Sowan Gus&Ning
(8)
Malang Posco Media-Usia PIQ 2 Singosari masih tergolong muda. Namun prestasinya telah berderet-deret. Mencatat banyak kemajuan dan perkembangan signifikan.
====
Selain para santri baru yang terus berdatangan setiap tahun, di tangan
KH Abdullah Murtadho yang akrab disapa Gus Buyung. PIQ 2 kini memiliki pendidikan formal. Yakni MTs PIQ Singosari pada tahun ajaran baru 2021.
Selanjutnya tahun ini sedang membangun Madrasah Aliyah (MA). Rencananya mulai aktif pada tahun ajaran baru tahun depan.
Untuk memenuhi sarana dan prasarana para santri, PIQ 2 sudah memiliki masjid, area makam untuk ziarah, yang merupakan makam alm KH M Basori Alwi Murtadho serta gedung sekolah.
Tahun ini baru selesai membangun tiga kelas. Kemudian gedung asrama masih tahap penyelesain untuk lantai dua, dan akan selesai pada tahun ini juga. Setiap gedung ada empat kamar.
Selain itu, banyak terobosan yang sudah dilakukan. Salah satunya terobosan kemasyarakatan. Terobosan ini belum terlaksana ketika di PIQ Pusat karena terkendala lokasi. Sehingga tidak banyak memiliki ruang gerak.
Dengan adanya ruang yang luas, maka kegiatan di PIQ 2 membutuhkan kontribusi masyarakat sekitar. Juga dimasukkan menjadi pengurus di masjid.
“Pesantren ini bukan hanya sekadar menggodog santri, tapi juga secara langsung bisa memberikan pelajaran, pendidikan, pemahaman, penyadaran kepada masyarakat dan mereka ikut berperan aktif dalam kegiatan di pesantren,” terangnya.
Gus Buyung juga mengajak anak-anak muda sekitar untuk membantu dalam setiap ada kegiatan di Pondok PIQ 2. Anak muda diajak masuk di satu unit pendukung pendidikan yang diberi nama Silaturahmi, Ngaji, Maulidan, Rotiban, Ngeladeni (SINOMAN).
Di sisi ngeladeni (melayani) inilah yang kebanyakan diisi oleh anak-anak muda dari komunitas-komunitas untuk khidmat terhadap kegiatan pesantren. Sehingga jika ada kegiatan di pesantren, mereka juga menjadi panitia salah satunya adalah pengajian umum rutin yang diikuti oleh 200 jamaah setiap minggunya.
Peran masyarakat dan anak-anak muda dari komunitas membawa manfaat bagi santri. Sebab ada tenaga yang mendukung kegiatan di pesantren. Sedangkan untuk anak-anak muda ini juga ada kegiatan yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
“Anak-anak muda ini kami berdayakan untuk membantu setiap ada kegiatan di pesantren. Tentu tidak hanya membantu saja. Secara tidak langsung mereka juga akan ikut ngaji,” ungkap Gus Buyung.
Kemudian di PIQ 2 memiliki keuntungan tersendiri karena lokasi berada di pelosok yang dikelilingi oleh kebun warga. Keuntungan ini dimanfaatkan oleh Gus Buyung dalam membuat program di dalam pesantren tentang kehidupan Rasulullah SAW yang sifatnya tentang adab-adab keseharian.
“Para santri ini dididik melakukan hal yang sunnah dalam keseharian. Dengan harapan mereka memiliki karakter yang bagus, akhlak serta adab yang baik. Karena ketika para santri ini lulus pasti ada pembeda dengan yang lainnya,” katanya.
Selain itu PIQ 2 juga sering menjadi rujukan atau kunjungan tamu dari luar negeri. Di antaranya, Syekh Dr. Yasir Al-Adni bin Salim As-Syuhairi (Qadhi dari Hadramaut, Rektor Institut Darul Hadits lil Irtsin Nabawi di Kota Tarim). Selain itu Syekh Sami bin Said Baya’syut (Imam Besar Masjid Balhaf Syihr dari Hadramaut), Sayyid Hasyim bin Abdullah Al Hamid (Pengajar di Universitas Imam Syafi’i di Kota Mukalla), Syekh Muhammad bin Ali Ba’athiyah (Guru Besar dan Rektor Universitas Imam Syafi’i Yaman), Syekh Ahmad Roukhi Al-Jailani (Keturunan ke-26 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani), Syekh Ahmad bin Muhammad Dzofir (Dosen Universitas Baidho, Yaman) dan Al Habib Murtadho bin Abu Bakar bin Thohir (Cicit Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir, Pengarang Kitab Sulamut Taufiq).
“Kunjungan-kunjungan tersebut memberikan peluang kepada para santri PIQ yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri (Yaman). Selain itu, di PIQ 2 juga terdapat pelajaran-pelajaran yang akan memudahkan para santri untuk ke arah sana (Yaman),” ucap Gus Buyung yang juga lulusan Yaman. (hud/van/habis)