Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si
Imam Hasan al Basri menjelaskan hakikat waktu yang berbunyi “Wahai anak Adam, sesungguhnya anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu”. Untuk itu di awal 2024 ini perlu dimanfaatakan perbaikan setelah muhasabah (introspeksi diri), sudah banyak menebar manfaat kepada orang banyakkah, jangan-jangan justru banyak menyakiti orang di sekitarnya.
Ada sebuah hadits Rasulullah Muhammad SAW yang artinya “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya (HR. Attirmidzi). Untuk itu, meningkatkan komitmen ketakwaan, memandang pesan yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an dan al Hadits menjadi dasar pijakan dalam kehidupan. Manusia yang dilengkapi dengan potensi ghorizah (naluri), hawas (indra), aql (akal) dan al-dien (agama) akan lebih terhormat ketimbang makhluk Allah yang lain.
Seiring dengan berkurangnya kesempatan manusia untuk hidup, perlu memperkokoh keimanan dan ketakwaan, sejalan dengan pesan Allah dalam QS. 10: 5, yang artinya “Dialah Allah yang telah menjadikan matahari sebagai (system) penerangan dan (menjadikan) rembulan sebagai (cahaya), serta menetapkan sistem tersebut pada tempat-tempat orbitnya supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”.
Pesan tersebut memerintahkan untuk merenungi karya Allah berupa matahari sebagai sumber penerangan utama dan rembulan sebagai cahaya yang menemani malam. Melalui sistem ini, Allah menjelaskan tentang perhitungan waktu yang terkait erat dengan pergantian tahun. Ayat ini menjadi cermin ilmu pengetahuan dan sains, di mana manusia dapat merasakan dan memahami keindahan dan ketertiban alam yang diciptakan Allah SWT secara sistematis.
Allah SWT juga memperkenalkan penciptaan langit, bumi, dan alam semesta yang ditundukkan manusia. Bumi yang berputar pada porosnya menciptakan sistem waktu harian dengan pergantian siang dan malam sebagai penanda. Ayat ini mengajarkan tentang keagungan penciptaan dan ketentuan yang telah Allah atur, agar manusia berfikir.
Ayat di atas juga menyoroti matahari sebagai sumber cahaya utama yang memberikan kehidupan dan mengatur sistem waktu tahunan. Pergantian tahun terjadi karena matahari yang mengelilingi bumi, menciptakan siklus tahunan yang teratur dan terencana. Rembulan yang berputar mengelilingi bumi menciptakan sistem bulanan dengan penanda terlihatnya anak bulan (hilal). Semua unsur diciptakan Allah dengan penuh ketertiban dan keindahan. Setiap entitas alam memiliki tempat orbit yang telah ditetapkan dengan tujuan agar manusia dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
Keteraturan Ciptaan
Allah SWT mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang Dia ciptakan pasti terjadi dengan tujuan yang benar. Setiap makhluk dan fenomena dalam alam semesta memiliki tujuan dan hikmah yang mendalam, dan semuanya diciptakan dengan kebenaran dan kebijaksanaan-Nya.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS. 10:5 yang artinya “Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui”.
Allah SWT memberikan penjelasan dan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada mereka yang memiliki pengetahuan dan pemahaman. Artinya, keberadaan dan keteraturan alam semesta, kejadian-kejadian yang mengagumkan, dan tanda-tanda lainnya adalah bukti dari kebenaran penciptaan Allah. Hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan dan akal yang dapat memahaminya. Ayat ini mengandung pesan supaya manusia “kaum yang mengetahui” atau “kaum yang memahami”.
Ini merujuk kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan pemahaman yang cukup untuk merenungi dan mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah. Mereka diajak untuk merenungkan penciptaan-Nya dengan penuh penghayatan dan kekaguman yang berimplikasi pada terciptanya kehidupan yang damai, anggun dan bermartabat.
Pertanyaannya adalah, sudahkah mengimani, mensyukuri, mengambil manfaat dan faedah besar dari ayat-ayat tersebut? Sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah? Di sinilah, manusia itu benar-benar dalam kerugian, yaitu ketika berakhirnya suatu sistem masa, dia masih belum juga bisa mengoperasikan keimanan dan amal salehnya, serta belum mampu saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran bagi dirinya.
Allah SWT telah memberikan petunjuk yang jelas dan lugas, bahwa tujuan adanya pergantian siang dan malam, pergantian bulan dan tahun, adalah supaya bisa mencari karunia dari Allah. Lalu, bagaimana harus mencarinya? Bukankah selama ini memang selalu mencari karunia Allah? Selama ini bekerja, belum tentu mencari karunia Allah. Boleh jadi, yang dicari adalah sebatas uang, harta, nafsu dan duniawiyah semata. Setelah dapatkan itu semua, ternyata tidak merasa bahwa itu pemberian Allah, hanya merasa bahwa itu adalah uang dan hartanya.
Mengharap Bonus
Para ulama menegaskan bahwa istilah fadl memiliki makna dasar ziyadah, tambahan atau nilai plus. Ia adalah lawan dari istilah naqsh yang artinya kurang. Sedangkan dunia ini selalu memiliki sifat kurang. Jadi, kalau yang diperoleh baru sebatas dunia saja, itu artinya belum mendapatkan fadhl dari Allah. Belum mendapatkan bonus, kelebihan dan tambahan dari Allah.
Oleh karena itu, para ahli tafsir mengartikan fadhl adalah pemberian dari Allah yang berupa hidayah dan agama yang benar. Sayyidina Ibnu Abbas mengartikannya dengan al-Islam; Imam Ibnu Athiyyah menafsirkannya dengan hidayatullah ila dinihi. Jadi, itulah yang harus dicari. Sudahkah dengan sekian banyak ayat-ayat duniawi, tanda-tanda kasih sayang Allah yang telah diterima ini membuat bertambah keimanan dan ketakwaan.
Dengan demikian, di momen pergantian tahun, ada dua hal yang perlu dipastikan. Pertama, harus menutup tahun dengan penutup yang terbaik. Rasulullah menegaskan yang artinya “Sungguh (hasil nilai) amal-amal perbuatan itu (ditentukan) oleh akhirnya”. Supaya hasil nilai tahunan berubah baik, maka harus mengakhirinya dengan hal terbaik. Itulah husnul khatimah dalam konsep mikro, dengan taubat kepada Allah, perbanyak istighfar, koreksi seluruh kesalahan, kekurangan, dan kelalaian sepanjang yang telah dilalui.
Kedua, di tahun baru ini dengan penuh rasa syukur untuk memperbanyak mengucap hamdalah supaya berkah. Segala sesuatu yang tidak dimulai dengan hamdalah, memuji Allah, maka keberkahan atau kebaikannya akan terputus. Termasuk bagian dari perwujudan mencari karunia (fadl) dari Allah. Dalam konteks ini, adalah dengan cara membuat perencanaan yang matang, bagus, dan sistematis.
Memulai tahun usaha, diperlukan tahun pembukuan, dalam kehidupan ini, diperlukan kalender keimanan, kesalihan, ketakwaan, kebermanfaatan dan keberkahan, sembari menjauhkan diri dari sifat-sifat yang kurang terpuji, seperti memfitnah, suudhon, dengki, hasud, irihati dan sebagianya, karena ini watak dan predikat bagi orang yang tidak produktif dan penjara yang sesungguhnya dalam hidup kesehariannya, maka melakukan rekonstruksi rohani dan jasmani dibutuhkan agar akal sehat dan kuat sebagai ikhtiyar untuk menebarkan kemaslahatan. (*)