umumnya ditujukan untuk pria dan wanita. Mulai usia 17 tahun hingga 50 tahun. Beberapa hasil produksinya berupa kain, hijab, scraft, syal, tenun hingga baju yang limited design. Setiap bulannya, ia mampu menghasilkan produk sekitar 400 buah dengan penghasilan rata-rata 40 juta per bulan.

“Produk kami juga sudah tersebar di beberapa hotel di Malang Raya, seperti Hotel Grand Mercure Mirama, Shalimar Boutique Hotel serta Swiss Bell Hotel,” ucap dia.

Melalui produk ecoprint tersebut, Levi dapat menemukan berbagai pengalaman dan berkenalan dengan orang-orang baru. Terutama yang sama-sama memiliki ketertarikan dan antusias dalam melestarikan alam.

Selain itu ia juga turut serta memberdayakan perempuan. Tujuannya  agar kaum  perempuan dapat berdaya secara bersama-sama.

“Kami terus melakukan inovasi-inovasi baru untuk menghasilkan produk organik yang ramah lingkungan. Di antaranya dengan menggandeng warga lokal, salah satunya untuk menghasilkan kain sutera yang high quality, kami menggandeng peternak ulat sutera yang ada di Malang,” terangnya.

Meskipun sempat jatuh saat pandemi Covid-19 lalu, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Levi. Bahkan Studio Tumbuh yang ia bangun bersama ibu-bu kolaborator di tahun 2017 terpaksa harus tutup hingga saat ini, meskipun sudah mulai banyak permintaan untuk membuat workshop.

“Kita tutup sampai benar-benar bisa beradaptasi dengan keadaan yang sekarang. Rencananya untuk buka lagi sih ada, mungkin pertengahan tahun ini, kalau tidak tidak yang mungkin tahun depan,” papar perempuan lulusan Teknik Komputer Jaringan tersebut.

Beberapa inovasi akan terus Levi bangun untuk ke depannya. Namun tetap dengan prinsip ramah lingkungan, yakni menggunakan bahan dasar pewarna alam dan juga bahan-bahan organik lainnya. (adam malik/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img