Kabar duka datang dari kantor Arema FC, Jumat (5/1) sore. Sosok yang saya kenal baik, Pak Gogor, menghembuskan nafas terakhirnya di RST Soepraoen Malang.
Padahal belum satu bulan, tepatnya 21 Desember lalu masih sempat komunikasi lewat WhatsApp. Kabarnya, almarhum mendapatkan serangan stroke.
Jumat malam, langsung dimakamkan. Rumah duka di Jalan Muharto Gg 5 D1 No.1 RW 11 RT 02, Kota Malang. Nama aslinya adalah Heri Brawianto Arenda.
Menurut kisahnya, nama Gogor jadi panggilannya karena dulu ada nama grup musik orkes melayu yang diikutinya. Semua nama anggotanya diakhiri dengan nama Gogor.
Jadilah selalu dipanggil Gogor, yang menurut bahasa Jawa, Gogor adalah nama anak macan. Sehingga Pak Gogor mengaku pernah dipanggil oleh beberapa pelatih Arema, macan cilik alias macan kecil.
Sosok Pak Gogor selama ini dikenal sebagai salah satu staf di kantor Arema. Bekerja di bagian umum dan seringnya sebagai driver. Selain itu juga LOC (Local Organizing Committee) Panpel Arema FC.
Gabung Arema sejak 1991, tentu sudah banyak pelatih dan pemain yang silih berganti ditemaninya. Seperti halnya Aremania, siapapun pelatih dan pemain Arema, suporternya tetap Aremania.
Jika Aremania (mungkin) untuk selamanya bersama Arema, tidak demikian Pak Gogor. Dia menyusul Pak Zaenal dan Mbak Umi, staf kantor Arema yang lebih dulu pergi selamanya, beberapa tahun silam.
Pak Gogor adalah salah satu sosok yang menjadi saksi perjalanan Arema. Sebagai asli Arek Malang, tepatnya di timur Pasar Besar, Pak Gogor sudah merasakan jatuh bangunnya Arema.
Mulai bersama dengan Bos Lucky, Bos Iwan hingga pernah kerja dengan Bos Gilang. Mengenal banyak nama pelatih dan pemain, tidak hanya dari tim Arema.
Sebagai LO tim tamu alias tukang antar jemput tim tamu yang akan bertanding lawan Arema di Malang, Pak Gogor juga kenal baik dengan pengurus tim-tim Liga Indonesia.
Termasuk kenal baik dengan para wartawan yang ngepos di kantor Arema. Setiap datang ke kantor Arema, Pak Gogor yang bertugas jaga, jadi teman ngobrol ngalor ngidul.
Untuk itu saya kenal baik dengan Pak Gogor, dalam kapasitas sebagai wartawan yang bertugas liputan Arema, maupun sebagai teman ngobrol. Sedikit banyak, saya terbantu.
Pak Gogor menjadi mitra yang baik bagi saya dalam menjalankan tugas wartawan. Setidaknya menjadi informan, untuk informasi awal yang perlu saya ketahui.
Seringnya saya mendapatkan informasi tentang waktu dan lokasi latihan tim Arema. Lantaran Pak Gogor, jadi salah satu staf yang mencarikan tempat latihan Arema.
Bagi saya, penting mengetahui tempat latihan Arema ini sebelum hari H latihan. Apalagi sebagai koran harian yang memiliki produk unggulan berita Arema, kami harus yang terdepan.
Banyak manfaat mengetahui jadwal dan lokasi latihan Arema dari awal. Paling utama adalah dalam hal berburu berita eksklusif tentang Arema, dari narasumber utama.
Saya bisa datang lebih awal, bahkan sebelum wartawan lain datang dan menyadari. Materi liputan atau pertanyaan eksklusif, sudah disiapkan tanpa ada wartawan lain.
Bisa leluasa memilih pemain yang mau dikonfirmasi dan terutama wawancara pelatih. Dalam kondisi mereka masih fresh sebelum mulai latihan, bisa ngobrol santai.
Bisa juga bertegur sapa dengan para supporting staf, sekaligus sambil pasang telinga, mendapatkan isu-isu terbaru. Setelah itu, fokus ‘menikmati’ latihan, saat wartawan lain datang.
Akhir sesi Latihan saat ada wawancara bersama, bagi saya hanya formalitas saja, mengikuti pertanyaan Bersama. Penting, saya sudah mendapat informasi eksklusif yang diinginkan.
Termasuk informai jadwal dan lokasi Latihan tim tamu yang bertanding lawan Arema, Pak Gogor adalah informan terpercaya. Sekaligus memastikan jadwal kedatangan dan lokasi hotelnya.
Misinya sama, mendapatkan berita dan foto yang eksklusif. Pak Gogor cukup membantu. Bahkan dalam urusan mendatangkan pemain baru, beberapa kali terbantu.
Dalam artian, posisinya sebagai driver, sering saya konfirmasi lagi keluar menjemput pemain. Maka dengan informasi awal itu, saya kembangkan lebih lanjut.
Kadang juga terkait surat dari PSSI yang masuk ke kantor Arema, atau jika ada tamu yang datang, Pak Gogor jadi ‘pembuka pintu’. Lanjut saya buru informasi detailnya.
Demikian lika liku berburu berita eksklusif, dalam persaingan industri media. Sah-sah saja kita bersahabat dengan ‘orang dalam’, selama tidak merugikan.
Pak Gogor hanya satu contoh. Tidak ada jeleknya bergaul dan bersahabat dengan siapapun, bahkan dengan seorang driver. Terima kasih dan selamat jalan Pak Gogor. Semoga husnul khatimah. Aamiin. (*)