Malang Posco Media – Anak usia dini belajar tentang keuangan? Bagaimana menurut Anda? Memperkenalkan tentang finansial atau keuangan kepada anak-anak sangat penting bahkan akan membentuk perilaku dalam mengelola keuangan saat dewasa. Pengetahuan tentang keuangan ini sangat penting diterapkan pada individu agar anak-anak tidak salah ketika membuat keputusan terkait keuangannya. Anak-anak dengan literasi finansial tinggi akan dapat survive pada kehidupan dengan kondisi ekonomi yang tak tertuga di masa depan nanti.
Sebagai essensial life skills, pemahaman tentang keuangan perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Karena hidup tidak pernah jauh dari uang. Kebutuhan finansial adalah kebutuhan yang selalu urgen dan berpengaruh pada setiap lini kehidupan manusia. Namun, bagaimana caranya bisa mengajarkan tentang keuangan agar bisa tepat. Untuk usia anak-anak tentunya harus disesuaikan dengan kebiasaan mereka membaca bacaan ringan dan menarik tentang keuangan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Levitt (2009), kemampuan otak manusia untuk merespon pengetahuan atau pengalaman akan semakin menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu, upaya untuk meningkatkan kemampuan otak manusia seiring bertambahnya usia akan semakin tinggi. Artinya membentuk pemahaman, perilaku, dan kebiasaan anak membutuhkan usaha yang lebih mudah jika dilakukan sejak dini dan menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan ketika harus dilakukan setelah anak tersebut dewasa.
Kemendikbud dengan Gerakan Literasi Nasional juga telah menerbitkan Materi Pendukung Literasi Finansial yang berisikan indikator dan materi yang bisa digunakan untuk fasilitator baik di sekolah, di rumah, dan masyarakat. Pengenalan dan penanaman literasi finansial pada anak merupakan tanggungjawab bersama. Namun dari berbagai lini tokoh literasi finansial, orang tualah yang bertanggungjawab sepenuhnya untuk mengenalkan uang kepada anak-anak.
Sebagai orang tua, beberapa meyakini bahwa mengenalkan uang terlalu dini itu tidak penting, anak masih kecil kok diajarin uang? Orang tua sering menganggap memberikan uang jajan yang banyak kepada anak akan membuat anak itu terbiasa boros. Banyak juga orang tua yang memikirkan dan sudah mulai menabung untuk pendidikan anak sejak usia dini. Namun tanpa disadari orang tua kurang merangkul anak untuk ikut terlibat di dalamnya.
Hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengajari anak cerdas finansial adalah dengan cara menabung, bagaimana mereka menimbang kebutuhan yang lebih penting, bagaimana orang bisa mendapatkan uang, mengenal konsep untung dan rugi, apa akibatnya jika tidak punya uang tabungan, dan lain sebagainya.
Ada konsep yang salah untuk budaya menabung kita, yaitu uang tabungan itu dapat diambil dan digunakan untuk membeli barang yang kita inginkan suatu saat nanti. Jika anak terbiasa berpikir demikian, maka uang tabungan akan habis untuk membeli apa yang dia inginkan bukan yang dia butuhkan. Sikap bijak dalam mengelola keuangan ditunjukkan dengan kemampuan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekadar keinginan.
Dari berbagai informasi dan pengalaman penulis, dapat diperoleh beberapa cara untuk mengajarkan anak untuk melek finansial. Praktik BAIK ini di antaranya: pertama, Biasakan. Biasakan anak menabung dari uang sakunya setiap hari, dan berikan pengertian bahwa menabung dapat berguna untuk membeli barang yang dibutuhkan di masa mendatang. Dengan cara ini anak akan terbiasa menabung jika ingin membeli sesuatu yang diperlukan.
Ketika usia anak beranjak 6 tahun, anak mulai dapat memahami tentang konsekuensi. Pada usia ini anak sudah harus bisa mempersiapkan dirinya, jika menginginkan sesuatu tentu ia memerlukan uang agar bisa membelinya, dan cara yang tepat adalah menabung.
Kedua, Ajak. Ajak anak untuk memahami arti penting uang bagi kehidupan, bahwa untuk membeli sesuatu membutuhkan uang. Ajak anak menabung dengan hal kecil yaitu membelikan celengan yang menarik, kemudian berlanjut dengan mengajaknya pergi ke bank saat ayah atau bunda akan menabung. Anak harus paham nilai uang dan pentingnya uang untuk kehidupannya. Contohnya saat akan membeli baju atau mainan, ajak anak membawa celengannya dan menghitungnya di tokonya sehingga mereka tahu seberapa banyak uang yang akan mereka belikan baju atau mainan tersebut.
Ketiga, Ingatkan. Ingatkan kepada anak bahwa mencari uang itu tidak mudah dan perlu kerja keras. Sebagai orang tua jangan terburu-buru memberikan uang kepada anak. Berikan beberapa tanggungjawab di rumah kemudian berilah komisi berupa uang kepada anak sebagai tanda menghargai kerja keras yang mereka lakukan. Hal ini bisa memberikan pengingat kepada anak bahwa uang itu didapat dengan kerja keras.
Keempat, Kuatkan. Menguatkan kemampuan pemahaman keuangan kepada anak salah satunya adalah dengan menjadikan diri kita contoh bagi mereka. Jika kita terbiasa membeli barang-barang “kurang berguna” (hanya ingin namun tidak terlalu dibutuhkan) maka anak secara diam-diam akan mengikuti kebiasaan tersebut. Maka sebagai contoh bagi anak tentunya kita perlu menahan diri juga untuk membeli barang-barang impulsif agar dapat memberikan penguatan bagi anak kita.
Jika anak menginginkan membeli sebuah barang, coba untuk mengajak mereka menimbang-nimbang apakah barang itu perlu dan sangat diinginkan. Minta mereka menunggu satu hari kemudian tanyakan lagi apakah mereka masih ingin membelinya. Jika iya maka kita bisa membelikannya.
Mengajak anak memahami tentang keuangan tentu membutuhkan waktu. Tentu saja tidak mudah dan perlu konsistensi yang tinggi. Namun jika sudah mau memulainya tentu anak-anak kita akan cerdas berfinansial di masa mendatang. Selain juga kebiasaan yang ditanamkan di rumah, tentu saja anak sebagai bagian dari sebuah pendidikan di sekolah perlu dikuatkan penanaman berfinansial pada materi-materi terstruktur yang ada di sekolah.
Pemerintah bersama OJK (Otoritas Jasa Keuangan) juga telah bergerak cepat untuk membuat program literasi finansial sebagai gerakan Nasional. Banyak buku-buku panduan berisi materi tentang literasi finansial yang dapat diakses dan diunduh secara mudah dan gratis. So, mari belajar literasi keuangan demi masa depan lebih baik, khususnya untuk anak anak kita tercinta. Hemat bukan berarti kikir, dan berbuat baik tidak harus boros. Hidup hemat akan selamat karena hemat pangkal kaya.(*)