Malang Posco Media – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) adalah program yang umum dilaksanakan di sekolah-sekolah di Indonesia sebagai langkah awal untuk mengenalkan siswa baru dengan lingkungan sekolah mereka. MPLS dirancang dengan harapan dapat membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan baru, memahami aturan dan tata tertib sekolah, serta membentuk dasar-dasar karakter yang baik.
Namun, untuk mencapai hasil yang lebih efektif dalam pembentukan karakter siswa, diperlukan peninjauan ulang terhadap pendekatan dan pelaksanaan MPLS. Salah satu aspek yang memerlukan peninjauan ulang adalah pendekatan MPLS yang seringkali terlalu formal dan seragam.
Program ini cenderung berfokus pada pengenalan struktur dan tata tertib sekolah, seperti jadwal pelajaran, aturan perilaku, dan tugas-tugas administratif lainnya. Meskipun hal-hal ini penting untuk dipahami oleh siswa baru, MPLS perlu memberikan perhatian yang lebih memadai pada pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan kreatif siswa.
Siswa perlu diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mendorong kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan menghadapi tantangan di dunia nyata.
Selanjutnya, MPLS seringkali mengabaikan pentingnya inklusi dan keberagaman. Program ini lebih sering mempromosikan proses asimilasi siswa baru ke dalam budaya sekolah yang sudah ada, tanpa memberikan ruang bagi mereka untuk mempertahankan identitas dan keunikan mereka sendiri.
Ini dapat berdampak negatif pada siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kebutuhan khusus, atau memiliki minat dan bakat yang unik. Oleh karena itu, penting bagi MPLS untuk diperbarui agar menciptakan lingkungan yang inklusif, menghargai perbedaan, dan mendorong keberagaman.
Siswa perlu merasa diterima dan didukung dalam mengekspresikan diri mereka secara autentik, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan percaya diri.
Selain itu, MPLS sering memberikan beban belajar yang terlalu berat bagi siswa baru.
Program ini kadang-kadang dipenuhi dengan sejumlah besar informasi, aturan, dan tugas yang harus diikuti dan dikuasai dalam waktu singkat. Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang berlebihan pada siswa baru yang belum terbiasa dengan lingkungan sekolah.
Sebagai alternatif, MPLS seharusnya menjadi periode yang lebih santai dan mendukung. Perlu ada penekanan pada pembentukan hubungan sosial yang positif antara siswa baru dan siswa yang sudah ada, guru, dan staf sekolah. Selain itu, pengenalan terhadap tugas dan tuntutan akademik harus dilakukan secara bertahap, dengan memberikan dukungan dan panduan yang memadai kepada siswa baru agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan perlahan.
Dalam melihat kembali pendekatan dan pelaksanaan MPLS, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dari program ini. Penting untuk memberikan penekanan yang lebih besar pada pembentukan karakter siswa, pengembangan keterampilan sosial dan emosional, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka.
MPLS yang lebih terarah dan menyeluruh dapat membantu siswa merasa lebih terhubung dengan lingkungan sekolah mereka dan merasa siap untuk menghadapi tantangan akademik dan non-akademik di masa mendatang. Terakhir, MPLS harus terus berkembang seiring dengan perkembangan pendidikan dan tuntutan dunia yang terus berubah.
Evaluasi dan penyesuaian secara teratur harus dilakukan untuk memastikan bahwa program ini memberikan manfaat yang optimal bagi siswa baru. Dengan melakukan tinjauan kritis terhadap pendekatan dan pelaksanaannya, kita dapat memperbaiki MPLS di Indonesia dan menciptakan pengalaman yang lebih positif dan bermakna bagi siswa dalam memulai perjalanan mereka di sekolah.
Dalam menghadapi tantangan ini, teori-teori dalam pendidikan dapat memberikan pandangan yang berharga. Teori pembelajaran sosial menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran, yang dapat diterapkan dalam MPLS untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dan pengembangan keterampilan sosial.
Teori konstruktivisme menekankan peran aktif siswa dalam konstruksi pengetahuan, yang dapat mendorong MPLS untuk melibatkan siswa dalam kegiatan eksplorasi dan refleksi yang membantu mereka membangun pemahaman mereka sendiri.
Teori perkembangan moral memperkuat pentingnya pendidikan moral dalam pembentukan karakter siswa, yang dapat diintegrasikan ke dalam MPLS untuk membantu siswa memahami nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah.
Dalam kesimpulan, MPLS di Indonesia perlu dilihat secara kritis agar dapat mencapai hasil yang lebih efektif dalam pembentukan karakter siswa. Pendekatan yang terlalu formal, kurangnya inklusi, dan beban belajar yang berlebihan adalah beberapa aspek yang perlu ditinjau ulang.
Diperlukan penekanan yang lebih besar pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa, serta menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung. Evaluasi dan penyesuaian secara teratur harus dilakukan untuk memastikan bahwa MPLS memberikan manfaat yang optimal bagi siswa baru.
Dalam proses ini, teori-teori pendidikan dapat memberikan pandangan yang berharga untuk menginformasikan perubahan dan pengembangan yang diperlukan dalam pendekatan dan pelaksanaan MPLS di Indonesia.(*)