Dwi Lili Indayani Tak Lelah Berinovasi dan Berkarya
MALANG POSCO MEDIA – Kota Batu memiliki potensi yang luar biasa. Hal itu mampu dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satunya yang dilakukan Dwi Lily Indayani yang mampu berinovasi dan menyulap tananam hias yang dapat menembus pasar luar negeri.
Di tangan kreatif perempuan asal Jalan Pattimura nomor 141 RT 6 RW 7 Kelurahan Temas Kecamatan/Kota Batu itu, Lily sapaan akrabnya mampu menyulap beragam jenis tanaman hias dengan teknik Kokedama.
Diketahui Kokedama adalah seni menanam dari Jepang dengan menempatkan tanaman dalam bola tanah. Kemudian membungkusnya dengan sepat kelapa, lalu mengikatnya dengan tali. Teknik menanam ini unik karena tidak menggunakan pot.
Dengan memanfaatkan teknik Kokedama tersebut, tanaman akan terlihat lebih cantik dan estetik. Sehingga mampu memikat para pecinta bunga. Bahkan hasil dari inovasi tersebut, produk miliknya mampu diserap oleh pasar luar negeri.
“Teknik Kokedama menjadi daya tarik untuk saya kembangkan di Kota Batu. Karena saya melihat masih belum banyak atau ada yang mengembangkan produk ini di Kota Batu. Apalagi sebagai kota wisata, produk turunan ini bisa digunakan untuk oleh-oleh wisatawan,” ujar Lily kepada Malang Posco Media.
Alumni Universitas Della Calabria di Italia ini menceritakan, ia memulai riset Kokedama sejak 2017 lalu. Saat itu Kokedama ia manfaatkan sebagai suvenir pernikahan dan mendapat respon positif.
“Saat itu banyak yang tertarik. Dari situ saya simpulkan untuk memproduksi dan menjual suvenir Kokedama hingga terus berkembang sampai saat ini,” bebernya.
Puncaknya produk suvenir Kokedama miliknya mampu menembus pasar luar negeri. Dengan awal mula ekspor dilakukan pada 2018 ke Malaysia sebanyak 2.000 Kokedama.
“Selanjutnya pada akhir 2022 saya ikutkan produk Kokedama untuk seleksi pameran dari Indonesian Trade Promotion Center (ITPC). Produk tersebut nerhasil lolos kurasi untuk dipamerkan di Korea dan Jepang,” papar Owner produk yang dinamai Creative Kokedama ini.
Pada tahun ini, ia kembali mengirim sebanyak 20 ribu Kokedama atau sebanyak 2 kontainer yang nilainya mencapai Rp 800 juta.
Saking banyaknya pesanan, dirinya sampai kewalahan. Dari situ, untuk memenuhi target permintaan dan membantu membuka lapangan pekerjaan. Pada akhirnya Lili menggandeng warga desa Sidomulyo hingga warga binaan di Lapas Perempuan Malang.
“Kami juga bekerja sama dengan Lapas Perempuan Malang sebagai pemberdayaan. Total kurang lebih 60 orang di Lapas Perempuan Malang dan untuk warga dari Desa Sidomulyo ada sebanyak 50 orang,” tandasnya.
Anak Muda Harus Berjejaring dan Adaptif Teknologi
Tanaman kokedama kini kerap mejeng di pameran-pameran yang digelar oleh Pemkot Batu. Bahkan karya dari Lily Indayani kerap dipajang untuk menyambut tamu dari pemerintah pusat seperti Kementerian dan tamu penting lainnya.
“Bangga ketika karya kita mendapat pengakuan dari masyarakat luas. Apalagi jika karya tersebut jadi inspirasi masyarakat agar terpacu untuk berinovasi,” kata Lily.
Dengan terus berinovasi, lanjut alumnus S2 Universitas Della Calabria Italy ini, secara tidak langsung seorang akan memacu seorang akan terus berada di depan. Dengan harapan karya akan menjadi trendsetter bagi yang lainnya.
“Agar karya kita memiliki nilai, kita cukup melihat potensi sekitar kita. Kemudian melakukan modifikasi. Sehingga akan lahir karya baru yang bisa bersaing. Bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat,” terangnya.
Selain memiliki karya, lanjut ibu satu anak ini, bahwa berjejaring jadi salah satu cara agar karya yang telah dibuat mampu masuk pasar dan mejeng di pameran. Namun karya harus benar-benar memiliki kualitas dan berbeda.
“Serta di tengah modernisasi saat ini, anak muda harus mampu beradaptasi dengan teknologi. Karena dengan melek teknologi bisa dimanfaatkan untuk e-commerce. Sehingga pasar dari produk yang dibuat tidak hanya dipajang di satu daerah, tapi juga bisa dipasarkan atau dijual keluar negeri,” paparnya.
Salah satu contohnya adalah platform e commerce Griyaflora.com miliknya. Melalui platform e commerce yang ia buat akan memudahkan penjualan khusus tanaman dan perlengkapannya secara online. Ini sangat membantu masa pandemi dan konsep one stop shopping plant. Ini juga mengikuti kebutuhan akan digitalisasi. (eri/aim)