.
Sunday, December 15, 2024

Flexing Ibadah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Istilah flexing dalam beberapa waktu terakhir banyak dibahas orang. Istilah ini dikaitkan dengan aksi pamer kekayaan yang dilakukan sejumlah crazy rich tanah air. Namun sejatinya flexing tak hanya bermakna pamer kekayaan semata. Flexing ternyata juga terjadi dalam urusan ibadah. Seperti pada bulan Ramadan saat ini, tak jarang orang yang pamer ibadah lewat beragam platform media sosial (medsos).

              Istilah Flexing dari bahasa Inggris berarti pamer. Lebih spesifik menurut Cambridge Dictionary, flexing adalah menunjukkan sesuatu kepemilikan atau pencapaian dengan cara yang dianggap orang lain tak menyenangkan. Menurut kamus Merriam Webster, flexing diartikan sebagai aktivitas memamerkan sesuatu secara mencolok. Dari asal katanya, flexing berarti melenturkan otot seseorang untuk menunjukkan seberapa kuat fisik seseorang bertarung. Hal ini menjadi metafora arti flexing adalah mereka berpikir lebih baik dari yang lainnya. 

              Dalam kajian Ilmu Ekonomi, flexing dipahami sebagai sikap konsumtif yang mencolok, menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah demi menunjukkan status atau kemampuan finansial. Secara konsep agama, flexing bisa bermakna riya’ atau pamer dengan menunjukkan apa yang dimiliki agar mendapatkan pengakuan dari orang lain. Tak jarang flexing dilakukan guna tujuan narsis dan agar dianggap eksis.

              Munculnya fenomena flexing ibadah selama bulan suci Ramadan atau di luar Ramadan menunjukkan bahwa pamer telah menjadi fenonema yang jamak terjadi di kalangan masyarakat. Fenomena pamer ibadah ini semakin marak berkat keperkasaan kanal YouTube, Instagram, Twitter, Facebook, TikTok, dan aneka platform medsos yang lain. Lewan akun medsos tak sedikit orang menunjukkan eksistensi dirinya lewat beragam unggahan kontennya. Tak terkecuali konten-konten terkait ibadah puasa Ramadan.

Pamer atau Syiar?

              Sesungguhnya mengunggah konten ibadah di medsos itu termasuk pamer atau syiar? Untuk mengurai pembeda antar pamer dan syiar memang sulit. Antara pamer dengan syiar hanya beda tipis, semua bisa tergantung niatnya. Kalau ibadah dilakukan sejak awal diniatkan untuk showoff pada orang lain agar dianggap sebagai orang yang hebat dan taat beribadah maka itu jelas pamer. Namun beda ketika mengunggah aktivitas ibadah itu dalam rangka mengajak orang lain agar mengikuti ibadah yang sama.

              Karena perbedaan yang tipis maka perlu berhati-hati dalam menyikapi perilaku ini. Jangan sampai pahala ibadah hilang gara-gara ada unsur pamer atau riya. Riya’ adalah dengan sengaja memperlihatkan atau mempertunjukkan amal kebaikan atau ibadah agar amal tersebut dilihat orang dan mendapat simpati atau pujian orang lain. Sejatinya amal ibadah hanya untuk Allah SWT dan tak perlu diperlihatkan kepada orang lain apalagi di medsos yang dilihat banyak orang.

              Jamak terjadi sejumlah pengguna medsos yang suka unggah konten yang tujuannya tak sekadar mengabarkan pada pertemanannya, tetapi juga dengan harapan dapat pengakuan. Tak hanya pamer ibadah, tak sedikit orang yang memamerkan menu buka puasa atau makan sahurnya. Aneka foto makanan dan minuman diunggah sebagai status di WhatsApp (WA) atau akun medsos lainnya. Tak jarang unggahan tersebut jadi materi diskusi panjang di antara pertemanan mereka.

              Tak sedikit pula orang yang berhaji atau pergi umroh sengaja berfoto dengan latar belakang yang menunjukkan bahwa mereka sedang di tanah suci. Mungkin melalui unggahan foto-foto dan video diharapkan menginspirasi orang lain agar mengikuti jejaknya berhaji atau umroh. Namun bisa saja dari beragam unggahan konten tersebut akan dinilai orang lain sebagai pamer.

              Sejumlah orang juga memamerkan ibadahnya demi konten medsosnya. Seperti saat orang menyumbang pada korban bencana alam atau santunan yang lain. Saat memberikan sumbangan sering mereka memvideokan proses pemberian sumbangannya. Perilaku ini tentu dapat melukai perasaan orang yang disumbang karena wajah sang penerima sumbangan dengan cepat viral tersebar ke mana-mana. 

              Dalam bukunya yang berjudul “Brainwashed Martin Lindstrom menjelaskan bahwa orang dengan kepercayaan diri yang rendah sering melakukan flexing demi meningkatkan kepercayaan dirinya. Perilaku flexing bisa disebabkan pada diri seseorang merasa insecure, meragukan diri sendiri sehingga butuh validasi orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Dengan flexing orang bisa merasa menjadi orang yang hebat dan sempurna, termasuk dalam urusan ibadah.

Puasa Medsos

              Mengutip konten dari laman YouTube Profesor Rhenald Kasali bahwa keberadaan medsos telah membuat flexing semakin gampang dilakukan. Kata Rhenald, sulit orang tidak flexing ketika memiliki sesuatu untuk dipamerkan. Secara online, manusia juga ingin sebagai seseorang yang memiliki kekayaan, menarik secara fisik, cerdas, popular, dermawan, dan rajin ibadah.

              Saat ini godaan untuk flexing semakin kuat, karena memang perangkat untuk itu ada di genggaman banyak orang. Perlu upaya pengendalian diri saat bermedsos agar tak gampang melakukan flexing. Puasa medsos bisa menjadi cara yang bisa dicoba. Membatasi akses medsos bisa dilakukan agar tak terpikat unggah pamer ibadah selama Ramadan. Kalau saat puasa orang bisa menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa, maka berpuasa medsos semestinya juga bisa dilakukan.

              Kalau merasa tak mampu bermedsos yang sehat akan lebih baik diet medsos. Kalau dirasa dengan bermedsos dapat mengurangi kekhusukan dan pahala puasa maka minimal untuk sementara bisa diet atau puasa bermedsos. Jangan nodai bulan suci ini dengan perilaku bermedsos yang dapat mengurangi pahala puasa. Mumpung masih minggu awal puasa, masih ada waktu untuk berubah.

              Medsos memang telah mengubah gaya hidup manusia dari yang bersifat personal menjadi publik. Tak jarang orang mengumbar privasi di medsos yang artinya sama dengan mengumbar privasi di ruang publik. Tak jarang urusan privat justru menjadi konsumsi publik gegara semua yang pribadi diunggah menjadi konsumsi publik. Kemampuan medsos punya efek gema (echo chamber effect) yang menjadikan konten medsos cepat tersebar viral.

              Untuk itu penting mempertimbangkan untuk puasa medsos membersamai puasa Ramadan saat ini. Tak semua konten medsos memang buruk. Ada banyak juga syiar agama lewat medsos yang bagus. Namun di sisi lain, wajah buruk medsos juga mengemuka saat Ramadan dengan memasilitasi banyak orang melakukan flexing ibadah. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img