Wartawan Malang Posco Media Explore Labuan Bajo
Labuan Bajo punya banyak spot wisata. Selain laut, pantai dan biawak raksasa Komodo, ada juga gua. Salah satunya Gua Batu Cermin. Wartawan Malang Posco Media Miftakhul Huda baru saja explore ujung barat Pulau Flores NTT itu.
Berangkat bersama Tim Jurnalis Pokja Grahadi Surabaya. Selama tiga hari, 27-29 November lalu.
Senin, (27/11) pukul 12:15 WIB, saya dan rombongan Jurnalis Pokja Grahadi Surabaya berangkat dari Bandara Juanda Surabaya. Menuju Labuan Bajo dengan pesawat Super Air Jet. Lama penerbangan satu jam 30 menit. Setelah mendarat di Bandara Komodo Labuan Bajo, langsung bersiap menuju tujuan wisata pertama. Pukul 16.00 WITA, kami dijemput dengan mini bus mengunjungi Gua Batu Cermin di Kampung Wae Sambi Desa Batu Cermin.
Wisata Gua Batu Cermin merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo.
Menurut pemandu wisata Ashabul Kahfi, Gua Batu Cermin pertama kali ditemukan pada tahun 1951 oleh seorang arkeolog yang juga pastor asal Belanda. Namanya Theodore Verhoeven. Dahulunya, gua ini berada di bawah permukaan laut yang kemudian muncul ke permukaan darat.
Dinamakan Gua Batu Cermin karena dindingnya yang mengandung banyak garam, sehingga memantulkan cahaya seperti cermin. Cahaya dinding diperoleh dari sinar matahari yang masuk ke dalam gua lewat lubang-lubang dari atas gua. Waktu terbaik mengunjungi Gua Batu Cermin pada pukul 9 pagi hingga pukul 12 siang.
Bagi saya, berkunjung pada sore hari, masih bisa menikmati momen lain yang ada di Gua Batu Cermin. Ketika masuk gua harus bersama pemandu. Hal ini karena gua memiliki ruang yang sempit dan memiliki kedalaman hingga 20 meter.
Lingkungan gua asri. Dikelilingi pohon bambu di sepanjang jalan menuju gua. Beberapa monyet liar bergelantung.
Setelah berjalan sekitar 50 meter, kami sudah di depan gua. Pintu masuknya berada di atas. Untuk naik gua, terdapat anak tangga yang terbuat dari kayu. Yang menarik, tangga-tangga kayu ini tidak merusak bentuk asli gua. Suara kelelawar dan ranting – ranting pohon yang masih terjaga dengan baik, membuat gua ini layak dikunjungi ketika ke Labuan Bajo.
Setelah menaiki tangga dengan ketinggian sekitar 30 meter, terdapat pintu masuk yang lubangnya cukup hanya untuk satu orang secara bergantian. Wisatawan juga harus bergantian masuk. Maksimal 15 orang di dalam gua.
Sebelum masuk, wajib menggunakan helm pelindung yang sudah disediakan pengelola wisata. Selain itu, gua yang gelap membuat wisatawan harus berhati-hati. Cara masuknya juga dengan merangkak dan sekali – sekali lihat ke atas agar kepala tidak kena dinding gua yang runcing.
Kami juga harus tetap hati-hati saat berjalan mengikuti pemandu wisata yang hanya menggunakan senter kecil untuk bantuan pencahayaan. Di dalam gua gelap gulita tanpa penerangan apapun. Aroma yang khas menandakan gua ini masih alami.
Tiga meter dari pintu masuk gua, terdapat ruang yang luas dan besar sekitar 200 meter persegi. Di sini kami diajak pemandu menyaksikan relief-relief unik yang saling menonjol. Para pemandu juga menjelaskan tentang sejarah Gua Batu Cermin.
Pada salah satu bagian dinding atas gua, terdapat bentuk mirip seperti penyu sedang merayap di langit-langit gua. Terdapat bentuk kepala, karapas atau cangkang dan kaki belakang. Inilah fosil penyu, yang umurnya sudah 100 tahun lebih. Itu salah satu dari ribuan bentuk fosil mirip tumbuhan dan fauna bawah laut yang menjadi koleksi ruang utama ini yang membentang memenuhi sudut langit-langit gua.
Dari ruangan utama, kami diajak menjelajah menuju akhir dari ruangan gua yang dindingnya bisa menyala seperti cermin. Tapi sayang, wisata pertama kami tidak beruntung untuk melihat keindahan Gua Batu Cermin yang sesungguhnya. Tapi kami sangat menikmati penjelajahan ke Gua Batu Cermin.
Dari Gua Batu Cermin kami diajak menikmati sunset dari pinggir jalan raya. Dari sini, pelabuhan Marina Labuan Bajo terlihat dengan jelas. Banyak kapal kecil dan speed boat yang bersandar di dermaga Marina Labuan Bajo.
Aktivitas warga yang jualan ikan di salah satu stand Food Court dermaga juga terlihat jelas. Ini semakin membuat saya penasaran. (hud/van/bersambung)