.
Monday, December 16, 2024

Dirindukan Surga

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si

Bulan suci Ramadan di dalamnya mempunyai sejuta keistimewaan dan keutamaan bagi umat Muslim. Oleh karena itu, tidak heran jika pada bulan ini intensitas ibadah umat Islam semakin meningkat, baik dengan lebih serius lagi menunaikan kewajiban-kewajiban agama maupun rajin mengamalkan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya. Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa saat tiba bulan Ramadan, umat muslim didorong untuk memperbanyak ibadah. Sebab, pahala amal kebaikan di dalamnya mendapat balasan berkali-kali lipat.

Dalam suatu hadits, yang artinya; “Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal) kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah azza wajalla berfirman, Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku”. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari pada wanginya kesturi.’” (HR Bukhari dan Muslim).

Tiga Janji Allah

Ada tiga hal besar yang Allah janjikan untuk umat muslim saat Ramadan tiba, yaitu ampunan, rahmat, dan balasan surga. Rasulullah pernah bersabda ; “Awal Bulan Ramadan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka”. (Ibnu Khuzaimah).

Pertama adalah rahmat. Rahmat merupakan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Berkat rahmat inilah kelak umat muslim bisa mendapat ampunan di akhirat dan memperoleh balasan surga. Bahkan dikatakan, rahmat merupakan penentu nasib seseorang kelak di hari akhir. Boleh jadi orang rajin beribadah, tapi jika belum meraih rahmat Allah ia tidak mendapat jaminan masuk surga. Meskipun demikian, bukan berarti meremehkan ibadah dengan alasan mengandalkan rahmat, karena penyebab rahmat sendiri adalah ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT.

Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik tentang seorang hamba taat yang sepanjang hayatnya digunakan untuk beribadah, tapi ia masuk surga bukan sebab ibadahnya itu, melainkan karena anugerah rahmat Allah. Kisah ini disampaikan Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbīhul Ghāfilīn dengan mengutip riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak-nya.

Dikisahkan, sekali waktu Malaikat Jibril as bercerita kepada Nabi Muhammad saw, “Hai, Muhammad! demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung”. Ringkas cerita, hamba itu memohon kepada Allah untuk mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Do’anya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya, “Hamba-Ku, engkau Aku masukkan ke surga berkat rahmat-Ku”.

Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia yang membuatnya masuk surga adalah ibadahnya yang ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah ditimbang, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukan dia ke neraka. Sebelum di masukkan ke dalam neraka, hamba itu mau mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan bisa membuatnya masuk surga. Ia pun tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, h. 63).

Kedua, maghfirah atau ampunan Allah. Sebagai manusia, tentu sadar diri bahwa kita memiliki banyak dosa yang kian hari semakin bertambah. Sebab, berbuat salah dan dosa merupakan fitrah manusia. Rasulullah saw bersabda, yang artinya, “Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi).

Hadits ini menegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak bisa terbebas dari dosa. Tidak peduli dia rakyat biasa atau pejabat, seorang awam atau agamawan, santri ataupun kiai, semua pasti memiliki dosa. Hanya, yang membedakan kita semua adalah siapa yang mau mengakui atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah. Pada momen Ramadhan ini, Allah menjanjikan limpahan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat.

Ketiga, balasan surga bagi hamba-Nya yang taat. Rasulullah pernah bersabda, yang artinya, “Ketika Ramadan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan-pun dibelenggu.” (HR Muslim). Berkaitan dengan hadits ini, Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan, maksud ‘dibukanya pintu surga’ merupakan simbol imbauan bagi umat muslim untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci Ramadan, sementara ‘dibelenggunya setan’ merupakan simbol untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, 1922: 12).

Dalam hadits riwayat al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman bahwa Allah SWT. memerdekakan dalam setiap hari dari bulan Ramadan saat berbuka puasa satu juta orang dari neraka, dan di hari terakhir bulan Ramadan Allah memerdekakan sebanyak yang Ia merdekakan dari awal hingga akhir bulan Ramadhan.

Allah SWT telah memuliakan kita dengan menjadikan di antara dua belas bulan dalam setahun terdapat bulan yang paling mulia, bulan yang berlimpah kebaikan. Alangkah merugi orang yang diberi kesempatan mendapati bulan Ramadan, akan tetapi melewatkannya begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai kebaikan. Betapa merugi orang yang mendapati Ramadan akan tetapi dia tidak mendapatkan pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka.

Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang dimerdekakan dari api neraka, dan senantiasa diberi kekuatan untuk melakukan puasa dan berbagai ibadah lain di bulan yang mulia ini, sehingga kita mendapatkan derajat muttaqien.

Di sini Surga Allah merindukan, pada empat golongan, yakni orang yang tekun dan biasa membaca al-Qur’an, menjaga lisan (yang dibicarakan selalu yang positif, teduh, memberi manfaat, menjaga hati, perasaan, tidak menyakiti orang lain dan mencintai sesamanya), memberi makan orang yang sedang lapar (orang yang sedang berpuasa, fakir-miskin, sabilillah, orang yang banyak hutang dan seterusnya), dan orang yang sedang berpuasa (menjaga diri dari hal yang merusak ibadah puasanya sembari selalu berpegang teguh pada tali ajaran Allah SWT). Semoga kita masuk dalam empat golongan teristimewa di atas, sehingga dirindukan oleh Surga Allah SWT. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img