spot_img
Saturday, July 27, 2024
spot_img

Bercocok Tanam

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si

Bulan Rajab merupakan bulan yang dimuliakan dan istimewa, sehingga kebanyakan orang menyebutnya bulannya Allah SWT. Banyak sekali keutamaan dan kemuliaan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah di bulan ini. Lantas apa saja amalan utama di bulan rajab itu? Amalan-amalan utama yang dapat dilakukan di bulan Rajab; yakni memperbanyak istighfar setiap waktu, membaca al-Qur’an, berpuasa, dan pada malam hari membaca 1.000 kali surat al-Ikhlas.

Pada bulan Rajab, umat Islam dilarang untuk berbuat zalim. Sebab Rajab merupakan bulan yang mustajab untuk berdoa, bulan yang sangat baik untuk bertaubat, bulan kemurahan di mana Allah semakin banyak memberi keberkahan, serta bulan yang sangat dianjurkan untuk berpuasa sunah maksimal 10 hari.

- Advertisement -

Keutamaan puasa di bulan Rajab diriwayatkan Imam Thabarani, yaitu berpuasa sehari di bulan Rajab maka pahalanya berpuasa setahun. Bila puasa tujuh hari, maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahanam. Bila puasa 8 hari, maka dibukakan untuknya delapan pintu surga, dan bila puasa 10 hari, maka Allah akan mengabulkan semua permintaannya. Derasnya kebaikan dan pahala di bulan Rajab, jangan sampai disia-siakan.

Saksi dari Dua Peristiwa

Bulan Rajab, dalam sejarah Islam menjadi saksi dari dua peristiwa penting yang mencatatkan namanya dalam lembaran kejayaan umat Muslim. Pertama, disuguhkan kisah mengesankan tentang Isra’ Mi’raj, suatu mukjizat luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Pada malam yang bersejarah itu, Allah SWT memuliakan Nabi Muhammad SAW dengan mukjizat perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, yang dikenal sebagai Isra. Tidak berhenti di sana, perjalanan ini melambangkan ketinggian rohaniah dengan naiknya Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha, dikenal sebagai Mi’raj.

Kisah yang membekas dalam ingatan setiap Muslim ini tidak hanya menjadi inspirasi, tetapi juga sebuah hadiah luar biasa dari Allah. Pada tanggal 27 Rajab Hijriah, di tahun kedelapan kenabian, umat Muslim biasa memperingati peristiwa ini, menghargai momen ketika Allah mengangkat kesedihan Rasulullah SAW yang tengah dilanda kehilangan istri dan paman tercintanya.

Isra’ Mi’raj bukan sekadar kisah perjalanan, melainkan simbol kekuatan iman, ketabahan, dan kasih sayang Allah kepada Rasul-Nya. Bulan Rajab menjadi ajang refleksi bagi umat Islam untuk meneladani semangat perjalanan ini, meneguhkan keyakinan, dan memperkukuh hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Bulan Rajab menjadi saksi akan keajaiban Isra’ Mi’raj yang membebaskan jiwa dan memberikan cahaya dalam kegelapan. Inilah keistimewaan bulan Rajab yang mempersatukan umat Muslim dalam perenungan dan penghormatan, mengingatkan setiap momen dalam hidup ini dapat menjadi pelajaran berharga dan panggilan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jika Isra’ Mi’raj mencerahkan jiwa dengan keajaiban spiritual, pada tanggal 27 Rajab 583 H atau 1187 M, bulan ini juga menjadi saksi megah dari kemenangan besar umat Islam, yakni pembebasan Baitul Maqdis di Palestina oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi menandai halaman baru kejayaan dalam bulan Rajab dengan tekad dan semangat yang tiada tara. Sebelum memulai penaklukan, Sultan Shalahuddin memprioritaskan mempersatukan umat Islam dengan fondasi kuat akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Kesatuan inilah yang kemudian menjadi kekuatan utama dalam perjuangan melawan penjajah. Pembebasan Baitul Maqdis oleh tangan Sultan Shalahuddin adalah simbol kebebasan dan kembalinya kemuliaan Islam. Memasuki kota Al-Quds, Sultan Shalahuddin menunjukkan keteladanan sejati dengan sikap penuh kasih, memaafkan penduduk kota dan dengan tegas menghindari penumpahan darah.

