Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si
MALANG POSCO MEDIA – Banyak anak-anak menapaki dunia baru dengan predikat sebagai mahasiswa. Predikat ini sungguh banyak diidam-idamkan oleh anak-anak bangsa yang memiliki visi jauh ke depan, untuk menimba ilmu, mengasah hard skill dan soft skill, memperbaiki akhlak dan moral, agar hidupnya mampu memberikan manfaat dan kontribusi besar untuk menjadi pemimpin perubahan, mengubah budaya dan peradaban Indonesia serta dunia.
Mahasiswa adalah anak negeri yang beruntung. Saat ini, hanya sekitar 10-15 persen penduduk seusianya yang dapat menikmati bangku pendidikan tinggi. Bersyukurlah kepada Allah atas kesempatan mewah ini! Saat ini, ia tidak lagi bergelar ‘siswa’, akan tetapi ‘mahasiswa. Siswa yang maha, siswa yang besar. Dia mempunyai tanggung jawab besar. Seperti kata Paman Ben Parker, pamannya Spider Man, “with great power comes great responsibility.”
Mahasiswa adalah calon intelektual dan pemimpin masa depan bangsa. Sebagai intelektual, tidak hanya dituntut menguasai bidang pilihan, tetapi juga sensitif dengan masalah yang berkembang di masyarakat dan bangsa. Hati, pikiran, sikap dan perilakunya akan ikut mewarnai bangsa pada masa depan.
Dengan predikat, ‘mahasiswa’ masa depan yang dihadapi akan lebih menantang. Karenanya dibutuhkan persiapan diri yang baik, baik pengembangan hardskill dan softskill. Mahasiswa belajar disiplin ilmu-ilmu pilihannya. Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kuasai perlu diimbangi dengan pemahaman agama dan spiritualitas yang baik. Keduanya saling melengkapi.
Kata Einstein, “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu akan lumpuh.” Ini juga yang dipesankan oleh Mohammad Hatta dalam pidatonya “….wujud Perguruan Tinggi Islam ialah membentuk ulama’ yang berpengetahuan dalam berpendidikan luas serta mempunyai semangat dinamis. Hanya ulama yang seperti itulah yang bisa menjadi pendidik yang sebenarnya dalam masyarakat. Di Perguruan Tinggi Islam itu akan bertemu agama dengan ilmu, dalam suasana kerjasama yang membimbing masyarakat ke dalam kesejahteraan.”
Mahasiswa mengikuti beragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi dan keagamaan. Mulai dari literasi data, teknologi informasi, sosial-budaya, lingkungan, kepemimpinan, dinamika kehidupan masyarakat sampai pada bidang keagamaan dan seterusnya. Maka cintai dan nikmati setiap momen yang dihadapi, karena titik-titik itu akan membuka dan membentuk pribadi mahasiswa.
Nilai-nilai Islam moderat, harmoni dan toleran harus menjadi akar yang kuat. Akar ini haruslah menghunjam dalam supaya cabangnya kuat dan buahnya lebat. Sebagai penuntut ilmu, mahasiswa adalah para mujahid, berada di jalan Allah sampai selesai. Mahasiswa akan mempunyai waktu yang cukup untuk mengasah diri.
Tiga setengah sampai empat tahun memang waktu yang sangat pendek untuk menuntut ilmu, tetapi waktu yang sangat panjang untuk disia-siakan. Karenanya, jadilah pembelajar sejati yang pandai mengelola waktu dan diri untuk menggapai masa depan gemilang yang penuh prestasi.
Pelukan Kalbu Alam
Kisah Nabi Besar Muhammad SAW ketika muda, seusia mahasiswa. Muhammad pada umur belasan tahun adalah penggembala kambing. Beliau menggembalakan kambing keluarga dan penduduk Mekah. Setelah menjadi Nabi, beliau pernah berkata, “Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing. Musa diutus, dia gembala kambing; Daud diutus, dia gembala kambing; Aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.”
Pada masa itu, pemuda Mekah seusia beliau senang menggunakan waktu untuk bermain-main. Muhammad muda, pun pernah tergoda. Suatu hari beliau meminta kawan gembalanya untuk menjaga kambing, karena ingin turun ke Mekah. Sesampai di pinggiran Mekah, beliau tertarik dengan sebuah pesta pernikahan dan beliau pun hadir di tempat itu. Tetapi tiba-tiba beliau tertidur.
Pada malam berikutnya, beliau datang lagi ke Mekah dengan maksud yang sama. Terdengar oleh beliau musik yang indah, seolah turun dari langit. Beliau duduk mendengarkan. Lalu, tertidur lagi sampai pagi. Karena kehendak Allah, Nabi Muhammad terhindar dari cacat, ma’shum.
Ketika menjadi gembala inilah, Muhammad muda menjadi pemikir yang andal. Beliau mengalami fase kehidupan yang berbeda dengan sebagian besar orang. Mulai ditinggal ayahnya ketika belum lahir, ditinggal ibunya ketika masih kecil, dan kemudian kakeknya.
Bentangan gurun yang luas, udara bebas di siang hari, kemilau bintang di malam hari, adalah suasana yang serasi untuk merenung dan berpikir. Muhammad muda menikmati masa itu dan bahagia. Haekal (1984) dalam buku Sejarah Hidup Muhammad melukiskan dengan indah, bahwa Muhammad muda adalah “gembala pemikir, yang telah menggabungkan alam ke dalam dirinya dan telah pula berada dalam pelukan kalbu alam.”
Singkatnya, Nabi Muhammad, tidak seperti pemuda-pemuda Mekah pada saat itu. Beliau adalah manusia anti mainstream. Karenanya, teladanilah Nabi Muhammad, baik ketika muda, maupun setelah menjadi nabi. Beliau adalah teladan terbaik umat. Jadilah pemikir mandiri, dekatkan diri pada lingkungan yang sehat, dengan etika dan moral yang baik serta tawadlu. Jangan mudah tergoda dengan pergaulan yang tidak sehat.
Simulasi Dunia Nyata
Sebagai mahasiswa yang rindu akan sukses, luangkan waktu untuk belajar berorganisasi. Di sini, mahasiswa akan belajar banyak dalam hal bersosialisasi, berkomunikasi, manajemen waktu, manajemen konflik, membangun strategi, membangun mental, tanggung jawab, jejaring dan kerjasama dan seterusnya.
Organisasi adalah simulasi dunia nyata. Softskill mahasiswa akan terasah di sana. Jika ini dilakukan dengan serius, mahasiswa sudah pada jalur yang tepat untuk bermetamorfosis menjadi insan ulil albab.
Tiga setengah atau empat tahun lagi, mahasiswa akan menjadi alumni, dan akan siap terjun di masyarakat untuk menebarkan manfaat dan menghadirkan dampak positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Dan ini menjadi tujuan perguruan tinggi. Alumni perguruan tinggi menjadi orang intelek, bermoral, berjiwa entrepreneur, kerja dengan baik dan akhirnya menjadi orang kaya yang pinter dan bener, suka menciptakan harmonisasi dan tidak suka permusuhan apalagi menghambat kerja atau karir orang.
Mulai saat ini, luruskan niat, belajar untuk mencari ridla Allah SWT dengan niat yang lurus. Semua ikhtiar akan dimudahkan Allah subhanahu wata’ala. Jangan lupa, selalu minta doa dari orang tua, para guru, kiai yang selama ini membimbing dan mendidik. Doa mereka akan menjadi penerang jalan dan pembuka pintu kemudahan ketika menuntut ilmu.(*)