MALANG POSCO MEDIA – Nanda sapaan akrab Nanda Budi Prayoga anak seorang petani. Ia mulanya khawatir sedikitnya generasi muda di sekitarnya tertarik mengembangkan potensi pertanian. Padahal menurut dia pertanian aset dan kekayaan yang berharga.
Berangkat dari situlah, Nanda bersama empat orang saudaranya menciptakan sebuah teknologi pertanian. Yakni sistem tanam yang memungkinkan sebuah produk pertanian tidak mengenal musim tumbuh. Ia mengambil komoditi jeruk.
“Karena memang potensinya jeruk, kami ambil itu dulu. Teknologinya hanya membutuhkan pupuk organik dari kotoran kambing. Dengan sistem perawatan dan pemupukan rutin. Jadi produktivitas panen jeruk bisa lebih tinggi,” cerita Nanda.
Jika normalnya pohon jeruk bisa berbuah dua kali dalam setahun, dengan teknik yang dikembangkan Nanda, jeruk yang dihasilkan bisa panen hingga enam kali dalam setahun. Karena itulah inovasinya itu disebut sebagai Jeruk Tanpa Musim.
Di tahun 2015 ia mulai menyebarkan dan mengajak banyak pihak bekerja sama. Dimulailah di desanya sendiri Desa Ngantru. Kemudian berkembang lagi ke desa lainnya seperti Desa Sidodadi dan Desa Pagerwesi di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.
Apa yang dilakukan Alumnus Prodi S1 Teknik Informatika Universitas Telkom Bandung angkatan tahun 2013 ini semakin berkembang. Kemudian di tahun yang sama memberanikan diri membuat temuannya dan mengajak lebih banyak pihak bergabung untuk membangun jejaring komunitas.
“Komunitasnya namanya Jeruk Tanpa Musim atau JertanMus. Yang setelah itu berkembang lagi menjadi JertanMus Integrated Farming System Indonesia (JIFSI). Karena setelah itu hasil jeruk tanpa musim kami udah dipasarkan keluar Pulau Jawa,” papar pria kelahiran 1993 ini.
Sekitar tahun 2020 apa yang dilakukan Nanda bersama komunitasnya semakin berkembang. Dari sekitar 50 hektare lahan yang ditanami 30 ribu pohon jeruk per tahunnya bisa menghasilkan 24 ribu ton jeruk.
Jenis Jeruk yang dikembangkan tanpa musim ini adalah Jeruk Siam Madu Hantang dan RGL. Dalam setahun bisa enam sampai delapan kali panen.
“Saat dijual di luar musim panen raya harganya juga bisa lebih tinggi. Karena di luar musimnya kan. Ini salah satu manfaatnya mengembangkan teknik ini. Jadi tiap dua minggu berbuah. Selain tanpa musim, harga yang dijual lebih tinggi,” papar Nanda yang sempat pula mendapat penghargaan 2nd Winner Global Mobile Challenge 2015, Barcelona ini.
Sejak saat itu komunitas dan kebun yang dikembangkannya di Ngantang mendapat banyak perhatian. Berbagai perwakilan dinas hingga kementerian juga kerap mengunjungi kebun yang ia kembangkan.
Sampai pada tahun 2022 lalu, Nanda secara langsung menerima penghargaan dari Ototitas Jasa Keuangan (OJK) RI. Dia menerima penghargaan kategori penggerak KUR Klaster sebagai Pembina JertanMus IFS.
Menurut peraih 3rd Winner Nasser bin Hamad Award tahun 2014 untuk Scientific Innovation Category ini, selain mengajak komunitas petani di Kawasan Ngantang ikut dalam jejaringnya, dia juga mendampingi para petani jeruk agar bisa memiliki modal usaha. Salah satunya dengan menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dibantu OJK.
“Apresiasi juga kami berikan kepada pemerintah, khususnya OJK karena ikut bantu melalui program memajukan UMKM. Dengan pembiayaan murah program KUR Klaster itu. Jadi kami di daerah akan terus mendukung, apalagi saat pemulihan ekonomi,” tuturnya.
Hingga saat ini Nanda masih bergelut di bidang pertanian. Tidak hanya jeruk, kini perkebunannya merambah ke komoditi lain seperti Bawang Merah, Jahe, Cabai hingga tomat. Selain itu juga kembangkan peternakan kambing di sekitar perkebunan, sebagai penghasil pupuk organik yang dibutuhkan. (sisca angelina/van)