MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kondisi ekonomi di Kota Malang mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Yakni secara berturut -0,08 persen pada Mei, -0,36 persen pada Juni, dan -0,01 persen pada Juli 2024.
Kondisi menurunnya harga harga barang di pasar ini, sekilas terdengar menguntungkan. Namun demikian, kondisi deflasi seperti ini juga bisa diartikan menjadi salah satu indikasi menurunnya ekonomi jika berlangsung terlalu lama. Atas kondisi ini, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Eko Sriyuliadi tidak menampiknya.
“Memang bisa saja ada kecenderungan penurunan daya beli. Tapi sampai hari ini, tingkat konsumsi di Kota Malang saya rasa masih cukup besar. Saya yakin tidak signifikan menurunnya (daya beli),” ungkap Eko kepada Malang Posco Media, kemarin.
Atas kondisi itu, Eko mengaku sudah mengantisipasinya. Oleh karenanya, sejak beberapa waktu terakhir pihaknya sudah merencanakan untuk menjalankan langkah aksinya. Salah satunya yakni menggelae sebuah event.
“Banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan daya beli seperti itu. Salah satunya promosi, atau dengan kegiatan berupa event. Itu multiplier effectnya cukup besar,” sebut Eko.
Dengan kata lain, Eko melakukan langkah upaya dengan pendekatan yang sifatnya menarik minat masyarakat. Hal seperti ini, dikatakan Eko efektif juga dilakukan saat terjadi peningkatan inflasi. Upaya antisipasi terjadinya inflasi juga sudah disiapkannya sejak lama. Mulai dengan cara operasi pasar, pasar murah hingga Kerjasama Antar Daerah (KAD)
“Kalau untuk inflasi, ada KAD. Itu kami dengan Probolinggo untuk bawang merah. Lalu untuk Lumajang itu cabai. Kalau harganya terus naik, kami langsung kerjasama dengan sana. Selain itu juga ada beberapa daerah lain seperti Kabupaten Malang, dan sebagainya,” tutupnya. (ian/aim)