Malang Posco Media – Angka 2 (dua) hanya angka biasa. Angka itu sudah banyak diketahui orang dari berbagai level usia dan pendidikan. Angka biasa ini tiba-tiba menjadi pusat perhatian tatkala membentuk pola yang tak biasa dan penuh makna.
22 — 02 — 22 yang menjadi pola tak biasa dari angka 2, sesungguhnya angka biasa-biasa saja seperti angka lainnya.
Berubah ujudnya angka 2 sebagai angka biasa menjadi pola tak biasa yang mampu menyita perhatian banyak kalangan. Bahkan, mampu trending topic tertinggi di dunia maya. Sebagian besar, status (story) di akun media sosial para pemiliknya tertulis 22 — 02 — 22.
Tidak sedikit penulisan status (story) tanpa penguatan literasi. Hanya menjadi korban trending topic media sosial. Itulah fakta yang kini terjadi. Tak mampu dihindari semua pihak.
Pola 22 — 02 — 22 sesungguhnya hanya menggambarkan tentang waktu dan kalender. Hal umum dan biasa. Tanggal 22 di bulan Februari di tahun 2022.
Menjadi perhatian banyak kalangan, karena menampilkan pola tak biasa. Memungkinkan terjadinya berbagai anasir dan tafsir. Meski tidak diikuti dengan kekuatan literasi.
Pola yang tak biasa itu bisa terjadi tak hanya pada angka. Namun juga pada kata dan kalimat. Pola yang tak biasa dikenal dengan istilah Palindrom.
Palindrom kali pertama dikenal dalam kajian filsafat ilmu pengetahuan di masa Yunani Klasik. Bahkan istilah ini sudah mulai muncul sekitar tahun 79 Masehi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2018), palindrom adalah kata, rangkaian kata, atau bilangan yang terbaca sama, baik dari depan maupun dari belakang. Palindrome tidak hanya ada pada bahasa Indonesia, tapi juga bahasa lainnya.
Palindrom 22 — 02 — 22 dalam perspektif para penganut keyakinan (kebatinan) di Indonesia diyakini sebagai era lahirnya generasi baru yang melanjutkan jejak para generasi perintis tentang peradaban dan perubahan.
Hingga saat ini, Palindrom 22 — 02 — 22 dari berbagai kajian dan perspektif masih bisa ditelusuri lebih jauh di dunia maya. Palindrom yang diawali pada masa Yunani Klasik, kini seolah menjadi nasionalisme angka dari berbagai sudut pandang yang telah mewarnai negeri ini.
Tidak terkecuali dalam industri media di Indonesia. Palindrom 22 — 02 — 22 digunakan fase untuk melakukan perubahan dalam menjawab tantangan pasar media yang makin absurd dan ketat.
Nafas industri media di Indonesia kini tak semudah di era-era sebelumnya. Industri media kini harus berhadapan dan berpijak atas Revolusi Industri 4.0 yang kini sedang berjalan atau dikenal juga dengan Fourth Industrial Revolution (4IR) merupakan era industri keempat sejak revolusi industri pertama pada abad ke-18. Bahkan, tanda menuju ke Revolusi Industri 5.0 sudah tampak.
Revolusi industri keempat dibangun di atas revolusi digital, mewakili cara-cara baru ketika teknologi menjadi tertanam dalam masyarakat.
Ciri melekat dari revolusi industri keempat ditandai adanya terobosan teknologi di sejumlah bidang, termasuk robotika kecerdasan buatan dan lainnya.
Hadirnya Revolusi Industri 4.0 ini mengakibatkan jungkir baliknya tatanan lama dan terjadinya perubahan besar-besaran di segala bidang atau yang kemudian juga disebut sebagai Era Disrupsi.
Perubahan ini sangat berpengaruh dan dirasakan langsung industri media. Industri media yang meliputi industri pertelevisian, industri radio, industri surat kabar, industri majalah, industri rekaman, industri film dan industri perbukuan sangat terdampak dengan era disrupsi ini
Era sudah berubah. Perubahan itu bukan kendala dan hambatan untuk menjemput takdir kematian. Namun perubahan itu adalah tantangan.
Setiap orang melihat sesuatu yang tak terlihat menurut kadar cahayanya. Kadar cahaya itulah mimpi.
Palindrom 22 — 02 — 22 adalah mimpi yang dilakukan Malang Posco Media selepas bertransformasi dari Media yang bernama New Malang Pos.
Palindrom 22 — 02 — 22 ditangkap dengan frasa “Datanglah padaku dengan mimpi-mimpi yang hadir dalam kepenuhan sadarmu, maka akan aku mem-beritahumu apa maknanya. Namun mimpi-mimpi dari tidurmu itu di luar kebijaksanaanku ataupun imajinasimu.”
Mimpi Malang Posco Media, di tengah Revolusi Industri ke-empat ini tak sebatas berpikir dan bertindak dalam ranah prinsip-prinsip dasar ekonomi, berupa profitabilitas dan pasar tetapi juga memusatkan perhatian pada pentingnya media, tidak hanya sebagai sumber informasi dan hiburan, tetapi juga sebagai entitas ekonomi.
Dengan memahami aktivitas ekonomi dalam industri media, Malang Posco Media dapat memahami peran, fungsi dan tujuan media dalam masyarakat dengan lebih baik.
Arah mimpi Malang Posco Media tanpa sadar sesungguhnya memasuki konsep ekonomi media dengan memperoleh pengakuan dan mutu tinggi
dari pasar media. Tidak hanya lokal namun juga nasional yang memiliki karakter ke-khas-an lokal.
Dengan demikian, kalimat puitisnya Kahlil Gibran layak jadi renungan dan semangat untuk merengkuh mimpi tersebut. “Orang yang paling pantas dikasihani adalah dia yang mengubah mimpi-mimpinya menjadi emas dan perak.” (*)