.
Sunday, December 15, 2024

Aipda Udhi, Polisi Kemanusiaan dari Polres Malang; Selalu Kawal Ambulans Terobos Macet, Utamakan Pasien Segera Tiba di RS

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Ini polisi luar biasa. Dikagumi karena menjalankan tugas yang tak biasa. Sangat inspiratif. Publik, terutama warganet mengenalnya dengan sapaan Udhi. Polisi berpangkat Aipda itu selalu berada di depan ambulans membuka jalan di tengah kemacetan agar pasien lekas tiba di rumah sakit (RS).

Suara sirine ambulans memecah perhatian jalanan Malang Raya yang kepalang riuh. Terdengar suara izin melintas kawal seorang ibu yang akan melahirkan. Ada juga berhenti di tengah kemacetan, lalu turun dari motor memberi tahu sedang mengawal ambulans. Lalu naik lagi motornya memecah kemacetan. Kerap terdengar suaranya ramah melalui pengeras suara, meminta pengendara memberi jalan lantaran ada pasien yang diantar. 

Itulah sebagian dari hari-hari Udhi bertugas. Dia terpanggil membantu sesama melalui tugasnya sebagai polisi lalu lintas.

Mengawal siapa saja dalam kondisi darurat di ambulans ke rumah sakit. Meliuk-liuk di jalanan sembari memberi aba-aba. Santun pula. Tujuannya membuka jalan bagi kendaraan prioritas kedua di jalanan itu.

Begitulah polisi 38 tahun itu yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan. Tak banyak yang tahu lebih jauh siapa Udhi selain dari media sosial TikTok dan Instagram. Aksinya menuai pujian banyak pihak. Di lain sisi ia juga tak jarang mendapatkan cibiran. Tapi itu, bagi Udhi hanya sebatas angin lalu yang tak harus dimasukkan hati.

Dengan motor Yamaha Diversion XJ900P, Udhi sejatinya bertugas di tim motor besar (moge) Unit Turjawali Satlantas Polres Malang. Namun dengan kapasitas dan kemampuan serta moge yang dipercayakan kepadanya, ia rela berpeluh di jalan hanya ingin membantu warga dalam kondisi darurat.

“Pokoknya ada isi (orang sakit, red) saya tarik untuk ngawal,” kata Udhi, ketika ditemui Malang Posco Media belum lama ini.

Sosoknya ramah dan murah senyum. Cara bertuturnya cukup lugas namun bukan pria yang tinggi hati. Senin kemarin (16/10) lalu ia sedang longgar karena mendapat jatah libur seusai tugas padat pengawalan di hari Minggu sebelumnya.  Sudah menjadi hal biasa bagi polisi seperti dirinya jika harus menukar hari libur karena tugas penting.

Pria kelahiran 1985 itu menceritakan  sehari-hari di sela tugas utama membantu perjalanan ambulans. Kerap kali bertemu saat perjalanan pulang kerja, ia tak segan menanyai sopir ambulans tentang tujuan ke mana pasien darurat diantarkan. Begitu tahu, tak perlu berlama-lama misinya berubah menjadi pembuka jalan.

Dari aktivitasnya tersebut, akhirnya mengantarkan Udhi kenal dengan banyan relawan. Utamanya komunitas relawan yang disebut tim escort. Wajahnya tak asing bagi para relawan hingga sopir ambulans dan petugas medis. “

Kadang ada escort saya arahkan ke belakang untuk menutup. Kalau saat longgar bisa sampai ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) untuk istirahat. Ketemu dengan keluarga pasien yang diantar,” sebutnya.

Ia sering mendapatkan cibiran dan perkataan tak enak didengar, baik dari orang di jalanan maupun di media sosial. Ia beberapa kali dituduh meminta imbalan, atau hanya untuk pencitraan. Namun dia menegaskan hanya terpanggil untuk menolong. Tak sepeserpun mau ia terima, baginya rasa terima kasih dari keluarga pasien yang merasa terbantu cukup untuk memacu semangatnya.

