Malang Posco Media – Keluarga adalah impian bagi beberapa orang yang telah melewati sebuah fase pernikahan. Keluarga menurut Hill, diartikan sebagai suatu rumah tangga dengan hubungan darah atau perkawinan dan sebagai tempat terselenggaranya fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi individu-individu di dalamnya.
Menjalani sebuah pernikahan dan berkeluarga memiliki tantangan tersendiri. Bahkan bagi beberapa orang lebih memilih untuk tidak berkeluarga karena melihat lingkungan sekitarnya dengan bermacam-macam drama dalam kehidupan keluarga baru. Meskipun pasangan dan anak adalah hal yang didambakan semua keluarga baru, ternyata hadirnya anak dalam lingkungan keluarga membawa warna tersendiri.
Warna tersendiri tersebut tidak selamanya membawa sesuatu menjadi lebih menarik. Tak sedikit bahkan yang melihat dari sisi negatif. Salah satunya adalah mengalami kejenuhan. Kejenuhan ini menciptakan kebiasaan baru yang biasa disebut me time.
Dilansir dari laman Direction Psychology, arti me time adalah sebuah upaya untuk menghabiskan waktu singkat untuk diri sendiri. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk melepas penat dan mengembalikan mood setelah seharian sibuk bekerja.
Sylvia Rheny dalam artikelnya tentang ‘Manfaat Me Time’ menyebutkan bahwa meskipun mungkin terasa seperti mengorbankan waktu yang dapat dihabiskan untuk melakukan hal-hal lain yang lebih praktis, meluangkan waktu untuk me time sangat penting untuk menjaga kesejahteraan secara keseluruhan.
Psikolog telah menunjukkan bahwa me time sebenarnya membantu untuk me-reboot otak, meningkatkan konsentrasi dan produktivitas dalam jangka panjang, dan membantu untuk beristirahat dan bersantai.
Kecenderungan untuk melakukan me time yang tidak terkontrol justru terkadang malah menimbulkan ego yang lebih tinggi pada pribadi seseorang. Alih-alih menghabiskan waktu sendirian lebih baik menghabiskan waktu bersama keluarga.
Ina dalam artikelnya berjudul ‘Psikologi keluarga-Pengertian, Fungsi, Manfaat, dan Penjelasannya’ menyebutkan fungsi keluarga ini yang mencakup tentang pendidikan anggota keluarga dan pembinaan oleh anggota keluarga yang lainnya.
Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan sebagai bagian dari pembelajaran yang paling pertama dan utama bagi individu di dalamnya. Pendidikan dalam keluarga dimulai sejak dini, dari masih kecil hingga dewasa. Pendidikan yang paling berpengaruh terhadap kejiwaan dan perilaku individu misalnya anak adalah keluarga.
Penting bagi seorang ibu rumah tangga untuk memiliki me time. Salah satunya untuk tetap menjaga kewarasan dan keseimbangan dalam menjalani fungsinya untuk tetap dapat merawat keluarga dengan baik.
Di samping itu, pentingnya ‘Family Time untuk Anak dan Orang Tua’, terbit, 28 Februari 2022 yang ditulis oleh Redaksi DokterSehat menyebutkan manfaat family time, agar ikatan antar anggota keluarga tetap erat dan hangat. Hubungan orang tua dan anak juga bisa jadi lebih sehat, akrab, dan belajar saling memahami.
Family time lebih banyak memiliki sisi positif. Salah satunya untuk membangun komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak. Selain itu family time akan meminimalisir waktu memegang gawai untuk setiap anggota keluarga.
Hal-hal di atas sejatinya diperlukan agar setiap individu dalam keluarga merasakan manfaatnya. Sudah menjadi hal yang wajar apabila me time dan family time berjalan beriringan dan saling melengkapi.
Setiap anggota keluarga berhak untuk mendapatkan me timenya masing-masing. Bahkan seorang anak yang di bawah umur sekalipun. Misal dengan memiliki waktu untuk melakukan hal yang disenangi salah satunya melihat youtube. Pun demikian dengan family time yang juga merupakan hal penting bagi setiap individu dalam keluarga.
Namun, fakta yang banyak terjadi dalam keluarga masa kini adalah batasan untuk me time dan family time tanpa kualitas yang banyak terjadi. Artinya, ada sebagian yang memiliki me time lebih banyak tanpa mementingkan family time.
Anggapan karena sering berada di rumah bersama keluarga dianggap cukup sebagai family time. Meskipun tidak diimbangi dengan komunikasi dan tanpa mendapatkan fungsi family time. Hal ini menjadikan dua hal tersebut sebagai angan-angan yang indah belaka.
Penyebabnya sudah jelas tentang pembagian waktu dan kulaitas dari masing-masing kegiatan yang tidak seimbang. Ketimpangan banyak terjadi yang mengakibatkan individu dalam keluarga lebih senang memegang gawai.
Bahkan ditemukan sebuah kasus yang terjadi pada sebuah keluarga. Orang tua lebih banyak menggunakan gawai dan memutarkan youtube untuk mengalihkan perhatian bayi mereka agar tidak mengganggu pekerjaan.
Otomatis si bayi pun senang karena diberikan gawai dan melihat youtube. Salah satu youtube yang sering diputar adalah cerita beberapa kambing yang berteman dengan seekor anjing milik seorang peternak. Cerita ini tidak ada dialog yang diucapkan para tokoh. Hanya gerakan-gerakan yang membentuk alur cerita menjadi menarik karena mudah dipahami.
Waktu terus berlalu hingga si bayi berusia tiga tahun dan sudah mulai disiapkan untuk masuk PAUD oleh orang tuanya. Dari sini orang tua baru menyadari ketika membawa anak ke salah satu PAUD dan salah satu guru PAUD mengajak komunikasi si bayi (anak).
Sang guru tak mengerti bahasa si anak. Hingga sang guru menyarankan orang tua si anak untuk bertemu dengan orang yang lebih ahli. Dalam hal ini dokter dan si anak perlu melakukan terapi untuk mengaktifkan organ untuk berbicara.
Masih banyak kasus yang bisa didapat dari pergeseran family time. Seharusnya semua orang tua kembali pada jati dirinya menjadi orang tua. Pun begitu dengan anak yang kembali pada fungsinya sebagai anak.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah berbincang dari hati-ke hati dengan pasangan sebagai orang dewasa dalam keluarga. Kemudian mendiskusikan dengan semua anggota keluarga. Serta tidak menutup kemungkinan untuk menerima masukan, ide, saran dari anak.
Penting untuk diingat bahwa anak juga manusia yang memiliki keinginan. Mereka juga mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat serta dihargai. Bisa jadi dari diskusi ini akan banyak masalah yang terselesaikan. Tak hanya melulu tentang me time dan family time saja.(*)