Malang Posco Media, Jakarta-Anggota DPR RI dari Komisi XI Fraksi PDI Perjuangan Ir Andreas Eddy Susetyo MM mengingatkan bahwa perlu langkah berani dengan memaksimalkan potensi yang ada untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah global. Selain itu, ekonomi syariah bisa menjadi potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia tetapi ternyata pusat pusat ekonomi syariah di dunia justru berada di London (Inggris). Sedangkan di Asia Tenggara bukan di Malaysia atau di Indonesia tetapi justru di Singapura,” ujar Andreas yang juga Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), saat menyampaikan materi dalam Penyuluhan Jasa Keuangan dengan tema Peningkatan Literasi Keuangan Syariah untuk Koperasi di Malang Raya, Sabtu (8/7) di Kota Malang.
Hadir sebagai pembicara lain dalam acara tersebut, Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri dan Dr Ali Hamdan, Ketua Pusat Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Bina Umat Terpadu Jawa Timur.
Andreas menambahkan,Indonesia memiliki beberapa potensi besar untuk bisa menjadi pemain utama ekonomi syariah di kancah global. Potensi itu antara lain sektor keuangan, produk makanan halal, dan produk fashion. “Salah satu yang telah dimulai adalah keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI). Kita terus mendorong agar BSI ini bisa menjadi salah satu representasi Indonesia di bidang keuangan syariah,” tandas Andreas.
Dijelaskan Andreas, jumlah penduduk muslim di Indonesia yang mencapai sekitar 88% adalah potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor keuangan dan ekonomi syariah. Saat ini, Indonesia telah naik ke peringkat 4 dari peringkat 5 dunia dalam hal pengembangan keuangan syariah setelah Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Sementara, aset keuangan syariah di Indonesia menempati peringkat 7 dunia dengan total aset sebesar US$99 miliar.
Selain itu, Indonesia mempertahankan posisi ke-4 pada The Global Islamic Economy Indicator dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2022 yang diluncurkan DinarStandard di Dubai, Uni Emirate Arab. “Indonesia menduduki peringkat keempat setelah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirate Arab,” tegas pria asli Malang ini.
Namun menurut SGIE, kata Andreas Indonesia mengalami kenaikan signifikan di sektor makanan halal. Indonesia naik dua peringkat ke posisi kedua dalam sektor halal food
Beberapa peluang yang diidentifikasi sebagai enabler dalam pengembangan keuangan syariah antara lain pertumbuhan keuangan sosial melalui zakat dan wakaf, tokenisasi sukuk, digitalisasi dan pengembangan Islamic Fintech, regulasi keuangan syariah dan investasi Berdampak (ESG).
Dalam rangka mendukung ekosistem ekonomi dan keuangan syariah, diperlukan integrasi setiap elemen pendukung ekonomi syariah yang tercermin dalam ekosistem ekonomi syariah yang kuat.
“Dengan melihat besarnya potensi itu, untuk pengembangan industri halal untuk mendukung ekonomi nasional diperlukan dukungan regulasi dan insentif Pemerintah, untuk mendorong pengembangan industri halal,” tandas Andreas.
Diuraikan bahwa pengembangan kegiatan usaha syariah untuk memperkuat kapasitas pelaku UMKM juga diperlukan dukungan kebijakan afirmatif dan integrasi program, untuk mendukung pengembangan kegiatan usaha syariah. Sementara, penguatan infrastruktur ekosistem untuk pengembangan industri syariah diperlukan dukungan koordinasi strategis antar stakeholders untuk memperkuat infrastruktur ekosistem industri syariah.(nug/red/jon)