MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Menyusul adanya kasus kematian akibat demam berdarah di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Malang dan Kota Batu, membuat kewaspadaan terhadap kasus tersebut di Kota Malang meningkat. Terlebih di masa masa musim pancaroba yang diperkirakan oleh Kementerian Kesehatan sebagai salah satu periode yang rentan terjadi peningkatan kasusnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif mengatakan, berkaca di tahun kemarin, periode Maret dan April ini juga momen kasus DBD banyak di Kota Malang. Bahkan tahun lalu, juga sampai ditemukan kasus kematian.
“Kita lihat kurva tahunan. Outbreaknya di Maret April, kasusnya banyak. Tapi sampai saat ini belum ada laporan kasus demam berdarah. Tahun lalu sampai Desember, jumlah kasus hampir 500 kasus dan kasus kematiannya satu kasus,” ungkap Husnul kepada Malang Posco Media, Minggu (3/3).
Maka dari itu, sejak akur tahun kemarin, pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi pencegahan secara dini terkait demam berdarah ini kepada masyarakat. Kemudian sejumlah langkah dan upaya akan terus digencarkan sebagai langkah antisipasi.
“Paling tidak, yang bisa dilaksanakan adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), itu yang paling preventif. Lalu kalau ada kasus, disampaikan cepat kepada petugas puskesmas, nanti dilakukan penyelidikan epidemologi. Kesimpulan apa dan tindaklanjutnya, bisa pengasapan atau lainnya. Ini untuk mencegah meluasnya kasus itu,” jelas dia.
Kemudian, untuk antisipasi demam berdarah ini, pihaknya juga menyiagakan seluruh fasilitas kesehatan yang ada. Baik puskesmas maupun rumah sakit. Termasuk ribuan kader kesehatan yang tersebar di Kota Malang. “Rumah sakit kami sudah siapkan 26 rumah sakit untuk siap menerima rujukan manakala ada kasus DBD,” sebutnya.
Menurut Husnul, penyakit demam berdarah seperti ini bisa terjadi dimana saja dan sulit diketahui dari mana penyebarannya. Ini terbukti dari meratanya kasus demam berdarah di Kota Malang pada tahun lalu. Semua kecamatan ditemukan adanya kasus demam berdarah. Oleh karenanya ia meminta kepada masyarakat agar waspada dengan melakukan sejumlah langkah antisipasi.
“Penyebabnya memang dari lingkungan. Kedua dari migrasi, artinya aktifitas warga di Kota Malang ini tinggi. Mungkin ke satu daerah disana tergigit, belum ada gejala, pulang ke Malang. Di Malang ada gejala, belum merasa sakit sehingga belum periksa ke fasilitas kesehatan,” tutupnya. (ian/aim)