“Matikan satu lampu atau alat listrik yang tak dipakai.” Dalam iklan ini PT PLN (Persero) mengajak masyarakat untuk dapat menghemat energi dengan mengurangi pemakaian listrik. Hari Listrik Nasional ke-77 yang bertepatan pada tanggal 27 Oktober 2022 lalu merupakan lintas sejarah panjang kehadiran PLN dalam menerangi nusantara dan menggerakkan perekonomian Indonesia.
Meski memiliki banyak tantangan, PLN terus berjuang menghadirkan energi berkeadilan hingga ke pelosok desa. Berkolaborasi dengan pemerintah dan seluruh stakeholder terkait, PLN turut mendukung Program Listrik Desa yang juga merupakan strategi mengurangi kemiskinan dan menumbuhkan ekonomi di daerah.
PLN pun terus mendorong Rasio Desa Berlistrik (RDB) yang merupakan rasio antara desa yang berlistrik dengan jumlah desa di Indonesia. Dari capaian Program Listrik Desa, tercatat 75.278 desa yang dilistriki oleh PLN. Sementara sisanya dikerjakan bersama dengan pemerintah pusat melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, swadaya dari Pemerintah Daerah dan pihak terkait lainnya.
Kehadiran listrik yang andal hingga ke desa menjadi penting untuk menggerakkan perekonomian. Terlebih dengan adanya disrupsi serta revolusi industri 4.0, maka upaya melistriki desa akan turut mendukung percepatan integrasi ekonomi masyarakat desa ke perekonomian nasional.
Kalau listrik sudah sudah menjangkau desa, harapannya adalah gerak ekonomi semakin bergerak cepat. Belum lagi bila ke depan seluruh desa bisa terintegrasi dengan masuknya akses internet, di mana PLN Grup juga memiliki produk ICON+ untuk solusi internet. Ini tentu akan mengangkat potensi ekonomi desa dalam ekosistem ekonomi digital.
Terus bersinergi, PLN dalam seluruh upaya melistriki desa senantiasa bersama dengan pemerintah pusat hingga pemerintah desa. Terbaru PLN bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menandatangani nota kesepahaman pemanfaatan tenaga listrik untuk peningkatan produktivitas mendukung pengembangan ekonomi dan investasi.
Setiap daerah mempunyai karakteristik Sumber Energi Setempat (SES) yang berbeda. Ada yang memiliki sumber air, ada pula yang memiliki potensi angin, bahkan ada yang memiliki potensi surya. Salah satu potensi besar yang dimiliki Indonesia adalah air. Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia mencapai 694 miliar meter kubik per tahun.
Jumlah ini pada dasarnya adalah potensi yang dapat dimanfaatkan, namun faktanya saat ini baru sekitar 23 persen yang sudah termanfaatkan, dimana hanya sekitar 20 persen yang dimanfaatkan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota dan industri, 80 persen lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi (Hartoyo, 2010).
Namun, pembangkit listrik berskala besar itu tidak sepenuhnya bisa menjawab masalah pemenuhan kebutuhan energi yang harus dipenuhi di pelosok daerah terpencil. Tidak juga dalam keseimbangan penyebaran karena lokasinya di kepulauan terpencil. Sebenarnya, dengan jalur distribusi kabel puluhan kilometer, menjadi tidak efektif. Konsep pembangkit listrik yang bertumpu pada masyarakat melalui potensi alam yang dimiliki sesungguhnya adalah hal yang strategis.
Konsep ini berbasis pada teknologi pembangkit listrik tenaga mikro atau minihidro yang representatif bilamana dioperasionalkan di daerah terpencil. Sembari melakukan efisiensi melalui program budaya hemat listrik secara nasional, maka alternatif lain yang kiranya dapat menjadi solusi dalam menjawab sumber energi di masa depan adalah dengan melaksanakan aktivitas penelitian secara intensif guna menemukan energi alternatif yang terbarukan (renewable) salah satunya dengan Mikrohidro dan Turbin yang dapat bekerja di arus datar, yaitu di sungai.
Problem inilah yang tampaknya perlu ditindaklanjuti melalui suatu kajian lapangan guna mencari obyek yang relevan untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Energi Terbarukan
Kebanyakan turbin yang secara praktis dikembangkan untuk pembangkit daya hidro selama ini adalah turbin untuk instalasi air dengan menggunakan dam. Desain turbin tersebut sangat efisien untuk sungai dengan dam karena tersedia head dan gaya yang maksimum yang diperlukan untuk operasi turbin. Akan tetapi, deisain konvensional tersebut memiliki keterbatasan, karena pembuatan dam membutuhkan biaya besar dan tidak semua sungai memungkinkan dibangun dam karena alasan lingkungan dan mengganggu proses migrasi ikan.
Selain itu, disain turbin konvensional juga tidak bisa digunakan untuk mengekstrak energi yang bersumber dari aliran arus laut maupun sungai dengan grade yang rendah. Oleh karena itu diperlukan disain turbin baru yang dapat beroperasi secara efisien dan mampu mengekstrak energi dari free water flow atau zero head water power resources salah satunya adalah Turbin Kincir Air Kaki Angsa.
Turbin Kincir Air Kaki Angsa mampu mengekstrak energy free water flow dan punya banyak keunggulan, di antaranya yaitu: (1) Tidak memerlukan adanya ketinggian seperti pada air jatuh/air terjun, (2) Tidak memerlukan bendungan, akan tetapi jika alat ini ditempatkan pada kedua hal tersebut juga sangat potensial, (3) Secara prinsip alat ini dapat beroperasi pada aliran sungai kecil dan besar.
Kincir ini efektif bilamana diterapkan pada sungai-sungai yang banyak dijumpai di pedalaman, lokasi pegunungan yang jauh dari jangkauan jaringan listrik. Kincir tersebut sangat sesuai untuk merubah kecepatan aliran fluida menjadi energi lain berupa putaran poros, disebabkan kemampuan sudu-sudunya untuk membuka dan menutup. Maka pengembangan disain kincir kaki angsa perlu terus dilakukan dalam rangka mencari desain yang paling bagus dan efisien.
Oleh karena itu sebagai blue print dalam memperingati Hari Listrik Nasional ke-77 ini, maka sudah seharusnya sebaran energi terbarukan harus semakin digalakkan sebagai upaya adanya perubahan sosio-ekonomi masyarakat pedesaan menjadi produktif dengan mengkolaborasikan sebaran energi alternatif. Artinya bukan hanya sebagai konsumtif, alih teknologi untuk masyarakat pedesaan tetapi justru sebagai pemanfaatan hasil pembangunan PLTMH sampai jangka panjang. Dengan demikian, harapan ke depan dari manuver sebaran pembangunan energi terbarukan ini setidaknya sebagai contoh dalam menggairahkan daerah- daerah lain di Indonesia yang berpotensi untuk dibangun PLTMH guna menerangi desa dan memberdayakan warga menuju ketahanan ekonomi produktif.(*)