.
Friday, December 13, 2024

DAWET

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Belum tuntas kasus Tragedi Kanjuruhan yang merenggut sedikitnya 132 orang (data terbaru kemarin bertambah satu orang lagi menjadi 133 orang), Malang kembali didera bencana alam. Banjir, tanah longsor memporak porandakan beberapa desa di wilayah Malang Selatan.

Bencana memang tak dapat ditolak. Namun bencana setidaknya bisa dimitigasi, diprediksi sehingga pencegahan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga tak sampai menimbulkan korban, baik material maupun korban jiwa. Kecepatan dalam kesiapsiagaan tanggap darurat bencana ini menjadi sangat penting dilakukan. Sehingga penanganan pascabencana bisa dilakukan secara tepat dan cepat.

Yang miris adalah, saat tragedi dan bencana terjadi masih ada oknum-oknum manusia yang memanfaatkan momen tragis ini demi popularitas atau panjat sosial (pansos). Demi konten yang viral, ada oknum oknum yang tanpa dosa menunggangi kesedihan dan kepedihan. Mental mental pecundang justru lahir di tengah tangis duka masyarakat.

Seminggu yang lalu, dawet tiba tiba menjadi trending topic. Bukan soal dawet yang memang sudah dikenal sebagai kuliner enak dengan ragam citarasanya oleh masyarakat Jawa, termasuk di Malang Raya dan sekitarnya. Tapi dawet viral karena ada oknum yang entah apa motivasinya mengaku menjadi pejual dawet di depan Stadion Kanjuruhan.

Sontak si oknum berjenis kelamin perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet ini viral. Apalagi dia membuat konten yang tergolong ‘ngawur’ soal Tragedi Kanjuruhan dan sangat menyudutkan Aremania. Seperti orang yang sangat paham kejadian, Ia membuat narasi yang menyulut emosi yang melihat dan mendengarkan videonya.

Praktis, usai unggahan itu, jagad media sosial heboh. Aremania murka. Banyak pihak mencari sosok perempuan yang berani bicara lantang tapi sangat kontroversial ini. Bahkan polisi pun mencari sosoknya. Video itu pun banjir hujatan. Ujung-ujungnya si pembuat video ketakutan dan buru buru meminta maaf kepada keluarga korban.   

Padahal, tanpa diviralkan, dawet sudah menjadi idola masyarakat. Termasuk di Malang. Minuman khas Jawa yang terbuat dari tepung beras atau tepung beras ketan yang disajikan dengan es parut serta gula merah cair atau aren serta santan ini, nikmatnya memang tak ada duanya.

Meski sudah banyak minuman milenial, tapi dawet tetap eksis sebagai makanan tradisional yang menggoda. Karena itu, banyak ragam dawet yang selalu menjadi daftar kuliner saat berwisata ke daerah tertentu.  Dilansir dari Solopos.com (13/4/2022), ada tujuh dawet yang populer di Jawa Tengah.

Pertama, Dawet Ayu Banjarnegara. Es dawet ayu Banjarnegara diklaim sebagai “sesepuh” es dawet di Jateng. Es dawet ayu bahkan dinobatkan sebagai minuman terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia 2021. Komposisinya santan, dawet, dan sirup gula aren.

Kedua, Dawet Ireng Purworejo. Dawet khas Butuh, Purworejo ini memiliki warna hitam yang diperoleh dari campuran merang. Komposisinya sama, hanya kadang ditambahkan nangka. Ketiga, Dawet Jepara. Dawet di Jepara terbuat dari tepung kanji, sehingga teksturnya kenyal. Isiannya lebih banyak, dawet, santan, sirup gula merah, nangka, agar-agar, kelapa muda, alpukat, melon, hingga kolang-kaling, seperti sajian es buah.

Keempat, Dawet Ketan Boyolali. Perbedaan dawet khas Boyolali adalah penambahan tape ketan yang menambah kaya rasa dan kesegaran. Rasa tape ketan yang manis dan sedikit asam memberikan sensasi rasa berbeda. Kelima, Dawet Semarangan. Es dawet ini berasal dari Semarang. Ciri khasnya adalah penambahan daging durian ke dalam seporsi es dawet yang menambah legit rasanya.

Keenam, Dawet Bayat Klaten. Dawet Bayat telah menjadi kuliner khas di Kabupaten Klaten. Tiga bahan utama saat membuat dawet, yakni cendol, juruh dari gula jawa dan gula batu, serta santan. Ketujuh, Dawet Telasih Solo. Es dawet ini legendaris di Kota Solo. Komposisi minuman ini adalah dawet hijau, selasih, santan segar tanpa direbus, dan sirup gula putih.

Tak mau kalah, di Jatim juga punya aneka khas dawet. Di antaranya Dawet Batil dari Lamongan ini punya isian yang cukup beragam. Jenis isiannya tidak menggunakan dawet, tapi semacam roti bernama batil. Bahan bakunya terbuat dari tepung beras, parutan kelapa, dan ragi. Cita rasanya hampir mirip kue apem, namun sedikit asam.

Es Dawet Jabung terdiri dari paduan tape ketan, potongan buah nangka, cendol, es, dan santan. Cendolnya tak terbuat dari tepung beras atau hunkue, tapi dari tepung sagu aren. Cita rasa manisnya juga berasal dari nira kelapa, bukan gula kelapa. Es dawet Jabung berasal dari Kecamatan Mlarak Ponorogo.

Es dawet Siwalan. Dawet ini banyak ditemui di pesisir Pacitan dan pesisir Paciran Lamongan dan  Tuban. Menariknya isiannya didominasi oleh siwalan. Buah siwalan yang dipotong dadu dipadukan bersama sirup gula siwalan atau gula kelapa. Di Tuban, beberapa pedagang biasanya menambahkan irisan buah nangka, melon, dan cincau.

Sedangkan di Malang sendiri ada beberapa dawet yang layak direkomendasikan. Ada Dawet Beras Pak Koentjoeng di Food Court Matos, Dawet Ireng di Jalan Semeru, Dawet Gentong di Jalan Muharto, dan Dawet Ayu yang ada di beberapa lokasi.

Sebelumnya, Agustus 2022 lalu, bukan karena kata dawet dalam lirik lagu ciptaannya, Ronald Dwi Febrianzah yang disebut sebagai pencipta lagu viral ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’ meminta maaf setelah lagunya itu dianggap telah melecehkan tokoh ulama Joko Tingkir. Ia pun kemudian mengubah lirik lagunya.

Dua kasus di atas memang berbeda. Yang mengaku penjual dawet sangat terasa sengaja pansosnya. Entah karena kepentingan pribadi, organisasi atau partainya. Yang mengarang lagu karena mengaku kurang memahami nama tokoh yang dijadikan lirik lagunya.

Pelajarannya, jangan pernah menjadikan bencana untuk konten demi viralitas, popularitas atau keuntungan apapun. Kalau bukan tugas jurnalistik, lebih baik diam. Jangan pernah bikin hoaks lalu disebar kemana-mana yang justru bikin resah dan panik. Seperti yang kemarin malam sempat heboh. Ada korban bencana terseret arus banjir tapi ternyata setelah dikonformasi hanya hoaks belaka. 

Korban bencana tak butuh viral, tak butuh trending. Lebih baik bersama-sama menggalang bantuan dan membantu apa yang bisa dilakukan untuk membuat tenang dan nyaman para korban banjir. Lengkapi bantuan itu dengan nikmatnya minuman dawet. Daripada ngaku jadi penjual dawet yang justru bikin ruwet.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img