Media sosial sudah menjadi alat yang harus ada di kehidupan masa sekarang. Dengan kecanggihan komunikasi di era sekarang memunculkan istilah baru yang terus berkembang sesuai dengan zamannya. Era 4.0 awal perindustrian kecanggihan hingga era yang terbarukan sekarang 5.0 atau era society. Era yang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Dimana masyarakat kini lebih canggih dan cepat mendapatkan informasi.
Selain informasi, masyarakat kini tidak ada kata lagi tentang batas dan waktu untuk bertemu. Artinya, kapanpun dan dimanapun berada bukan ada alasan untuk tidak berkomunikasi. Itulah fakta di era sekarang. Sosial kini mulai pupus akan budaya dan adat yang lahir dari masyarakat pedesaan. Kini desa terasa kota dan kota kini menjadi pusat penentu sosial.
Perilaku sosial terus tersurut dari kata karakter dengan adanya kecanggihan. Kehilangan adab, tata Krama, sopan santun, hingga pembentukan akhlak kini mulai tergeser dan sulit membedakan antara yang boleh dan tidak boleh. Semua percontohan media maya menjadi contoh utama dibandingkan pendidikan karakter di dunia nyata. Pergeseran moral dari usia dini (pelajar sekolah dasar hingga atas) yang lebih berfantasi akan dunia online dibandingkan dengan dunia nyata.
Banyak anak-anak pelajar yang memegang smartphone, kini gaya hidupnya berbeda dan lebih merasa nyaman hidup di medsos dibandingkan bermain dengan teman sebayanya. Padahal seharusnya, menjadi masa-masa tumbuh kembang yang secara optimal, namun teralihkan dengan berbagai platform chattingan wa, Instagram, hingga aplikasi dengan fantasi video seperti YouTube, tiktok yang trend kini.
Aplikasi yang memanjakan setiap yang diinginkan mengantarkan kepada kehidupan yang serba instan. Dari segi positif memberikan efek percepatan informasi maupun pelayanan. Namun demikian, hal tersebut bisa dirasakan bagi mereka yang tidak lihai dalam mengaplikasikan. Selain positifnya, negatif pada lingkungan sosial sangat terasa, dimana banyak hajatan masyarakat yang seharusnya menjadi viral secara edukasi justru terbalik menjadi viral sebagai hujatan.
Terkadang hal yang baik dibuat buruk dan begitu pula sebaliknya. Globalisasi mengajarkan akan berpikiran luas akan sebuah wawasan, berbagi keanekaragaman, bermacam budaya, banyaknya bahasa yang dihimpun secara skala kecil melalui media sosial. Secara signifikan dari arus globalisasi mempengaruhi hal yang berada di lingkungan sekitarnya baik secara ideologi maupun kebiasaan masyarakatnya.
Era society 5.0
Era dimana langkah yang direncanakan sebagai penyelesaian isu permasalahan sosial dengan penggunaan alat canggih. Kecanggihan itu disebut dengan Internet of Things (loT), robotik, Artificial of Intelligence (AI). Tiga kecanggihan yang menyetir tingkah perilaku masyarakat secara pola kehidupannya. Kehidupan yang memaksakan untuk selalu mengakses informasi. Wilayah yang tidak terkoneksi internet menjadi tertinggal akan pergaulan yang lebih modern atau maju, namun positifnya berupa tidak mengubah kebudayaan secara drastis.
Banyak budaya yang bergeser akibat internet arus globalisasi yang memiliki arus deras. Alhasil sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Society 5.0 dalam Kehidupan Masyarakat (2023) karya Baharuddin dan Harits. Menguraikan akan dampak secara sosial akan turunnya nilai-nilai Pancasila, bijak dalam bersosial hingga hilangnya individu yang bermasyarakat secara nyata.
Tingkah laku secara individu berubah akan finansial yang mudah didapatkan melalui pinjaman online (pinjol). Keadaan ini memberi efek negatif secara sosial dimana berdampak pada keluarga yang tidak mampu melunasinya. Pasalnya beberapa perceraian disebabkan alasan finansial yang berantakan akibat asyiknya menggunakan jasa pinjol. Sisi lain pergeseran hubungan suami-istri yang berjarak jauh akibat media sosial mengalahkan kebahagiaan meet time bersama pasangan.
Secara penggunaan AI mampu menggeser kemampuan Intelegensi manusia. Sehingga secara kemampuan memang selalu dibandingkan akan kecerdasan buatan dengan kecerdasan manusia. Beberapa sektor terbantu akan hal ini, namun sebagian perlu dipahami akan kecerdasan manusia juga perlu dibutuhkan untuk peningkatan mutu lainnya. Sektor pelayanan publik kini lebih banyak menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Kini kecerdasan buatan tidak senyaman yang diperkirakan. Terasa akan munculnya generasi yang tidak bermutu akan intelektual yang ditawarkan saat ingin melamar pekerjaan. Sehingga tidak heran, beberapa pekerjaan hanya menerima pekerja yang berkualitas akan dunia internet dan kemampuan mengelola AI. Keahlian menggunakan IoT dan AI merupakan kunci untuk generasi milenial hingga generasi z untuk mendapatkan lapangan kerja kedepannya.
Pergeseran Gaya Hidup
Gaya hidup zaman sekarang jauh berbeda akan 20 tahun yang lalu. Signifikan ini dapat dirasakan akan pergaulan yang pertama yaitu gaya berbahasa atau berkomunikasi. Bahasa digunakan sudah tidak terbendung akan nilai etika dan kesopanan. Melihat realitas yang ada, bahasa yang sudah dianggap biasa saat komunikasi bersama (chatting dan main bersama). Dua keadaan ini sering komunikasi tidak mengandung nilai-nilai yang elok.
Pergeseran yang kedua yaitu Gaya hidup hedon. Kini jadi tren hanya sebatas pengakuan dari viewer maupun followers (pengikut). Menampilkan hidup mewah di dunia maya namun tak seindah akan dunia nyata. Tidak heran Indonesia digemparkan akan generasi muda yang status miliarder atau the Sultan. Menayangkan kesuksesannya dihadapan penontonnya yang ribuan mampu menggiurkan akan keberhasilannya di masa muda.
Keadaan terbalik seketika diberitakan bahwa semua hanya settingan belaka demi kepopuleran. Prinsip hedon membasmi akan kejujuran yang ditampilkan di dunia nyata. Nilai luhur bersikap sederhana sudah tidak dianggap relevan demi hidup nyaman di dunia maya. Demi konten sosial juga sering mengubah cara membantu hingga berinteraksi antar sesama. Pergeseran yang ketiga sikap individu yang tidak mudah berbaur dengan lingkungan sendiri.
Pada akhirnya, tulisan ini sebagai bentuk kecemasan akan dampak era 5.0 yang ditinggikan setinggi langit akan dampaknya dan sering melupakan akan dampak negatifnya juga. Perlu menjadi catatan penting bagi kita penikmat 5.0 yang sering salah diartikan hingga disalahkan gunakan. Memahami dampak positif harus selaras dengan memahami negatifnya sebagai persiapan menghadapi hal diluar persiapan kita.