Tentang Layanan Telemedisin di Malang
Malang Posco Media-Layanan telemedisin menjadi salah satu opsi yang bisa dimanfaatkan pasien Covid-19. Ada dua jenis layanan ini. Pertama dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui berbagai platform. Kedua, layanan puskesmas di Kota Malang. Namun masih banyak warga tak paham tentang layanan ini.
Melalui layanan telemedisin, siapa saja bisa berkonsultasi dengan dokter secara daring. Setelah konsultasi dapat resep obat. Caranya mengakses telemedisin yang diprogramkan Kemenkes bekerjasama dengan aplikasi kesehatan.
Meski demikian masih banyak yang mengaku belum mengetahui cara mengaksesnya. Seperti yang dialami Khusnul Khotimah warga Jalan WR Supratman Kota Malang. Pada akhir pekan kemarin, ia dan putranya sudah menjalani isoman hari kelima.
“Saya belum pernah daftar karena belum tahu caranya. Jadi anak saya kemarin itu swab di puskesmas kemudian hasilnya positif dan itu langsung dikasih obatnya juga,” tutur Khusnul kepada Malang Posco Media.
Karena belum bisa mengakses telemedisin, ia hanya mengandalkan obat dari puskesmas. Sementara menurut Khusnul, layanan telemedisin yang ada di puskesmas yang sedikit berbeda dengan telemedisin dari Kemenkes.
“Mestinya nanti ada obat yang dikirim. Cuma sampai hari ini belum ada lagi yang dikirim. Padahal kemarin itu obatnya hanya untuk anak saya, sedangkan saya pribadi belum dapat obat,” tambahnya.
Salah seorang warga Rampal Celaket, Miftah M. Pratama mengaku mendapat manfaat yang besar dari layanan telemedisin. Selain mendapat obat dari Kemenkes, ia juga ditawari obat oleh pihak puskesmas setempat.
“Saya dapat WhatsApp dari Kemenkes lalu disuruh lanjut lewat Halodoc masukkan kode promo lalu pilih dokter yang mana terus diresepkan obatnya. Waktu kemarin itu (yang kirim) dari Gojek, hari itu juga dapat obatnya,” katanya.
“Sedangkan kalau dari puskesmas itu tanya kondisi dan sebagainya dan ditawari obat juga. Cuma karena sudah ada Halodoc, mungkin setelah habis, baru mau minta ke puskesmas,” sambung Miftah
Namun begitu ia tak pungkiri rasa jenuh bila menjalani isoman dibandingkan isoter. Untungnya semua keluarga hingga kantor tempatnya bekerja mensupport penuh dirinya.
“Pihak puskesmas sempat tawari ke isoter di RS Lapangan. Cuma saya pertimbangannya lebih nyaman di rumah karena ada kamar kosong. Sangat jenuh sih. Cuma untungnya di rumah ada buku-buku, ada game, jadi lebih lumayan sih. Sama kantor juga disuruh istirahat,” ungkapnya.
Beda lagi dengan Achmad Isyhaq, warga Kelurahan Mojolangu. Ia mendapat manfaat dari telemdisin setelah masa isoman di hari kedua. Awalnya, ia mengaku kesulitan ketika mengakses website telemedisin yang ditentukan Kemenkes.
“Kalau tidak salah tiga kali coba, itu baru berhasil. Terus kan lewat aplikasi itu agak sulit, mungkin kalau anak muda lebih paham, cuma kalau seperti kita ini harus bolak balik tanya dulu,” katanya. “Terus konsultasi dokter, setelah itu ditentukan saya gejala ringan dan akan ada obatnya. Untung langsung datang, cuma mestinya kalau tidak rumit pakai aplikasi bisa (hari) kemarinnya (dapat obat),” cerita Isyhaq.
Menurut dia layanan telemedisin dari pemerintah itu harusnya bisa lebih mudah baik untuk anak muda maupun lansia. Pasalnya bagi isoman, tentu tidak setiap waktu didampingi tenaga kesehatan (nakes). Ia pun membandingkan ketika dirinya pernah terpapar dan harus menjalani perawatan di RS Lapangan Ijen Boulevard.
“Kalau dulu itu kan mulai makanan, vitamin sampai obat itu selalu terkontrol kan ya. Malah banyak jajan atau snacknya juga kok. Kalau isoman ini kan hanya obat, jadi kalau bisa sih supaya lebih mudah ya aksesnya,” tandasnya. (ian/van)