MALANG POSCO MEDIA – Idealnya bisnis harus selalu untung. Kalau pun rugi, pasti harus ada alasan yang sangat kuat sehingga kerugian itu tidak berdampak pada kelangsungan bisnis di masa depan. Jadi apapun bisnisnya target akhirnya ya harus untung. Termasuk bisnis plat merah yang dikelola Bada Usaha Milik Daerah (BUMD).
Pengelola BUMD, baik di kota maupun kabupaten tak boleh main-main. Apalagi hanya bermain aman dalam menjalankan bisnisnya. Aman maksudnya ya usahanya dijalankan dengan biasa-biasa saja, yang penting tidak rugi tapi juga tidak untung. Kinerja bisnisnya juga harus moncer dan gesit seperti bisnis pada umumnya saat ini.
Itu karena badan usaha ini mendapatkan suntikan dana APBD. Penyertaan modal yang sengaja disuntikkan agar bisnis bisa berjalan dengan baik. Dan jumlahnya bukan ratusan juta, tapi miliaran. Bisa mencapai Rp 7 miliar. Karena itu, bisnis yang dijalankan pun harus benar-benar prospek, menjanjikan dan menguntungkan.
Tidak hanya menguntungkan saja, kinerja badan usaha ini pun harus dilaporkan ke wali kota dan dikontrol secara ketat oleh DPRD Kota/ Kabupaten. Laporannya pun harus progresif. Ini dilakukan karena bisnis ini menggunakan uang rakyat, yang harus dipertanggungjawabkan di depan wakil rakyat juga.
Maka, sangat ironis kalau kemudian muncul laporan bahwa badan usaha milik daerah ini merugi. Dan ruginya bukan puluhan, atau ratusan juta. Tapi miliaran. Tentu ini sangat menyesakkan masyarakat. Seperti dialami Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) Kota Malang yang mengalami kerugian mencapai Rp 1,5 miliar tahun 2022. Padahal BUMD ini menjanjikan untung Rp 1 miliar.
Maka kerugian ini harus segera dievaluasi dengan tegas. Apalagi bisnis Perumda Tunas sudah merambah sembako. Tak hanya pemotongan hewan di RPH saja. Setelah dievaluasi harus segera ditindaklanjuti dengan keputusan tegas juga. Misal, direkturnya diganti, atau pemangkasan semua pembiayaan yang membebani perusahaan.
Lebih ekstrem lagi, bila kerugian itu soal usaha yang dijalankan, maka harus segera distop dan diganti dengan usaha yang lebih menjanjikan. Yang penting BUMD harus terus melakukan terobosan-terobosan yang target akhirnya adalah keuntungan.
Keuntungan memang menjadi prioriotas karena BUMD adalah bisnis. Bila rugi dan terus menerus rugi, maka usaha ini lebih baik distop daripada harus membebani keuangan APBD. Sekali sudah mantap menjalankan BUMD, maka harus siap pula manajemen yang profesional dan keuntungan. Bila tidak, lebih baik uang penyertaan modal untuk pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.(*)