spot_img
Saturday, July 27, 2024
spot_img

Hati Bersih

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si

MALANG POSCO MEDIA – Masalah kehidupan manusia terus berputar, banyak cerita dan episode yang dilewati pada setiap putaran. Ada sedih, ada senang; ada derita, ada bahagia; ada suka, ada duka; ada kesempitan, ada keluasan; ada kesulitan dan ada kemudahan. Tidak ada manusia yang tidak melewatinya, hanya kadarnya saja yang mungkin tidak selalu sama. Maka, situasi apapun yang tengah dijalani saat ini, kunci utama adalah menenangkan hati dan sabar.

Cerita tidak selalu sama. Episode terus berubah, berganti dari satu situasi kepada situasi yang lain, berbolak-balik, bertukar-menukar. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang maju, kadang mundur, itulah kehidupan. Namun, satu hal yang seharusnya tidak pernah berubah adalah hati yang selalu tenang dan tetap teguh dalam kebenaran.

- Advertisement -

Ketenangan sangat dibutuhkan dalam menghadapi segala situasi dalam hidup, terutama dalam situasi sulit dan ditimpa musibah. Jika hati dalam kondisi tenang, maka buahnya lisan dan anggota badan pun akan tenang. Tindakan akan tetap pada jalur yang dibenarkan dan jauh dari sikap membahayakan. Kata-kata akan tetap hikmah dan tidak keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apapun situasi yang sedang dihadapi akan meraih keuntungan dan kebahagiaan.

Ketenangan adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Firman Allah dalam QS. 48: 4 yang artinya; “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).”

Syaikh Abdurrahman As-Si’dy berkata, “Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa.

Maka di antara nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan perintah Allah dalam kondisi sesulit apapun. Maka bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.”

Firman Allah dalam QS. 9: 26 yang artinya: “Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman.” Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adalah senjata orang-orang shaleh dari sejak dahulu dalam menghadapi kondisi sulit yang mereka temui dalam kehidupan mereka.

Ashabul Kahfi adalah di antaranya. Saat mereka mengumandangkan kebenaran tauhid dan orang-orang pun berusaha untuk menyakiti mereka, sehingga mereka terusir dari tempat mereka dengan meninggalkan keluarga dan kenyamanan hidup yang sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua tanpa makanan dan minuman, ketenangan dan keteguhanlah yang membuat mereka mampu bertahan.

Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah SAW tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasulullah SAW dan sahabatnya yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., ketika mereka berdua masuk ke dalam gua, berlindung dari kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam kemarahan yang memuncak dan dengan pedang yang terhunus, hingga Abu Bakar berkata, “Jika salah satu mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua sandalnya, niscaya ia akan melihat kita.”

Dalam kondisi genting itu Nabi Muhammad SAW dengan penuh ketenangan berkata, “Bagaimana menurutmu tentang dua orang, yang Allah ketiganya.” Allah berfirman dalam QS. 9:40 yang artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.”

Bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu? Sebagian orang mencari ketenangan dengan perbuatan sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan di tempat-tempat hiburan yang penuh kemaksiatan. Semua keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati diliputi kesedihan. Jika pun ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan yang palsu dan sesaat.

Lantas bagaimana cara seorang mukmin meraih ketenangan dan kelapangan hati? Perlu diketahui bersama bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat sangat bergantung kepada kesehatan dan kejernihan hati. Sementara kesehatan dan kejernihan hati sangat bergantung kepada keyakinan kepada Allah, sifat-sifat terpuji di dalamnya, serta seberapa jauh ia dari sifat-sifat tercela yang biasa bersarang di dalamnya. 

Firman Allah dalam QS. 26:87-89 yang merupakan petikan dari doa Nabi Ibrahim as, yang artinya, “Janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”   

Melalui ayat di atas bahwa orang yang selamat di akhirat adalah orang yang membawa hati yang bersih. Bersih dari kesyirikan kepada Allah, bersih dari sifat-sifat tercela, serta bersih dari berbagai penyakit hati. Selain itu, hati yang bersih juga merupakan sarana untuk meraih ketenangan dan kelapangan hati.  (*)

- Advertisement - Pengumuman
- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img