spot_img
Thursday, September 19, 2024
spot_img

Apolitis, Jangan Ya Dek Ya

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Sugeng Winarno
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Muhammadiyah Malang

          Banyak orang tak berminat pada politik (apolitis). Di antara mereka cuek dan tak peduli pada politik. Munculnya kelompok masyarakat yang golput dalam kontestasi pemilu atau Pilkada merupakan salah satu bentuk sikap apolitis. Mereka yang tak mau cawe-cawe mengawasi proses politik juga termasuk apolitis. Padahal sikap apolitis bisa membuat kondisi lebih buruk. Kita semua tak boleh alergi pada politik. Meminjam istilah yang saat ini lagi viral, jangan apolitis ya dek ya.

          Penyanyi Iwan Fals dalam lagunya bertajuk “Sumbang” yang dirilis pada Juni 1983 menggambarkan bagaimana dunia politik itu. Dalam penggalan syairnya, Iwan mengatakan “apakah selamanya politik itu kejam, apakah selamanya dia datang tuk menghantam, ataukah memang itu yang sudah digariskan, menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak-hak sewajarnya.”

          Sejatinya politik itu mulia. Lewat jalur politik banyak kepentingan umat manusia diperjuangkan. Di negeri ini, banyak kebijakan dan keputusan penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak diperjuangkan lewat jalur politik. Melalui lembaga-lembaga seperti DPR, MPR, partai politik, dan beberapa lembaga lain, nasib rakyat diperjuangkan. Jadi, kalau banyak orang yang tak peduli politik bisa jadi kondisinya akan lebih buruk. 

          Bisa kita bayangkan kalau banyak orang tak peduli pada politik. Bisa jadi para pemain politik itu tak ada yang mengawasi. Mereka bisa semaunya sendiri dan sewenang-wenang menjalankan kekuasaannya. Hal ini bisa tak menguntungkan banyak pihak, termasuk merugikan mereka yang apolitis. Untuk itu, partisipasi dan kepedulian politik masyarakat sangat dibutuhkan demi kehidupan politik yang sehat.

Politik Itu Kotor

          Tak sedikit yang menilai bahwa politik itu permainan kotor, politik itu menghalalkan segala cara, dan politik itu hanya soal tipu-tipu, serta bagi-bagi kekuasaan. Dalam praktik politik sering dilakukan dengan cara-cara yang tak terpuji, niretika, manipulatif, dan penuh intrik. Dalam politik juga sering terjadi skandal korupsi dan penyalagunaan wewenang. Tak jarang, politik sengaja digunakan sejumlah politisi untuk memperkaya diri, partai, dan kelompoknya.

          Dalam praktik politik sering terjadi manipulasi informasi dan propaganda yang digunakan untuk membentuk opini publik. Beberapa politisi dapat memutarbalikkan fakta, menyebarkan informasi yang menyesatkan, atau menutupi kebenaran demi mendapatkan dukungan. Dalam politik juga sering dilakukan kompromi, koalisi, dan kesepakatan rahasia yang dibuat tanpa keterbukaan pada publik. Tindakan ini memperkuat citra bahwa politik adalah permainan tipu muslihat.

          Permaianan kotor juga sering ditunjukkan dalam bentuk politik transaksional. Politik dijalankan berdasarkan traksaksi di mana keputusan politik, pengambilan kebijakan, dan pengangkatan jabatan didasarkan pada pertukaran keuntungan antara pihak-pihak tertentu, bukan pada kepentingan umum. Hal ini memperlihatkan politik sebagai arena negosiasi kepentingan pribadi.

          Dalam sejumlah kasus, proses politik, termasuk dalam pemilu atau Pilkada, bisa dimanipulasi melalui pembelian suara, manipulasi media, atau penyalahgunaan kekuasaan oleh petahana. Terjadinya jual beli suara dan praktik politik uang masih terus terjadi dalam setiap kontestasi politik. Kenyataan seperti ini memperkuat anggapan bahwa politik adalah permainan yang kotor.

Politik Itu Santun

          Sebenarnya tak semua aktivitas politik itu kotor. Banyak politisi yang bekerja dengan integritas tinggi dan berdedikasi untuk melayani kepentingan masyarakat. Persepsi negatif tentang politik kotor lebih sering muncul karena tindakan segelintir oknum. Ada banyak aspek dari aktivitas politik yang dilakukan secara jujur dan berintegritas. Politik santun menjadi jalan politik yang membangun partisipasi dan dapat mengurangi orang yang bersikap apolitis.

          Sebuah permainan politik itu kotor atau tidak sangat tergantung pada niat dan tindakan para aktor politiknya. Pemimpin yang memiliki niat baik dan etika yang kuat akan cenderung menggunakan politik sebagai alat untuk memajukan kepentingan umum, bukan untuk keuntungan pribadi. Mereka juga akan cenderung lebih transparan dalam pengambilan keputusan dan lebih bertanggungjawab kepada publik.

          Masih banyak aktivitas politik berupa gerakan sosial, advokasi kebijakan, dan kampanye untuk isu-isu tertentu yang sering dilakukan oleh kelompok-kelompok yang memiliki misi moral. Mereka bekerja untuk memperbaiki kebijakan, memperjuangkan hak-hak minoritas, atau memajukan isu lingkungan tanpa terlibat dalam taktik manipulatif. Ini adalah contoh praktik politik santun dan bersih.

          Meskipun dunia politik bisa menjadi arena di mana manipulasi dan praktik tak etis sering terjadi, hal itu lantas tak berarti bahwa seluruh permainan politik selalu kotor. Ada banyak contoh politik dilakukan dengan integritas, kejujuran, dan komitmen pada kepentingan publik. Untuk itu jangan apatis pada politik. Justru kita perlu melawan politik kotor dengan dukungan dan partisipasi politik pada laku politik yang santun dan bermartabat.

          Masih banyak paktik politik yang terpuji, santun, dan beretika. Untuk itu masyarakat tak boleh apolitis. Karena sikap apolitis justru dapat menyuburkan praktik politik kotor yang hanya akan merugikan rakyat. Untuk itu literasi dan partisipasi politik masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam setiap proses politik termasuk dalam Pilkada mendatang. Semua masyarakat tak boleh tinggal diam. Semua rakyat perlu ikut cawe-cawe politik demi kehidupan politik yang lebih baik. Jadi, masih mau terus apolitis? Jangan ya dek ya! (*)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img