spot_img
Monday, June 9, 2025
spot_img

MORAL CLARITY

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Kisah masyhur yang pernah terjadi dalam penggalan sejarah perjalanan kehidupan manusia pada ± 3.700 tahun yang lalu adalah kisah tentang keteguhan hati sang Nabi cakap rupawan Yusuf as. Nabi Yusuf yang terlahir dari 12 bersaudara keturunan Nabi Ya’qub ini menjadi teladan akan sikap mental dan daya juang terhadap moralitas dan profesionalisme.

Singkat cerita pasca dijebloskannya beliau ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya yang dengki akan positioningnya saat itu, pada akhirnya Nabi Yusuf ditakdirkan masuk ke dalam lingkaran istana. Atas kecerdasan dan kegemilangan pikirannya itu kemudian beliau diangkat menjadi bendahara kerajaan Mesir, yang diabadikan oleh Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 55.

Nabi Yusuf meminta jabatan sebagai bendahara negara karena dia memang memiliki kemampuan untuk memegang amanah tersebut. Bahkan prestasi yang luar biasa dan kebermanfaatannya bagi kerajaan dan negara-negara sekitar yang sedang mengalami “paceklik” dengan mudah teratasi.

Kisah roman pun menghiasi perjalanan karir Nabi Yusuf selama di istana kerajaan. Adalah Zulaikha istri sang Raja yang mencoba untuk membujuk Yusuf melakukan tindakan asusila di tengah meroketnya karir dan reputasi Nabi Yusuf di kerajaan. Namun semua upaya “amoral” itu gagal atas izin Allah SWT dan Nabi Yusuf tetap menjaga martabat dan kesucian dirinya sebagai utusan ilahi.

Kisah moralitas sarat makna yang lainnya juga pernah terjadi pada pasa kepemimpinan Umar Bin Khattab, Khalifah kedua setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW yang terkenal akan ketegasan dan kharismanya. Dikisahkan saat itu situasi pasar sedang tidak stabil, ada beberapa oknum penjual susu yang mencampur susunya dengan air sehingga dia bisa menjual susunya dengan lebih murah. Hal ini berakibat susu yang dijual oleh anak dan ibunya tersebut tidak laku. Karena kompetitornya menjual susu yang sama dengan harga yang lebih murah.

Sampai pada suatu malam percakapan menggetarkan hati itu pun didengar oleh sang Khalifah Umar Bin Khattab. “Wahai anakku kita campur saja susu jualan kita dengan air, agar kita bisa menjual dengan harga yang sama dengan pedagang yang lainnya,” tegas sang ibu kepada anaknya.

“Tidak wahai ibu, bukankah Khalifah Umar Bin Khattab melarang kita semua untuk mencampur susu jualan ini dengan air, karena hal tersebut merupakan perbuatan tercela,” jawab sang anak. “Khalifah Umar tidak akan tahu kalau susu ini telah kita campur dengan air,” jawab sang Ibu. “Tidak ibu, bukankah Allah SWT Tuhannya Khalifah Umar bin Khattab dan Tuhan kita semua mengetahui seluruh apa yang kita kerjakan?”, jawab sang anak dengan penuh keyakinan kepada sang ibu.

Percakapan itu pun menggetarkan hati dan menyentuh hati sang Khalifah. Beliau langsung melakukan razia kepada semua penjual susu yang ada seluruh Kota Madinah dan memberikan hukuman bagi penjual susu yang mencampur susunya dengan air.

Tidak cukup di situ, khalifah Umar pun akhirnya menjodohkan sang anak yang memegang kejujurannya tadi itu dengan putra sang Khalifah, yang suatu kelak menurut berbagai referensi anak keturunannya adalah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang berkuasa dengan penuh kebijaksanaan pada masa Bani Umayyah.

Denyut politik menjelang Pemilu 2024 memang semakin mengencang, berbagai manuver yang dilakukan oleh berbagai pihak pemangku kepentingan sudah mewarnai jagad informasi di berbagai media yang ada di nusantara ini. Mulai dari kasus-kasus korupsi yang semakin hari semakin terkuak, gaya “hedon” pejabat dan keluarganya yang disorot tajam oleh masyarakat, sengketa penyelenggaraan pemilu terbuka atau tertutup, opini penundaan pemilu, dan kasus berdarah stadion Kanjuruhan yang menelan ratusan korban dimana kasus hukumnya tidak menemui kejelasan hingga saat ini.

Moral Clarity adalah sebuah istilah yang dipopulerkan oleh William J. Bennett’s pada saat pemerintahan Presiden Ronald Reagen di Amerika Serikat. Dia mempersoalkan kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat saat menyerang Irak dengan alasan Moral Clarity. Seharunya menurutnya jika Moral Clarity yang dijadikan patokan maka negara seperti Korea Utara juga harusnya menjadi bagian dari objek serangan Amerika Serikat.

Hari ini bangsa kita benar-benar butuh Moral Clarity ini. Situasi politik yang semakin hari semakin menghangat, kondisi ekonomi bangsa yang sedang tidak sepenuhnya baik-baik saja, ditambah tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan aparat negara yang semakin hari semakin terkikis, semakin mempertajam krisis kepercayaan yang terjadi.

Kisah jebolnya pertahanan Kekaisaran China pasca diresmikanya tembok besar China yang membentang sepanjang ± 21ribu Km akibat pasukan Barbar berhasil menyuap petugas jaga benteng merupakan sebuah potret bahwa Moral Clarity menjadi sesuatu hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegera.

Berabad-abad yang lalu Islam telah memberikan gambaran akan “Moral Clarity” ini. Kisah Nabi Yusuf sang bendahara Negara yang mampu menjaga reputasi dan kepercayaannya dengan sangat baik sehingga Negeri Mesir bisa maju dan berkembang dari paceklik yang terjadi, atau kisah anak penjual susu yang di tengah kegelapan malam tanpa diketahui oleh siapapun, namun ia tetap menjaga kejelasan moralitasnya sebagai penjual susu yang menjual susunya tanpa dicampur dengan air.

Spirit Ramadan adalah madrasah untuk mengembalikan “Moral Clarity” seluruh elemen anak bangsa untuk kembali menjadi manusia yang menjujung tinggi kejelasan moralitas dalam diri. Ramadan mengajarkan kita untuk terlahir menjadi manusia baru yang sadar bahwa ada kedigdayaan yang tidak tertandingi yang menilai dan mengawasi atas moralitas yang kita pertontonkan dalam kehidupan dunia.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img