spot_img
Sunday, September 8, 2024
spot_img

Cegah Pertumbuhan Gulma di NTT, UB Kembangkan Limbah Pisang dan Eceng Gondok

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Dr. Rita Parmawati,SP, ME, IPU, ASEAN Eng., mengembangkan pita mulsa organik dari limbah pisang, eceng gondok dan daun paitan (crotalaria sp) untuk mencegah pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi.

Ia menjelaskan, pita mulsa organik merupakan sebuah teknologi yang menggantikan mulsa dari plastik yang dianggap tidak ramah lingkungan karena tidak bisa terurai dengan baik. “Kelemahan dari penggunaan mulsa plastik terhadap pertumbuhan tanaman adalah dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman, meningkatkan serangan hama, meningkatkan kontaminasi mikroplastik, genangan air hilangnya struktur tanah dan mengurangi aktivitas mikroorganisme tanah,” ujar Rita, Kamis, (11/7) kemarin.

Ia menambahkan, teknologi tersebut akan diterapkan pada saat mendekati musim tanam kedua di Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurutnya, wilayah tersebut limbah pisang sangat melimpah dan bisa dimanfaatkan bersama eceng gondok serta daun paitan untuk dihancurkan, dicacah kemudian dicetak menjadi sebuah lembaran selebar 25 cm.

“Fungsinya, untuk menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi sampai dengan 40 persen. Dan jika terkena matahari pita mulsa organik akan terurai menjadi pupuk,” imbuhnya.

Saat ini proses penerapan pita mulsa dilakukan pada skala laboratorium dan sudah pada tahap sosialisasi kepada Bupati Kabupaten Malaka, beberapa petani serta kepala dinas di lingkungan Kabupaten Malaka.

“Kenapa kita pilih Kabupaten Malaka sebagai lokasi penerapan teknologi Pita Mulsa Organik karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan pertanian di daerah tersebut masih rendah. Padahal masyarakat Kabupaten Malaka menggantungkan sistem perekonomiannya dari bidang pertanian,” ujar Rita.

Ia juga menyebutkan, Kabupaten Malaka termasuk wilayah perbatasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah. Selain itu, produktivitas padi mulai tahun 2020 sampai 2022 mengalami penurunan dan kesulitan untuk pasokan benih padi serta dipengaruhi oleh permasalahan pertanian lain seperti gulma, evaporasi, suhu tanah, dan sistem irigasi. Hal itulah yang saat ini berusaha dipecahkan dengan harapan produktivitas padi di tahun 2024 itu mengalami kenaikan.

Kemudian untuk keberlanjutan penerapan teknologi, masyarakat akan diajarkan pembuatan pita mulsa organic mulai dari pengenalan bahan, mencacah, pembuatan bubur pita, pengeringan dan pengepresan. Sehingga harapannya masyarakat mampu memproduksi secara mandiri pita mulsa organik. “Kami akan ke Malaka akhir Juli ini. Untuk proses pembuatan Pita Mulsa bagi lahan 10 hektar kami bekerjasama dengan pabrik mesin PT. Widjaya Teknik Indonesia (Witech),” pungkas Rita. (hud/udi)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img