MALANG POSCO MEDIA – Tragedi Kanjuruhan adalah musibah, bagi Malang, Indonesia dan dunia. Banyak yang mendoakan, empati, menggalang donasi dan mengutuk tragedi yang menewaskan ratusan penonton bola usai Arema FC menjamu musuh bebuyutan Persebaya, di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam lalu itu. Kabar update terbaru hingga tadi malam, korban bertambah menjadi 132 orang.
Namun ironis, banyak juga pihak-pihak ataupun oknum-oknum yang dengan sengaja panjat sosial, mencari manfaat atau memanfaatkan tragedi ini demi popularitas atau tujuan tertentu, termasuk politis. Bahkan ada yang secara sengaja memperkeruh suasana menjadi semakin panas. Asal bicara di media sosial, menebar tuduhan dan memancing amarah.
Di media sosial ada figur figur yang sebelumnya memang suka lantang bicara, kritis, ikut ikutan nyinyir soal Tragedi Kanjuruhan. Padahal sejatinya ia atau mereka bukan Aremania, bukan orang Malang, dan yang pasti tidak paham soal Arema, Aremania dan suasana sosial dan psikologis orang Malang. Termasuk tidak paham kejadian sebenarnya Tragedi Kanjuruhan.
Adalah Ade Armando. Dalam unggahan di media Sosial pascaTragedi Kanjuruhan, Ade yang memang sangat kontroversial itu mengumbar statemen yang menyerang dan cenderung menyalahkan Aremania. Ucapannya memancing emosi. Entah apa motivasinya dan tujuannya. Siapapun yang melihat dan mendengar ocehannya di video itu pasti emosi dan marah. Karena itu, sangat wajar dan Aremania dan orang Malang marah. Kemarin, perwakilan Aremania melalui kuasa hukumnya melaporkan Ade Armando ke Polresta Malang Kota dengan tuduhan melanggar UU ITE.
Bukan sekali ini, Ade kontroversial. Senin, 11 April 2022 lalu, Ade Armando juga menjadi sasaran massa yang mengeroyoknya saat ia berada di tengah tengah demo besar menolak Presiden Tiga Periode di Jakarta. Ia dikeroyok, digebuki, diinjak-injak dan dilucuti pakaiannya hingga tinggal celana dalamnya saja. Wajahnya bonyok, kulitnya ada yang sobek. Dan ia harus dilarikan ke rumah sakit. Tapi Ia tak kapok bahkan tak gentar dan tak mundur.
Dahlan Iskan sang Begawan media menulis Ade adalah pendukung gigih Presiden Jokowi tapi juga tak mau Jokowi tiga periode. Ia mendukung aspirasi mahasiswa yang menolak keinginan tiga periode itu. Ia Islam tapi begitu banyak mengkritik Islam. Sampai dibenci banyak kalangan.
Ia aktivis jaringan Islam Liberal tapi juga tidak setuju usulan pendeta yang minta menteri agama menghapus 300 ayat Quran karena dianggap anti-toleransi. Ia orang Minang tapi tidak mau ikut prinsip tungku tigo sajarangan. Tiga tungku untuk satu masakan itu adalah: ninik mamak, alim ulamak, dan cendekiawan. Tiga tiganya harus seimbang: agar hidup bisa rukun dan damai.
Itulah sebabnya Ade menjadi sosok yang sangat kontroversial. Ia tidak takut menjadi sosok yang dibenci. Bahkan tidak takut ancaman. Ade Armando telah menjelma menjadi tokoh utama peristiwa besar 11 April itu. Justru tidak satu pun nama tokoh mahasiswa yang mengorbit. Peristiwa besar melahirkan tokoh besar dan itu Ade Armando. Bukan perancang dan penggagas gerakan itu.
Maka patut diwaspadai oleh semua pihak, Tragedi Kanjuruhan harus dijaga fokusnya. Dijaga tetap lurus pada subtansi persoalan yang harus diselidiki petugas kepolisian, TGIPF dan Komnas HAM. Dijaga agar Tetap Diusut Tuntas! Dijaga agar Tragedi Kanjuruhan menjadi momentum supaya kasus besar ini tidak akan terulang dan yang terakhir di Indonesia dan dunia.
Jangan sampai ada pihak pihak yang ingin ikut ikutan menunggangi tragedi memilukan ini demi melambungkan namanya, jabatannya, organisasinya, lebih miris demi partai politiknya. Intinya siapapun yang ingin terlibat dalam memulihkan dan menuntaskan Tragedi Kanjuruhan harus benar-benar tulus dan menggunakan hati.
Tragedi Kanjuruhan butuh kebersamaan dan kepedulian. Jangan dikotori dengan ucapan-ucapan nyinyir, tindakan yang kontraproduktif, kalau salah akui salah, jangan ditutup-tutupi kalau memang faktanya ada. Para korban dan keluarga korban butuh semua jujur dan transparan.
Seperti penggalan syair lagu Iwan Fals berjudul Kanjuruhan yang dirilis, Rabu (5/10) lalu.
‘’Kanjuruhan banyak ajarkan
Tentang kebersamaan, tentang kepedulian
Bunga bunga yang bermekaran
Disirami airmata dan doa doa’’
Kita masih ingat gelaran bergengsi MotoGP di Sirkuit Mandalika Lombok, Minggu (19/3) sore lalu. Saat gelaran yang paling ditunggu akan berlangsung, hujan deras turun mengguyur sirkuit. Gelaran yang tinggal 1 jam itu akhirnya diundur sampai satu jam lebih.
Saya yang waktu itu meliput langsung gelaran bergengsi dunia itu juga was-was, bagaimana kalau hujan terus deras dan MotoGP ditunda. Betapa malunya Indonesia di mata dunia. Puluhan ribu penonton kecewa. Saat momen tegang itulah, muncul Sosok Mbak Rara, sang pawang hujan yang turun ke lintasan dan melakukan ritual ‘mengusir’ hujan.
Berkat kuasa Tuhan, hujan reda. MotoGP digelar dan sukses hingga finish. Penonton pun puas. Mbak Rara langsung viral dan menjadi tokoh utama mengalahkan juara MotoGP Mandalika kala itu. Mbak Rara dianggap menjadi ‘penyelamat.’ muka Indonesia yang menjadi tuan rumah MotoGP 2022 di mata dunia.
Dalam peristiwa besar butuh ‘dewa penyelamat’ yang bisa menenangkan dan menyelesaikan masalah. Bukan sebaliknya, justru melahirkan oknum oknum pecundang. Warning keras: ‘Ojok Melok Melok’ menjadi pesan yang sengaja dikirim untuk siapa saja yang ingin menjadi pecundang atau yang ingin tenar menumpang dalam Tragedi Kanjuruhan.
Yang tidak tahu persoalan Tragedi Kanjuruhan lebih baik diam. Yang bukan Aremania jangan ikut ikutan bersuara, apalagi menebar fitnah. Yang bukan orang Malang lebih baik diam, karena orang Malang tak butuh suara-suara yang justru merusak peristiwa Tragedi Kanjuruhan. Stop yang suka nyinyir. Mari bersama-sama berdoa demi para korban Tragedi Kanjuruhan yang menunggu hasil penyelidikannya di surga.(*)