Baginya hal itu juga malah membuatnya ketagihan untuk terus berbuat baik dengan yang ia bisa.”Yang penting selagi saya tidak ada kegiatan lain yang tidak mungkin ditinggal, pasti berusaha saya bantu,” jelasnya.

Di samping itu, orang-orang di sekelilingnya, terutama satuan kepolisian tempat Udhi bertugas sangat mendukung. Dia adalah satu di antara tiga tim moge di Unit Turjawali, dengan masing-masing dua orang. Ketika dalam pengawalan, kawannya sigap membackup saat ada misi penting kemanusiaan. Dukungan juga mengalir dari atasan di satuannya.

“Oleh KRI (Kanit Reg Ident) didukung. Saya kaget saat beliau meminta saya untuk pakai kameranya. Support itu bagi saya menambah semangat,” katanya.

Tak lupa dengan posisinya, Udhi selalu menyampaikan izin kepada atasan ketika menjalankan pengawalan ambulans. Ia juga berkoordinasi dengan para relawan ketika dalam kondisi tak bisa membantu lebih jauh.

Semakin sering melakukan aktivitas mengawal ambulans, ia juga memetik banyak pelajaran penting. Salah satunya mengenai keselamatan dan kesehatan yang harus selalu disyukuri. Sebab beberapa kali mengawal pasien, tak jarang ditemui pasien dengan usia muda namun kritis dan membutuhkan pertolongan serius.

“Keluarga pasien selalu mendoakan semoga saya dan keluarga sehat terus. Itu membuat saya merinding,” ucap Udhi.

Kecelakaan lalu lintas, cuci darah, Ispa, dan berbagai macam penyakit pasien yang kritis pernah ia tolong dalam aksinya selama tiga bulan terakhir ini. Apa yang dilakukannya diunggah ke media sosial semata untuk mengedukasi masyarakat, bahwa ada kendaraan prioritas yang harus dipahami dan dibantu aksesnya di jalan raya. Pasien luar kota juga pernah dikawal menuju RSSA Kota Malang lantaran rujukan.

Ia memahami sebenarnya kendaraan prioritas kedua yakni ambulans sudah sepantasnya dibukakan jalan. Namun kebutuhan pengawalan adalah pengecualian jika kondisi lalu lintas padat. Ia juga pernah sampai harus turun mengurai kemacetan karena sudah terlalu parah. Sebagaimana Malang Raya di akhir pekan dengan lalu lintas wisata dan pendatang.

Sopan dan santun tetap jadi sikap yang harus dibawa sekalipun dalam kondisi darurat harus tegas dan cepat. Sabar di jalan raya diakuinya pernah terjadi karen sulitnya mengkondisikan jalur ambulans di tengah riuh pengendara. Ia selalu bersabar dan mengendalikan emosi. Udhi tahu, tak pantas seorang petugas melayani warga dengan sikap yang buruk.

Udhi  menjadi anggota polisi sejak tahun 2005. Dulunya bertugas di Sulawesi Tenggara tak kurang delapan tahun. Setelah itu barulah ditempatkan di Kabupaten Malang dan sekaligus meminang wanita asal Pakisaji. Sempat mencicipi kar tugas sebagai anggota Sabhara, Intel, hingga saat ini di Turjawali.

Dia senang, karena dipercaya orang sekalipun kegiatan mengawal ambulans sebenarnya juga membuat ia harus bertaruh nyawa.

“Siapa yang tahu di jalan senggolan atau terjadi apa-apa pada saya. Tapi tetap berdoa saja dan berhati-hati. Orang tua juga sempat kaget. Tapi saya yakinkan dan saya diberi pesan tetap mementingkan keselamatan diri sendiri sebelum orang lain,” cerita Udhi. (tyo/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img