Menjaga Nikmat

Isra’ Mi’raj, sebagai perjalanan spiritual luar biasa Nabi Muhammad SAW, menggambarkan keajaiban rohaniah dan keangkasaan iman yang melampaui batas fisik. Di sisi lain, pembebasan Baitul Maqdis menjadi puncak kemenangan dalam dunia nyata, menandai kebangkitan kehormatan Islam dari tangan penjajah.

Setiap tahun, umat Islam merenungkan dua peristiwa besar di bulan Rajab ini. Sembari memancarkan keinsafan akan keagungan Allah dalam Isra’ Mi’raj, umat juga diingatkan akan keberanian dan persatuan umat dalam pembebasan Baitul Maqdis. Dengan begitu, bulan Rajab bukan hanya menjadi waktu untuk mendalami nilai-nilai spiritualitas, tetapi juga untuk mengambil inspirasi dalam meraih kemenangan dan kejayaan di tengah realitas dunia.

Dalam setiap detik yang berlalu, bulan Rajab menjadi cermin perjalanan peradaban Islam yang dipenuhi oleh dua hal antara keajaiban spiritual dan kemenangan dunia nyata. Keberanian, persatuan, dan inspirasi rohaniah menjadi pilar-pilar kokoh dalam menyongsong masa depan yang lebih gemilang bagi umat Muslim.

Bulan Rajab tergambar sebagai bulan bercocok tanam. Tentu bukan dalam arti lahirnya. Bercocok tanam dalam bentuk amal kebaikan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam kaitan bulan Rajab, ada sebuah doa teruntai indah untuk kita amalkan, yang artinya “Ya Allah berilah kami keberkahan pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan”. Doa ini mengandung permohonan kepada Allah SWT agar diberi berkah.

Berkah adalah salah satu nikmat Allah SWT., yang harus dijaga nikmat ini melalui; Pertama, lestarikan berkah (bertambahnya kebaikan, kenikmatan dan kebahagiaan) dalam hidup dengan senantiasa menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Caranya dengan mengerjakan semua perintah kebaikan dan menjauhi semua larangan. Allah SWT berfirman dalam QS. al ‘Araf : 96 yang artinya “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

Termasuk cara mendulang berkah dengan aktif menjalin hubungan persaudaraan dan menjaga persatuan sesama muslim. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari-Muslim).

Kedua untuk menjaga berkah agar selalu bersama adalah dengan mensyukuri semua nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada semuanya tanpa terkecuali. Semua nikmat Allah wajib disyukuri. Sebab tidak ada satu pun dalam hidup manusia yang bukan bersumber dari Allah SWT. Sejak lahir hingga sekarang bahkan sejak masih di dalam rahim ibu kita, semuanya nikmat dari Allah SWT. Tidak seorang pun dari manusia yang bisa menghitungnya.

Ketiga, menghiasi diri dengan adab-adab Islam yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Mari diamalkan adab dan etika sebagai muslim dalam berbagai situasi yang di jalani dalam hidup. Inilah salah satu cara melestarikan berkah.

Ada beberapa contoh adab Islami, seperti membiasakan membaca Basmalah saat hendak makan, minum, masuk rumah, dan semisalnya. Rasulullah SAW bersabda “Jika seseorang memasuki rumahnya lalu dia menyebut nama Allah saat masuk rumah, begitu pula saat dia makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), “Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan”. Begitu pula, “Ketika dia masuk rumahnya tanpa menyebut nama Allah, setan pun mengatakan (pada teman-temannya), “Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.” Dan ketika dia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, “Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.” (HR. Muslim).

Keempat, yang tidak kalah pentingnya adalah dengan selalu berdoa, membaca zikir dan wirid dalam berbagai kondisi. Sebagai seorang muslim jangan sampai lepas dari zikir sejak pagi sampai malam hari yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW atau disusun oleh para ulama. Zikir di waktu pagi bisa dilakukan dengan membaca Wirdhul Lathif. Di sore hari, membaca Ratib al-Atthas. Di malam hari antara waktu magrib-isyak membaca Ratib al-Haddad. Dengan doa-doa dan zikir-zikir dapat membentengi diri dari segala keburukan yang akan hinggap sekalig mendatangkan keberkahan dan kebaikan untuk diri, keluarga, dan umat Islam pada umumnya. (*)

- Advertisement - Pengumuman
- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img