.
Friday, December 13, 2024

109 Tahun Kota Malang

Demi Taman, Pribumi Tersingkir

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Julukan Kota Malang sebagai Kota Bunga muncul sejak tahun 1930-an. Kala itu Gemeente Malang mulai menata dan membangun kota. Namun warga pribumi tersingkir karena kebijakan pembangunan taman kota.


Sesuai Kroniek Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939, Kota Malang diarahkan menjadi kawasan pemukiman orang Eropa.


Penataan Kota Malang saat itu merambah di pusat kota yakni kawasan Celaket, Oro-Oro Dowo, Kauman hingga kawasan Ijen. Ijen, saat itu juga tercatat sudah berbentuk seperti sekarang. Yakni boulevard (jalan yang dipisah median jalan dengan ditambahi pepohonan di tengah).


Menurut sejarawan Kota Malang Dwi Cahyono, di awal-awal pemerintahan terutama di tahun 1930-an, pertumbuhan Kota Malang sudah pesat. Banyak orang Belanda bermukim, berwisata hingga berbisnis atau investasi.


“Terutama di awal pemerintahannya Bussamaker (wali kota pertama Gemeente Malang). Dia konsen ke pembuatan taman. Mempercantik kawasan kota dengan bunga-bunga, kawasan hijau dan lainnya,” jelas Dwi.


Di sini juga tercatat penanaman tumbuhan seperti bunga dipusatkan di beberapa kawasan Kota Malang. Yakni di kawasan pemukiman di Oro-Oro Dowo, Kauman, Ijen, dan kawasan Celaket.


Dalam Kroniek Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939, di Tahun 1936, salah satu persimpangan kawasan diberi rerumputan hijau dan dibuatkan taman kecil. Seperti pembuatan Taman Merbabu.


Kota Malang pun semakin populer dan dikenal dengan lanskapnya yang indah. Dalam catatan Kroniek Stadsgemeente Malang, Kota Malang dikenal dengan lanskap taman dan bunganya yang indah saat itu.


Bahkan tercatat Kota Malang saat itu disebut sebagai kawasan Eropa dalam 25 tahun terakhir perkembangannya yang pesat.


Soal lanskap Kota Malang, pemerhati sejarah Kota Malang Agung H Bhuana mengatakan karena banyak taman saat itu Kota Malang terbilang indah. Semakin banyak orang Eropa yang bermukim di Malang.


Karena itu pula bangunan rumah pribadi khas arsitektural Belanda banyak ditemukan di kawasan seperti Ijen, Celaket hingga wilayah lainnya di kawasan Klojen.


Meski begitu penataan kota ini dinilai cukup membuat warga pribumi tersingkir. Karena beberapa kawasan seperti Ijen dipetak untuk pemukiman orang Belanda.


Dalam catatan Kroniek Stadsgemeente Malang di era 1930-1935, luas Kota Malang mencapai 1.820 hektare. Delapan persennya dibangun menjadi kawasan pemukiman orang Belanda. Kemudian setelah itu barulah kebutuhan pemukiman warga pribumi akhirnya dibahas Dewan Kota. Khususnya anggota dewan pribumi. (ica/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img