MALANG POSCO MEDIA – Tak ada yang menyangka, empat anak ini mendadak jadi yatim piatu. Mereka adalah empat anak yang ditinggalkan pasangan suami istri (Pasutri) yang menjadi korban kecelakaan lalulintas (Lakalantas) di Jalan Raya Asrikaton, Pakis, Minggu (11/6). Mereka terlihat duduk bersama dengan para pentakziah yang terus silih bergantian mendatangi rumah duka di Jalan Cakalang RT 04 RW 10 Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Almarhum Slamet Riyadi dan almarhumah Khoirul Ummah, kedua orang tua dari empat anak itu meninggal dunia di lokasi kejadian bersama bayinya yang turut jadi korban. Kini empat anak untuk sementara diurus sosok yang sering dipanggil ‘ayah’.
Empat anak yang ditinggalkan orang tuanya itu yakni, Dzurrotun Nashichatus Salmah, 15, Ikfina Maulidah Salmah, 10, Mumtaz Azzahirah Salmah, 8, dan Muhammad Akbar Khoirudin, 4. Mereka terlihat duduk bersama dengan para takziah.
Anak pertama, Dzzorotun Nashichatus melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Asy-Syadzili Kecamatan Tumpang. Dia ingin menjadi penghafal Al-Qur’an. Anak yang kedua, Ikfina Maulidah kelas 4 dan anak ketiga, Mumtaz Azzahirah kelas 2. Keduanya sekolah di Madrasah Minu Polowijen. Sedangkan anak keempat, Muhammad Akbar masih belum sekolah.
Saudara korban, Hadi Sucipto mengatakan, empat anak yang ditinggalkan orang tuanya itu akan diurus olehnya untuk sementara. Pun kelanjutan pendidikan mereka. Empat anak tersebut sudah menganggap Sucipto sebagai ayahnya. Ditemui Malang Posco Media, anak keempat korban, Muhammad Akbar sesekali memanggil Sucipto dengan sebutan ayah.
“Kalau sama saya, anak-anak korban sudah lengket sama saya. Sejak kecil manggil saya ayah,” ucapnya.
Anak ke tiga, Mumtaz Azzahirah dan anak ke empat, Muhammad Akbar biasanya ikut orang tuanya menjenguk anak pertama, Dzurrotun Nashicatun ke pondok pesantren. Namun pada saat hari kejadian. Mereka sedang tidur. Korban pasutri, Slamet Riyadi dan Khoirul Ummah kemudian sempat menitipkan anaknya ke Sucipto.
“Biasanya anak ke tiga dan ke empat almarhum selalu ikut orang tuanya. Tapi saat itu masih tidur. Almarhum lalu menitipkan anaknya ke saya. Namun, almarhum tidak kembali,” cerita Sucipto dengan sendu.
Pada saat mengetahui kecelekaan, Sucipto dan keluarga lainnya mencoba mengalihkan perhatian keempat anak korban. “Saat itu, anak korban histeris semua. Kami mencoba mengalihkan perhatian. Kondisi psikisnya histeris gak diatasi. Tapi sekarang sudah tenang semua,” sambungnya.
Pantuan Malang Posco Media, Selasa (13/6) pagi, para takziah memadati setiap ruang rumah korban. Karangan bunga bertambah. Pihak Pondok Pesantren Asy Syadzili Kecamatan Tumpang, tempat anak pertama korban melanjutkan pendidikan juga datang.
Korban, almarhum Slamet dikenal masyarakat sebagai tokoh agama. Dia sebagai guru ngaji di Musala depan rumah yang ditinggalinya. Sedangkan, istirnya, almarhumah Ummah sebagai penghafal Al-Qur’an. (den/bua)