.
Sunday, December 15, 2024

GENIT SPIRITUAL

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Membicarakan bulan Haji tahun ini seolah tidak ada habisnya. Istimewa karena memang hari raya Idul Adha yang secara ritual rutin dilakukan dan dirayakan dengan suka cita oleh 1,9 Miliar kaum muslimin di muka bumi setiap tahun sebagai ekspresi dari keimanan, juga ada prosesi ibadah haji yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang memiliki kemampuan menjalankannya sebagai upaya untuk menggenapi rukun Islam.

Menjadi menarik karena pada musim haji kali ini, setelah dua tahun pemerintah Kerajaan Arab Saudi meniadakan haji karena pandemi Covid-19, tahun ini dibuka kembali dengan skema 50 persen dari total kapasitas jemaah haji biasanya.

Alhasil, termasuk Indonesia yang konon memiliki populasi muslim terbanyak di dunia ini, harus patuh dengan jatah Kerajaan Arab Saudi terkait dengan besaran calon jamaah haji yang bisa berangkat tahun ini. Menurut data resmi dari Kemenag RI ada 92.825 kuota untuk haji reguler dan 7.226 kuota untuk haji khusus.

Dua tahun tidak ada penyelenggaraan ibadah haji, menyebabkan animo umat Islam untuk beribadah haji begitu tinggi, di satu sisi ada pembatasan usia dan beberapa syarat khusus seperti vaksinasi Covid-19 bagi calon jemaah haji. Namun hal ini ternyata tidak menyurutkan semangat dan gairah umat Islam Indonesia untuk menunaikan ibadah haji.

Terbukti, musim haji tahun ini calon jemaah haji yang hendak berangkat menggunakan jalur Haji Furoda dan Mujamalah cukup tinggi, meskipun menurut informasi yang dilansir dari siaran pers Syarikat Penyelenggara Umrah dan Haji (SAPUHI), bahwa ada lebih dari 4.000 jemaah yang gagal berangkat ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji dikarenakan tidak mendapatkan visa dari kedutaan besar Arab Saudi di Indonesia.

Meski ada juga calon jemaah haji furoda atau mujamalah yang bisa berangkat, namun tentu menjadi suatu hal yang menyedihkan bagi para calon jemaah haji yang gagal berangkat.

Informasi mengenai haji furoda ini semakin mengkristal, karena menjadi ramai diperbincangkan di media sosial. Memang tidak bisa dipungkiri, seiring dengan kemajuan teknologi yang hari ini terjadi, segala bentuk informasi dan peristiwa sangat bebas diakses oleh siapa saja, orang dengan bebas dan mudah menyebarkan berita dan narasi-narasi, begitu juga orang dengan sangat mudah mendapatkan berita dari media sosial yang setiap hari ber jam-jam kita bersamanya.

Para calon jemaah haji yang berhasil berangkat ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji, dengan rasa suka citanya tentu tidak terlewat untuk mengabadikan setiap moment yang dijalani  di media sosial yang dimiliki, baik facebook, instagram, tiktok dan lainnya.

Berbagai narasi kalimat syukur, foto-foto candid dan review di setiap tempat dalam menjalankan prosesi rukun-rukun haji dan sepanjang perjalanan disebar secara luas sebagai wujud rasa syukur atas terlaksananya ikhtiar untuk menggenapi rukun Islam yang kelima.

Dalam teori Maslow atau hirarki maslow, seorang psikolog bernama Abraham Maslow dari Amerika Serikat menyampaikan gagasannya tentang herarki kebutuhan Maslow. Menurutnya manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjalani kehidupan sehari-hari, dan beliau menyusun kebutuhan manusia ini menjadi lima tingkatan.

Lima tingkatan teori kebutuhan Maslow ini diawali dengan pemenuhan kebutuhan manusia akan fisiologis. Kebutuhan fisiologis ini merupakan kebutuhan dasar seperti makan, minum, istirahat dan fisik yang sehat. Kebutuhan manusia yang kedua, setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi adalah kebutuhan akan rasa aman.

Menurutnya manusia perlu memenuhi kebutuhan rasa aman baik secara batin maupun fisik. Kebutuhan rasa aman ini mencakup rasa aman dari berbagai bahaya, di antaranya rasa aman dari penyakit, rasa aman dari kriminalitas, maupun rasa aman dari perlakuan buruk orang lain. 

Level ketiga dari herarki Maslow adalah kebutuhan manusia akan rasa memiliki dan kasih sayang. Seseorang yang sudah terpenuhi kebutuhan mendasarnya dan kebutuhan akan rasa amannya, maka dia akan membutuhkan kasih sayang dan memiliki dari lingkungan sosialnya. Setelah memenuhi segala kebutuhan di atas, seseorang sampai pada tingkatan keempat dalam hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan akan penghargaan. 

Menurut Maslow, setiap individu yang bisa mencapai tingkatan ini akan muncul kebutuhan untuk dihormati, rasa ingin dipercaya oleh orang lain, dan menstabilkan diri sendiri. Penghargaan di sini merupakan harga diri seseorang, meliputi menghargai diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.

Ketika seseorang telah memenuhi keempat tingkatan kebutuhan di atas, maka ia akan sampai pada tingkatan tertinggi kebutuhan Maslow yakni aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah pemenuhan potensi dari dirinya sendiri, antara lain cita-cita, impian dan kematangan mental. Maslow menjelaskan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan individu untuk menentukan keinginan mereka sendiri. 

Fenomena aktualisasi diri secara dini yang terjadi di beberapa kesempatan terakhir ini seolah mementahkan teori Maslow. Demi tuntutan aktualisasi diri, seseorang rela untuk memaksakan diri, meskipun kebutuhan-kebutuhan dirinya yang mendasar belum terpenuhi. Istilah flexing yang turut ngetrend beberapa kesempatan terakhir juga menjadi salah satu dalil pembenar, bahwa seiring dengan kemajuan teknologi dan gencarnya media sosial, seiring juga dengan tuntutan aktualisasi diri yang masif.

Tidak terlepas juga dalam urusan spiritual atau agama, “memamer-mamerkan” kegiatan spiritual diri yang sebenarnya sifatnya personal pun menjadi bagian yang tidak terelakkan. Orang semakin ngtrend menunjukkan aktivitas ibadahnya seperti sholat malam, tilawah Alquran, sedekah, zakat, membantu fakir miskin, dan termasuk ibadah haji.

Fenomena “genit spiritual” ini sepertinya tidak bisa terlepas dari kemajuan teknologi yang kian menggila, sehingga mengubah mindset orang, mengubah tatanan teori Maslow. Bahwa bisa jadi hari ini seseorang lebih butuh aktualisasi diri dibandingkan memenuhi empat kebutuhan dasar lainnya. Bisa jadi hari ini orang lebih butuh “ngonten” di media sosial dibandikan menyembunyikan aktivitasnya, sebagaimana fenomena membeludaknya calon jemaah haji furoda yang justru membanjir, padahal krisis ekonomi akibat pandemi dua tahun lalu belum selesai.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img