MALANG POSCO MEDIA, MALANG– Pengelasan merupakan teknologi krusial dalam industri manufaktur dan konstruksi. Namun, berbagai cacat las seringkali muncul meskipun prosedur pengelasan telah diikuti dengan benar.
Menjawab tantangan tersebut, Prof. Dr. Ir. Sugiarto, S.T., M.T., Guru Besar ke-32 Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang, memperkenalkan solusi inovatif melalui teknologi Electromagnetic Force (EMF) untuk meningkatkan kualitas sambungan las.
Menurutnya, sambungan las tetap menjadi primadona di industri karena fleksibilitasnya. Namun, menurut Prof. Sugiarto, banyak pelaku pengelasan mulai dari welder, inspector, hingga engineer masih menghadapi kendala terkait cacat las yang timbul tanpa penyebab jelas.
“Meski prosedur diikuti dengan benar, kegagalan sambungan las masih terjadi,” ujar Prof. Sugiarto yang risetnya pada rekayasa material dan manufaktur telah memberinya reputasi internasional, Selasa (22/4).
Prof. Sugiarto menjelaskan, Teknologi EMF menawarkan terobosan dengan memanfaatkan gaya elektromagnetik untuk memperbaiki kualitas las. Keunggulan utamanya adalah kemampuan memperbesar gaya elektromagnetik tanpa meningkatkan arus atau panas las.
Metode tersebut memberikan efek signifikan, yakni penurunan suhu puncak dan laju pendinginan, pengurangan porositas dan cacat las, struktur las lebih homogen, Unmixed Zone (UMZ) lebih sempit dan Kekuatan mekanik sambungan meningkat.
“Dengan EMF, logam cair bergerak lebih cepat, sehingga pengadukan lebih efektif. EMF juga memungkinkan kampuh las menjadi lebih sempit dan dalam, sehingga efisiensi energi pengelasan meningkat,” imbuh Prof. Sugiarto.
Meski menjanjikan, teknologi EMF memiliki batasan. Menurutnya, metode tersebut hanya efektif untuk logam feromagnetik dan berpotensi menyebabkan pembelokan arah busur las. Namun, dengan optimalisasi, dampak negatif ini dapat diminimalisir.
Prof. Sugiarto berharap, dengan teknologi EMF, masa depan pengelasan yang lebih presisi dan efisien semakin terbuka. “Industri manufaktur dan konstruksi punya harapan baru untuk mengurangi kegagalan struktural dan meningkatkan kualitas produk. Inovasi EMF ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi industri pengelasan di Indonesia dan global,” ujar Prof. Sugiarto yang merupakan profesor ke-32 di FT UB dan profesor ke-432 yang dihasilkan UB. (hud/udi)