MALANG POSCO MEDIA – Hentakan alunan gamelan gong kebyar yang dimainkan 30 orang pemusik dari Swiss dan Jerman menghiponitis pengunjung yang hadir di panggung utama gedung Akademi Musik Basel, Minggu (25/6). Begitulah salah satu suasana Gamelan Community Gathering (GCC).
Pengunjung yang hadir kemudian dibikin terkagum-kagum etika Inten, Amandine dan Enrico yang membawakan serangkaian tari-tarian Bali. Mereka diiringi alunan gamelan gambuh.
KUAI KBRI Bern, Umbara Setiawan beserta staf KBRI Bern yang hadir pada pertunjukkan gamelan siang hari itu sangat terkesan. Mereka juga bangga menyaksikan para pemusik memainkan instrumen gamelan gong kebyar, gender wayang, gambuh, dan tingkling.
GCC merupakan ajang pertunjukan dan loka karya seniman dan siswa musik asal Swiss dan Jerman. Kegiatan ini diadakan setahun sekali. Pertunjukan di bulan Juni yang cerah itu merupakan kali ketiga yang diadakan oleh Akademi Musik Basel bekerja sama dengan Gamelan Anggur Jaya dan Gamelan Saraswara, dengan dukungan dan bantuan dari KBRI Bern.
GCC tahun ini diikuti puluhan siswa dan mahasiswa musik dari Musik Akademi Basel dan FHNW Olten. Mereka berkesempatan memainkan instrumen baru, mempelajari ansamble musik lengkap, hingga mencoba tarian Bali dengan kostum tari yang indah.
“Keberadaaan kelompok seni budaya Indonesia di Swiss perlu didukung dan dibina sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya para Indonesianis dalam mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia di Swiss,” tutur KUAI RI Bern, Umbara Setiawan.
Di area kafetaria, makanan khas Bali disajikan untuk dinikmati para pengunjung dan para pemusik. Sesi interval di antara pertunjukan menjadi ruang berinteraksi antara para seniman dengan penikmatnya.
Gamelan Bali bagi warga Basel bukan sesuatu yang asing. Penelitian dan juga permainan musik Gamelan Bali memiliki sejarah panjang di Basel. Adalah Ernst Schlager, seorang ahli musik, dan Theo Meier, seorang pelukis asal Basel, yang pertama kali melakukan studi musik pertama di Bali tahun 1942-1945.
Pada tahun 1970-an, Urs Ramseyer, kurator di Museum der Kulturen Basel, dan Hans Oesch, profesor di Institut Musikologi Universitas Basel, melanjutkan studi musik gamelan Bali. Sejak saat itu, instrumen gamelan Bali di Basel tak hanya disimpan di Museum der Kulturen Basel, namun juga aktif dimainkan mulai tahun 1980-an di Akademi Musik Basel.
Kini gamelan Bali bahkan telah menjadi salah satu mata kuliah pilihan bagi mahasiswa musik tingkat S1 dan S2 di Sekolah Tinggi Musik, FHNW University of Applied Sciences and Arts Northwestern Swiss. Anak-anak, remaja dan dewasa juga berkesempatan mempelajari gamelan Bali melalui kursus yang ditawarkan Akademi Musik Basel.
KBRI Bern terus menggencarkan promosi budaya Indonesia kepada masyarakat Swiss dan sekitarnya. Itu dilakukan melalui dukungan kepada kelompok seni budaya Indonesia di Swiss, termasuk Akademi Musik Basel. (opp/van)