MALANG POSCO MEDIA – Dua pasang capres-cawapres, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, sudah resmi mendapatarkan ke KPU kemarin. Tinggal satu pasang lagi Capres Parbowo Subianto yang hingga kemarin masih belum memutuskan pasangannya. Termasuk belum mendaftarkan diri ke KPU untuk kontestasi Pemilu 2024.
Suhu politik makin memanas. Masyarakat pun mendadak menjadi analis politik. Semua tiba-tiba bisa berkomentar dan menganalisa. Seperti seorang pakar yang analisisnya belum tentu benar. Yang fanatik obrolan biasa bisa menjadi pertengkaran hebat.
Kawan bisa berubah menjadi lawan. Keluarga bisa menjadi musuh karena beda pilihan. Beragam efek politis memasuki masa pendaftaran capres-cawapres ini meningkat tajam. Suhu udara yang sudah panas akibat dampak el Nino rasanya bertambah panas. Bikin gerah dan rawan memantik persoalan.
Di negara demokrasi, perbedaan pilihan harusnya menjadi budaya yang harus saling dihormati. Pemilu 2019 lalu harus menjadi pelajaran berharga. Jangan sampai untuk urusan Pilpres mengorbankan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Jangan ada lagi kubu-kubuan yang terus menerus bermusuhan mulai dari sebelum Pilpres sampai pasca Pilpres.
Siapa pun pilihan Prabowo, biarlah koalisi mereka yang memang menentukan. Sebagai masyarakat kita menunggu dan berdoa, semoga pilihan Prabowo Subianto terbaik. Tidak memilih calon yang blunder. Baik bagi koalisinya, terutama blunder bagi masa depan bangsa Indonesia.
Kepentingan yang harus didorong dan dikuatkan di masyarakat, khususnya para calon pemilih, termasuk para milenial adalah tiga pasangan yang bakal bertarung dalam Pemilu 2024 mendatang, semuanya adalah calon-calon terbaik yang di miliki Bangsa Indonesia. Sebab mereka memang berwenang dan berjuang melalui jalur partai.
Sebagai warga negara, jangan saling melemahkan. Jangan saling merendahkan, mengejek pilihan yang berbeda. Demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Karena itulah, rakyat harus sama-sama berjuang untuk memilih pilihan yang terbaik. Karena masa depan Bangsa Indonesia akan sangat ditentukan siapa pemenang Pemilu 2024 mendatang.
Sudah bukan saatnya beda pilihan menjadikan hubungan antar warga negara jadi sensitif. Harusnya momen Pemilu setiap lima tahun adalah waktunya belajar terus mematangkan diri sebagai warga negara yang baik. Kritik boleh. Ekspresi kekecewaan dan protes dibolehkan. Yang tidak boleh adalah memprovokasi untuk tindakan yang mengancam kesatuan dan persatuan NKRI.
Yang perlu kita siapkan adalah hak kita sebagai warga negara yang sudah mempunyai hak pilih. Jangan hanya bisa berkomentar pedas, sinis dan tidak peduli dengan Pemilu. Namun tak pernah menggunakan haknya dalam memilih. Kalau pilihannya kalah, marah, kalau pilihan lawannya menang dinyinyiri.
Mari berdemokrasi yang baik. Indonesia bhinneka tunggal ika. Berbeda-beda tapi tetap satu. Pemilu adalah ajang menyatukan kita, bukan memecah belah kita sesame warga negara.(*)