MALANG POSCO MEDIA – Dunia politik serupa panggung sandiwara. Benar apa kata penyanyi Achmad Albar bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara. Ceritanya mudah berubah. Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan. Ada peran wajar, ada peran berpura-pura. Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak, peran bercinta bikin orang mabuk kepayang. Dunia sandiwara menuntut semua bermain peran. Semua tampil menghibur, membuat tawa, biar dunia ini gembira.
Demikian halnya dengan panggung politik tanah air terkini. Lihat saja momentum saat Presiden Jokowi menyampaikan sambutan pada Acara Gerakan Nusantara Satu di Stadion Utara Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11/2022) lalu. Presiden Jokowi menyinggung soal ciri-ciri pemimpin yang benar-benar memikirkan rakyat. Menurut Jokowi, pemimpin yang benar-benar memikirkan rakyat bisa dilihat dari ciri-ciri fisiknya. Antara lain banyak kerutan di wajah dan rambut yang memutih karena uban.
Pernyataan Jokowi kalau cari pemimpin agar memilih yang wajahnya berkerut dan berambut putih lebih bernada gimmick. Pernyataan ini selanjutnya menjadi perbincangan seru masyarakat. Di tahun politik ini, upaya dukung-mendukung (endorse) politik mulai bermunculan. Seperti layaknya selebritis yang biasa menjadi endorser produk barang atau jasa tertentu. Kini politisi juga ikut jadi endorser untuk sosok kandidat tertentu yang mau berkontestasi politik.
Sejumlah meme, foto-foto lucu dan video parodi pemimpin berambut putih bermunculan di media sosial. Humor seputar calon presiden berambut putih bergulir dari satu WhatsApp Group (WAG) yang satu ke yang lain. Pernyataan orang nomor satu di negeri ini pun akhirnya jadi sesuatu yang cukup menghibur masyarakat. Gimmick presiden seakan menjadi bagian dari pertunjukan di panggung sandiwara politik tanah air.
Pernyataan yang dilontarkan Presiden Jokowi ini menuai komentar dari sejumlah politisi lain. Seperti diberitakan sejumlah media, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, seakan menyindir Presiden Joko Widodo melalui imbauannya ke seluruh kader untuk menghindari gimmick-gimmick politik seputar isu pemilihan presiden. Sementara menurut Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate menganggap pernyataan Presiden Jokowi soal pemimpin berambut putih adalah gimmick politik yang menghibur rakyat.
Gimmick Pemikat Massa
Dalam dunia hiburan, seperti di televisi, gimmick sering digunakan para kreator program untuk merebut perhatian pemirsa. Gimmick itu setingan, trik, dan rekayasa untuk menampilkan citra tertentu yang diharapkan. Melalui adegan khusus, dandanan yang khas, musik, yel-yel, nyanyian, tarian, tata panggung, tata suara, lighting, dan beragam visual pendukung bisa jadi gimmick yang mendukung sukses sebuah acara.
Pernyataan Presiden Jokowi kali ini juga mendapat liputan beragam media massa termasuk sejumlah platform media sosial. Pemberitaan tentang pernyataan Jokowi sangat masif, apalagi di medsos. Aneka komentar dari warganet turut menjadikan pernyataan Presiden Jokowi viral dan menjadi gimmick politik yang berhasil menyita perhatian publik. Gimmick politik Jokowi berhasil memikat masyarakat.
Kekuatan media dalam menyuntikkan berbagai hal kepada masyarakat memang sangat perkasa. Tidak hanya untuk hal-hal yang positif, beragam berita bohong juga menyelip di antara berita lain yang menimbulkan sulit dipilah mana yang asli dan mana pula yang palsu. Hampir tiap hari masyarakat disuguhi realitas yang disajikan media yang terkadang justru bertolak belakang dengan keadaan aslinya.
Inilah sihir media. Lewat beragam permainan gimmick, bisa saja media sedang memainkan agenda tersembunyi (hidden agenda) tertentu yang coba mau disuntikkan ke masyarakat. Untuk itu masyarakat harus tetap kritis ketika menggunakan media. Kemampuan melek media (media literacy) harus dipunya oleh semua pengguna media. Masyarakat harus berdaya berhadapan dengan dominasi media yang sangat perkasa itu.
Kita perlu memilah dan menyadari dari beragam gimmick yang sering ditampilkan di media massa dan media sosial. Kemampuan untuk menyadari bahwa gimmick sejatinya hanyalah tipuan belaka menjadi penting dipunya. Sejatinya permainan gimmick politik hanya akan membawa ajang kontestasi politik jadi semacam hiburan semata. Mari berpolitik yang cerdas, beretika dan bermartabat.
Komunikasi yang Cair
Pernyataan Presiden Jokowi tentang sosok pemimpin dengan wajah berkerut dan berambut putih menjadi hiburan. Situasi ini menunjukkan komunikasi politik yang mencair. Dalam komunikasi politik dikenal tiga tahapan komunikasi. Tahap retorika, mainstream media dan media baru. Pernyataan Presiden Jokowi tentang sosok calon presiden mendatang di satu sisi bisa mencairkan suasana.
Ketika situasi komunikasi sudah bisa mencair, maka kesan menakutkan pada diri penyampai dan pesan politik itu sendiri bisa ditepis. Pesan-pesan komunikasi yang disampaikan akan lebih muda diterima. Hambatan komunikasi berupa situasi kaku karena prosedur bisa jadi melunak. Alhasil, komunikasi efektif bisa tercipta dalam suasana yang santai dan cair. Komunikasi yang cair perlu terus dibangun dalam membina hubungan baik pemimpin dengan rakyatnya.
Setiap Presiden mempunyai gaya komunikasi politik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Gaya komunikasi politik ada yang menggunakan komunikasi politik konteks tinggi (high context) dan komunikasi politik konteks rendah (low context). Komunikasi politik yang dijalankan Presiden Jokowi sering lugas, mudah dimengerti, dan maknanya tidak bersayap sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran. Namun Jokowi juga menggunakan komunikasi konteks tinggi seperti dalam pernyataannya tentang calon presiden yang wajahnya berkerut dan berambut putih kali ini.
Berkomunikasi pada dasarnya tidak terlepas dari konteks budaya (culture), demikian halnya dalam komunikasi politik. Komunikasi konteks tinggi itu apabila berkomunikasi menggunakan kata-kata bersayap, menggunakan bahasa tubuh yang tidak jelas dan bahasa verbal tidak langsung ke intisari. Sedangkan komunikasi konteks rendah bermakna menggunakan bahasa yang tegas, lugas, dan konkret.
Di era politik yang serupa dengan panggung sandiwara ini menuntut semua orang agar pandai bermain peran. Bisa jadi materi politik yang selama ini terkesan serius dan menakutkan bisa lebih lentur dan mencair. Aneka gimmick politik terkadang memang diperlukan guna mencairkan suasana. Ada kalanya masyarakat memang perlu hiburan. Namun untuk urusan menyejahterahkan rakyat tentu tak bisa hanya dengan permainan gimmick semata. (*)