Tragedi Kanjuruhan menyisakan kesedihan yang mendalam. Duka tak hanya dirasakan bagi Arema, Aremania, Aremanita, dan warga Malang Raya semata. Banyak masyarakat luar Malang hingga dunia internasional turut bersimpati atas musibah tragedi sepak bola dari lapangan hijau stadion Kanjuruhan Malang itu. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang mampu mengetuk jiwa altruisme dari banyak kalangan.
Banyak pihak bersimpati dengan menggelar acara do’a bersama, berkirim karangan bunga ucapan duka, hingga penggalangan donasi masih terus berlangsung hingga saat ini. Sejumlah kampus, instansi pemerintah dan swasta juga membuka posko layanan pasca tragedi. Posko disediakan untuk trauma healing dan beragam penanganan korban dan keluarga korban yang sedang dalam perawatan medis.
Sejumlah tokoh masyarakat, politisi, figur publik, para pemengaruh (influencer) juga menunjukkan kepeduliannya pada tragedi ini. Mereka mencurahkan bentuk simpatinya lewat beragam wujud, termasuk dengan mengumpulkan sumbangan. Seperti yang dilakukan para simpatisan penggemar Boyband Korea, BTS Army, yang menggalang donasi mencapai Rp 447,5 juta untuk disumbangkan bagi para korban tragedi Kanjuruhan.
Banyak pihak rela menanggalkan beragam perbedaan dan melebur menyatu menunjukkan solidaritas pada tragedi Kanjuruhan. Bisa jadi mereka bukan pendukung setia Arema, atau bahkan mereka adalah rival Arema saat mendukung tim kesayangannya masing-masing, namun rasa rivalitas itu bisa dinihilkan demi solidaritas. Bahkan tak sedikit orang yang simpati pada tragedi Kanjuruhan walau mereka bukan penggemar sepak bola. Solidaritas itu tumbuh karena kemanusiaan.
Altruis Bukan Egois
Altruisme adalah sifat yang mengutamakan kepentingan orang lain. Orang yang punya jiwa altruis tak suka mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruis adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri atau biasa disebut egois. Antara altruis dan egois memang bisa terlihat saat terjadi tragedi atau bencana. Siapa sejatinya orang yang tulus menyumbang untuk meringankan beban orang lain dan siapa pula yang egois ingin mengambil keuntungan pribadi dari terjadinya bencana.
Membedakan orang yang altruis dan egois memang tak gampang. Belajar dari beberapa peristiwa kemanusiaan yang terjadi di sejumlah daerah sebelumnya, tak jarang orang memanfaatkan peristiwa duka demi kepentingan pribadi, kelompok, atau partai politiknya.
Terjadinya sejumlah musibah di negeri ini telah dilihat oleh banyak orang dengan multi perspektif. Ada pihak yang menunggangi sebuah tragedi atau bencana untuk kepentingan tertentu. Ada pula yang memandang bencana sebagai sebuah komoditas yang layak untuk dikomodifikasi.
Selain dikomodifikasi, sebuah tragedi juga tak jarang dipolitisasi. Munculnya aksi rame-rame memberi sumbangan namun dengan embel-embel dan simbol partai politik tertentu misalnya, bisa mengindikasikan praktik menyumbang dengan pamrih. Menyumbang dengan cara ini bisa jadi tak didasari dengan niat tulus dan jiwa altruis, namun justru pertanda egois. Tak jarang pula bencana jadi ajang narsis dan show off eksistensi diri bagi pribadi atau sekelompok orang tertentu.
Altruisme sejatinya adalah panggilan moral. Menurut Richard Rorty, seorang filsuf AS, altruisme itu panggilan untuk solidaritas yang tak berangkat dari dasar filosofis, religius, dan ideologi tertentu. Namun altruisme hadir karena panggilan humanis dari dalam diri manusia. Altruisme adalah semangat welas asih yang tulus. Dalam jiwa orang yang altruis tak ada ego identitas sosial, agama, etnis, suku, ras, dan politik tertentu. Menurut Martin Luther King, altruisme adalah keinginan seseorang untuk menyenangkan orang lain yang lebih didasari oleh rasa pembebasan orang lain dari rasa sakit dan derita.
Kalau kita melihat di sejumlah peristiwa kedukaan yang telah terjadi di negeri ini, masih banyak orang-orang yang tulus membantu dengan spirit altruisme. Inilah modal dan kekuatan orang-orang baik di negeri ini. Orang-orang yang suka berbagi rezeki, bergotong royong, dan saling membantu. Walaupun di sisi lain masih ada pihak-pihak yang memanfaatkan bencana untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya.
Kekuatan Orang-Orang Baik
Munculnya simpati masyarakat atas tragedi Kanjuruhan merupakan bentuk dari kekuatan orang-orang baik (good people power). Kekuatan orang-orang baik ini difasilitasi teknologi komunikasi berupa internet, media sosial (medsos), dan smartphone. Maraknya donasi daring terkait tragedi ini menunjukkan bahwa di negeri ini masih sangat banyak orang baik yang mempunyai solidaritas yang tinggi pada sesama.
Spirit good people power juga tumbuh melalui donasi yang digalang oleh sejumlah media massa, medsos, kelompok masyarakat, institusi, dan individu. Donasi berbasis kerumunan massa (crowdfunding) lewat medsos terbukti sangat ampuh. Menggalang donasi lewat media pertemanan ini sudah berlangsung di hampir setiap waktu, tak hanya saat ada tragedi, bencana, atau wabah saja. Tak heran kalau ada figur publik yang menggunakan kerumunan pengikutnya di medsos untuk menjaring donasi.
Kesuksesan donasi daring lewat medsos juga didukung oleh tingkat penetrasi medsos di masyarakat yang tergolong tinggi. Kemudahan akses dan kekuatan penetrasi pesan media daring ini yang menjadikan donasi lewat cara ini efektif. Di samping itu, melalui donasi daring transparansi penerimaan dan penggunaan dananya dapat dilaporkan setiap waktu kepada khalayak. Sehingga amanah dan kepercayaan dari penyumbang dana dapat dijalankan dengan baik.
Keberhasilan donasi daring yang dimoderasi oleh sejumlah figur publik, baik dari kalangan artis maupun pengusaha merupakan salah satu bukti kekuatan good people power dan keperkasaan media daring. Ini bukti sinergi penggunaan teknologi komunikasi untuk kepentingan kemanusiaan. Donasi digital memang lewat dunia maya, namun efeknya bisa langsung menyentuh ke alam nyata.
Semoga segala bentuk simpati masyarakat atas tragedi Kanjuruhan menjadi kekuatan bagi semua korban untuk bangkit. Mereka para korban tak merasakan kepedihannya sendirian. Banyak orang-orang baik yang punya jiwa altruis yang peduli pada sesama. Ini adalah salah satu modal berharga yang perlu terus dipupuk dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tragedi Kanjuruhan menyisakan pelajaran berharga bagi kita semua. Salah satunya adalah tragedi ini bisa jadi ujian kepekaan rasa kemanusiaan kita. Ujian kebersamaan, ujian untuk saling berbagi dan ikut merasakan kepedihan orang lain. Kini tak sedikit orang bersimpati atas tragedi ini, itu pertanda bahwa jiwa-jiwa altruis terbukti mampu menumbangkan rasa egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya semata. (*)